OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 02 Juli 2018

Dari Solo kampung Jokowi, Gerak Jalan Ribuan Warga wujud Politik Simbolik ''Ganti Presiden 2019''

Dari Solo kampung Jokowi, Gerak Jalan Ribuan Warga wujud Politik Simbolik ''Ganti Presiden 2019''

10Berita - Gerak jalan santai ribuan warga di Solo , asal Jokowi, dengan seruan ‘’Ganti Presiden 2019’’ Minggu kemarin menjadi pesan simbolik bahwa di kampong halamannya saja, Jokowi sudah tidak diinginkan warganya lagi akibat memburuknya ekonomi dan Islamphobia lingkaran Jokowi, suatu fakta rusaknya relsi Jokowi dengan kaum Muslim. Di Jakarta, hari Minggu yang sama, jalan sehat car free day di Bundaran HI dan kawasan seputarnya diwarnai seruan warga ‘’Ganti Presiden 2019’’. Itu jelas bukan kebetulan.

Gerakan ’ #2019GantiPresiden’’ yang menginginkan berakhirnya status quo Jokowi tak lepas dari memburuknya ekonomi dan anjloknya rupiah era Jokowi. Lawatan Rizal Ramli dan Prabowo ke daerah-daerah di Jabar, Jateng, Jatim dan luar Jawa (Sumatera maupun Kalimantan dan Sulawesi-Maluku) telah menangkap pesan rakyat yang ingin pergantian presiden, dan semangat itu memperkuat oposisi dan berdampak kuat bagi arus perubahan di Indonesia.

‘’Fakta politiknya merefleksikan bahwa rakyat ingin perubahan ’’ kata Dr Reza Dienaputra MA, dosen senior Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran dan anggota IKA Unpad dan Kagama.

Kehendak perubahan ini memiliki benang merah dengan fakta pilkada 2018 kemarin yakni mengapa di Jabar dan Jateng menjadi heboh diantara 171 pilkada serentak tahun ini, dimana di wilayah itu pilkada terasa pilpres 2019. Dua kandidat, Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng sangat tegas posisinya yakni kalau menang, mereka mengusung ‘’ #2019GantiPresiden’’.

Gerakan perubahan ini menjadi efektif karena di Jabar, hampir semua calon gubernur itu mendukung Jokowi kecuali pasangan Asyik yang mengusung ‘’ #2019GantiPresiden’’.

Di Jateng pun, naiknya suara Sudirman-Ida didorong oleh semangat perubahan ‘’Ganti Presiden 2019’’ yang menjadi seruan Sudirman-Ida dalam kampanye pilgub.

Bukan kebetulan kalau di dua wilayah itu pula, lonjakan dukungan Asyik dan Sudirman-Ida sangat luar biasa pada sepekan terakhir, yang tak lagi terpantau survey, disebabkan semboyan ‘’ #2019GantiPresiden’’. Aura ‘’ #2019GantiPresiden’’ itu sudah merembes sampai ke akar rumput masyarakat yang sangat kecewa dengan kegagalan ekonomi Jokowi dan Islamphobia Jokowi terhadap politik Muslim.

‘’Rakyat banyak menganggur, sulit pekerjaan, rakyat tidak sejahtera, mereka ingin perubahan, pesan simboliknya itu ganti presiden ,’’ ungkap Bambang Widiatmoko, dosen bahasa dan sastra Unisma Bekasi dan alumnus Universitas Padjadjaran

Denny JA PhD, pendiri LSI, mengatakan, pilkada 2018 memang sudah selesai. Namun aura pilpres 2019 semakin terasa. "Melihat begitu panasnya perlawan di Jabar dan Jateng atas hasil quick count, juga mungkin atas hasil real count KPU nanti, bersiaplah untuk pertarungan Pilpres 2019 yang akan sengit," kata Denny.

Perubahan dan spirit ’ #2019GantiPresiden’’ itu membutuhkan sosok pemimpin yang tangguh dan memiliki keinginan kuat serta semangat tinggi dalam membawa masyarakat ke arah yang lebih baik. Jika masyarakat menginginkan terwujudnya perubahan, maka mereka juga harus siap berkorban dan benar-benar harus menjatuhkan pilihannya sesuai dengan bisikan nuraninya dan tidak terpengaruh dengan adanya pressure dan iming iming money politics. (ff)

Sumber :Konfrontasi