OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 16 Juli 2018

Islamofobia Dan Kemenangan Perancis Dalam Piala Dunia 2018

Islamofobia Dan Kemenangan Perancis Dalam Piala Dunia 2018

10Berita, PERANCIS  – Di tengah gegap gempita kemenangan Perancis dalam ajang Piala Dunia 2018 berkat gol dari para imigran dan seorang Muslim, membuat penggemar dan penonton dengan cepat menunjukkan perlunya negara untuk menerapkan kemenangannya di lapangan untuk diterapkan dalam kehidupan di luar lapangan.

Perancis termasuk salah satu negara yang memiliki tingkat xenofobia dan Islamofobia yang tinggi di Eropa. Namun Perancis tampaknya tidak keberatan ketika 78,3 persen skuad timnasnya diisi oleh para imigran, di mana sepertiga di antaranya adalah Muslim.

Presentase tersebut adalah persentase tertinggi di antara tim yang mengikuti kualifikasi di Piala Dunia tahun ini. Imigran memiliki prosentase sebanyak 6,8 persen dari keseluruhan populasi Perancis.

Dari empat gol yang dicetak Perancis melawan Kroasia, dua gol dicetak oleh putra-putra imigran Afrika yaitu Paul Pogba, yang orangtuanya berimigrasi dari Guinea, dan Kylian Mbappe yang ibunya berasal Aljazair dan ayah adalah orang Kamerun.

Pogba adalah seorang Muslim yang berlatih bersama enam rekan Muslim lainnya dalam timnas Perancis termasuk gelandang utama N’Golo Kante.

Hanya sepertiga dari tim juara Piala Dunia 2018 tersebut memiliki leluhur putih-Eropa, dan kurang dari seperempat yang asli keturunan Perancis.

Penggemar sepak bola dengan cepat mengungkapkan pandangan mereka tentang xenofobia dan Islamofobia yang tengah merebak di Perancis melalui akun Twitter mereka pada Ahad (15/7/2018) malam.

Mereka meminta meminta Perancis untuk mengakhiri “kemunafikan” dan mengakui peran positif dari para imigran dan Muslim dalam mengembangkan masyarakatnya.

“Di saat Perancis meloloskan semua undang-undang yang mengungkung praktik-praktik Islam, jangan lupakan itu para pemain Muslim yang membantu memenangkan #WorldCup2018,” tulis salah satu pengguna Twitter.

Beberapa pengguna Twitter menyerukan agar Perancis mengakui kemenangannya tersebut sebagai seruan penting bagi negara itu untuk mengadopsi kebijakan yang menegakkan hak dan martabat imigran dan Muslim.

“Orang Afrika dan Muslim menghadiahkan kepada Anda kemenangan kedua dalam Piala Dunia, sekarang saatnya Anda untuk memberi mereka keadilan,” tulis salah satu pengguna.

Kemenangan Perancis pada Ahad (15/7) adalah kemenangan kedua, setelah mereka menjuarai ajang bergengsi tersebut di kandang sendiri pada tahun 1998.

Skor yang ditorehkan timnas Perancis adalah skor akhir tertinggi sejak Inggris mengalahkan Jerman Barat 4-2 setelah perpanjangan waktu pada tahun 1966 dan tertinggi dalam waktu normal sejak Brasil mengalahkan Swedia 5-2 60 tahun yang lalu. (Rafa/)

Sumber : arrahmah.com