OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 22 Juli 2018

KH Didin Hafidhuddin: Kita Tidak Boleh Mengikuti Pemimpin yang Dzalim

KH Didin Hafidhuddin: Kita Tidak Boleh Mengikuti Pemimpin yang Dzalim


Oleh: KH Didin Hafidhuddin
(Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat)

Tadi pagi pengajian Tafsir Al-Quran di Masjid Al-Hijri 1 Air Mancur Bogor membahas QS Saba ayat 32-33.


1. Di dalam Al-Quran, rukun iman yang pertama (iman kepada yang Ghaib) dan rukun iman yang kelima (iman kepada Hari Akhir) merupakan kombinasi rukun iman yang paling sering disebutkan.

2. Mengapa demikian? Karena dua rukun iman ini merupakan kunci dari keimanan seorang mu’min (orang yang beriman).

3. Puncak ketauhidan adalah beriman kepada Allah (Yang Maha Ghaib). Sehingga, apapun yang dilakukan dan apapun yang terjadi, seorang mu'min akan menyebut nama Allah Subhanahu Wata'ala.

4. Misalnya saat memulai sesuatu seorang mu'min mengucapkan basmallah. Ini mencerminkan rasa syukur, tawakkal, dan ketauhidan kepada Allah.

5. Saat berjanji mengucapkan "InsyaAllah." Karena seorang mu'min menyadari bahwa manusia hanyalah dapat merencanakan dan memprediksi, sedangkan izin serta kehendak hanyalah berada di tangan Allah Subhanahu wata'aala.

6. Begitu juga dalam ikhtiar mencari rezeki. Seorang mu'min menyadari bahwa rezeki bukanlah semata-mata berasal dari apa yang  diusahakan. Tapi ia menyadari bahwa sesungguhnya sumber rizki adalah Allah, Ar-Razaq.

7. Saat berdakwah pun seorang mu'min menyadari bhw ia hanya bisa beikhtiar secara optimal di jalan dakwah, sedangkan keputusan hidayah berada di tangan Allah. Allah-lah yang Maha membolak-balikan hati manusia.

8. Lalu apa subtansi dari beriman kepada hari Akhir? Rukun iman kelima ini memiliki substansi bahwa kita sebagai mu'min akan menjadi orang yang bertanggung jawab, apapun posisi kita dan jabatan kita.

9. Karena seorang mu'min akan menyadari bahwa setiap perbuatan, ucapan dan pikirannya akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Subhanahu wata'ala. Itulah esensi dari Hari Akhir.

10. Pada hari tersebut, semuanya akan terbuka dengan sejelas-jelasnya serta dipertanggungjawabkan dengan seadil-adilnya. Hukum tidak bisa dipermainkan.

11. Karena apapun yang kita miliki di dunia merupakan amanah dari Allah. Segala kepemilikan kita sifatnya adalah relatif, bukan absolut. Semuanya adalah amanah dari Allah. Jangankan jabatan, segala yang menempel dalam diri kita pun adalah amanah dari Allah.

12. Misalnya usia kita, kesehatan diri kita, ilmu yang kita miliki... kesemuanya adalah amanah dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di Hari Akhir.

13. Bahkan di dalam sebuah hadist dikatakan bahwa kelak semua manusia akan ditanyakan terkait empat hal di Hari Akhir nanti. Pertama, terkait usia mereka. Untuk apa usia yang telah Allah berikan tsb dimanfaatkan?

14. Kedua, tentang masa muda. Bagaimana masa muda dimanfaatkan? Imam Al-Ghazali berkata bahwa meski ada pengecualian, tapi beresnya akhir hidup manusia tergantung pada beresnya awal & pertengahan hidup manusia. Kerusakan pada akhir juga disebabkan karena kerusakan di awal & pertengahannya.

15. Ketiga, tentang harta yang kita miliki. Dari mana didapatkan, bagaimana cara didapatkan serta untuk apa harta tsb digunakan dan dimanfaatkan?

16. Keempat, tentang ilmu yang kita miliki. Bagaimana ilmu tsb dimanfaatkan? Apakah untuk kepentingan diri sendiri semata ataukah untuk menolong agama Allah?

17. Apa yang akan terjadi di Hari Akhir pun dijelaskan dalam Al-Quran. Seperti yang digambarkan di dalam QS Saba ayat 32-33 ini, bahwa para ahli neraka akan saling menggugat, terutama antara pemimpin yang dzalim & sombong dengan rakyat yang mengikutinya.

18. Pemimpin yang takabur, dzalim dan memaksa apa yang mereka inginkan kepada rakyatnya meskipun salah, sehingga seolah-olah seperti agama yang wajib diikuti oleh rakyatnya.

19. Seperti perkataan Ibn Khaldun “Agama raja adalah agama rakyat.” Jika pemimpinnya suka ke masjid, mengaji, suka di dalam kebaikan maka diikuti oleh rakyatnya. Pun jika rajanya dzalim akan diikuti pula oleh rakyatnya.

20. Maka menurut Ibn Khaldun, kita tidak boleh mengikuti pemimpin yang dzalim. Karena ujungnya adalah baik pemimpin maupun yang dipimpin akan dibelenggu di dalam neraka.

21. Semoga kita semua dijauhkan dari siksa neraka dan didekatkan dengan syurga. Aamiin ya rabbal aalaamiin.. wallahu'alam bi ash shawwab.

[Dari twit KH @hafidhuddin, Ahad 22 Juli 2018]

Sumber : PORTAL ISLAM