OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 14 Agustus 2018

Capres-Cawapres Sudah; Manuver Apa Lagi Selanjutnya?

Capres-Cawapres Sudah; Manuver Apa Lagi Selanjutnya?


Prabowo Subianto menegaskan bahwa membantu Pemerintah tidak harus masuk kabinet. (kompas.com)

Oleh: William H. Ciputra, S.Pd

10Berita – Jakarta. Pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) Indonesia menyisakan kurang dari sembilan bulan lagi. Dua pasang kandidat secara resmi telah mendaftarkan diri sebagai peserta kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Dengan penyerahan berkas ke KPU oleh masing-masing pasangan calon, maka sudah dipastikan pilpres mendatang akan menghadirkan persaingan yang sama seperti tahun 2014 lalu. Kandidat petahana Presiden Joko Widodo akan kembali menghadapi rivalnya pada pilpres lalu, Prabowo Subianto.

Pendaftaran keduanya seakan mengakhiri segala manuver para elite politik menghadapi pilpres mendatang. Segala spekulasi terkait siapa yang akan menjadi calon presiden, siapa yang akan akan mendampingi sebagai calon wakil presiden, serta partai mana saja yang berkoalisi dengan dan menantang petahana, terjawab sudah.

Sebagai rakyat, kita disuguhi dengan manuver-manuver politik yang ciamik, terutama hari-hari menjelang pendaftaran capres-cawapres. Manuver dalam dunia politik menjadi suatu yang wajar. Dengannya, sesuatu yang sudah tampak pasti akan dapat berubah dalam sekejap. Sama seperti yang baru saja kita saksikan bersama terkait penentuan capres-cawapres beberapa hari lalu.

Nama Jokowi dan Prabowo memang selalu berada di dua urutan teratas berbagai lembaga survei. Sebagai contoh survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center yang dipublikasikan pada Jumat (03/08).

Dalam survei tersebut, baik Jokowi maupun Prabowo masih menempati dua besar urutan teratas. Bahkan Chief Research Officer Alvara Harry Nugroho menyebut adanya peningkatan elektabilitas keduanya.

“Jika dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya, elektabilitas Jokowi dan Prabowo memang meningkat. Menariknya, kenaikan Prabowo cukup tinggi,” kata Harry, dikutip dari Tempo.co.

Harry menerangkan, hasil survei terbaru elektabilitas Jokowi sebesar 48,4 persen. Angka ini naik 1,6 persen dari survei sebelumnya, yang digelar pada Februari hingga Mei, di mana Jokowi berada di angka 46,8 persen.

Sementara elektabilitas Prabowo, imbuh Harry, meningkat hingga 5 persen, dari 27,2 persen pada survei sebelumnya, menjadi 32,2 persen.

Sejalan dengan hasil survei yang menempatkan keduanya di urutan 1 dan 2, Jokowi dan Prabowo memastikan maju dengan mengumumkan calon wakil masing-masing pada Kamis (09/08).

Posisi wakil ini juga menjadi penantian panjang bagi seluruh masyarakat. Banyak pengamat meyakini, masing-masing dari Jokowi dan Prabowo saling intip dan saling tunggu dalam memutuskan siapa yang bakal mendampingi.

Cawapres yang Alot

Manuver mengejutkan terkait posisi wakil sama-sama dilakukan oleh keduanya. Jokowi misalnya. Sekitar pertengahan Juli lalu, Ketum PPP (salah satu pengusung Jokowi), Muhammad Romahurmuziy alias Romi membocorkan 10 nama bakal cawapres sang petahana. Lalu pada Rabu (08/09) Romi kembali menyebut cawapes Jokowi berinisal ‘M’.

Pernyataan Romi terakhir tentu menimbulkan banyak spekulasi. Hal ini mengingat ada sejumlah tokoh berinisial M dalam 10 nama yang pernah ia bocorkan beberapa waktu sebelumnya. Sebut saja ada Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, Moeldoko, Ma’ruf Amin, Muhaimin Iskandar, Muhammad Zainul Majdi, dan Muhammad Romahurmuziy alias Romi itu sendiri.

Pada keesokan harinya, nama Mahfud MD – mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) – mencuat ke permukaan. Ia disebut-sebut sebagai sosok di balik inisial ‘M’ tersebut. Bahkan Mahfud mengaku sudah mengukur baju yang sama dengan Jokowi untuk dikenakan saat mendaftar ke KPU.

Namun dalam beberapa jam saja, kondisi itu berubah. Bertempat di Restoran Plataran Menteng, pada Kamis petang, Jokowi secara resmi mengumumkan nama cawapresnya, yaitu Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin.

Jokowi menyebut sosok KH. Ma’ruf Amin sebagai figur yang tepat mendampinginya. Kiyai sepuh itu juga disebut punya rekam jejak mumpuni. Jokowi mengatakan, “Prof KH Ma’ruf Amin adalah figur yang tepat mendampingi saya untuk melanjutkan, menempuh jalan perjuangan itu.”

“Memiliki pengalaman panjang di DPR, DPRD, MPR dan eksekutif, Wantimpres dan BPIP. Dan Rais Aam PBNU dan ketua MUI. Artinya beliau memiliki rekam jejak dan pengalaman yang lengkap,” imbuhnya, dikutip dari Republika.co.id.

Di kubu Prabowo, hal serupa juga tak kalah serunya. Banyak pihak menilai Prabowo sempat tersandera dengan desakan mitra koalisinya yang masing-masing menyodrokan nama. Sebut saja Agus Harimurti Yudhoyono dari Partai Demokrat, Zulkifli Hasan dari PAN, Habib Salim Segaf Aljufri dari PKS.

Selain nama-nama tersebut, Prabowo juga didesak agar menerima rekomendasi Ijtima’ Ulama. Seperti diketahui, Ijtima’ Ulama merekomendasikan dua nama untuk mendampingi Prabowo, yaitu Habib Salim Segaf Aljufri dan Ustadz Abdul Somad.

Namun Prabowo juga menghadirkan kejutan seperti rivalnya. Bertempat di kediamannya di Kertanegara, Kebayoran Baru, Prabowo mengumumkan nama Sandiaga Salahudin Uno yang akan mendampinginya sebagai cawapres. Sandi kala itu masih aktif sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.

“Gerindra, PKS dan PAN telah memberi kepercayaan kepada saya dan Saudara Sandiaga Uno untuk maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia,” kata Prabowo, pada malam hari Kamis (09/08), seperti dilansir dari Tribunnews. com.

Kini kedua pasangan calon sudah resmi terdaftar di KPU. Tahap selanjutnya, kedua pasangan tersebut akan menjadli tes kesehatan. Hari ini, Ahad (12/08) giliran pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin yang akan menjalani tes kesehatan di RSPAD. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno baru akan menjalani tes kesehatan pada esok hari, Senin (13/08).

Tampaknya dalam beberapa waktu mendatang hingga pilpres usai, kita akan terus disuguhi dengan manuver-manuver politik semacam itu. Sebagai rakyat, kita hanya bisa menikmatinya sambil terus mendoakan yang terbaik untuk bangsa dan negara tercinta.

Sebagai rakyat yang baik pula, kita dituntut untuk menjatuhkan pilihan kepada pasangan yang tepat. Kita harus bisa membedakan, mana yang tulus untuk kepentingan rakyat, dan mana yang menghalalkan segala cara untuk terus berkuasa. (whc/)

Sumber :dakwatuna