OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 18 September 2018

Hanya Bermodal Mengayuh Sepeda, Tukang Becak Ini Bisa Naik Haji

Hanya Bermodal Mengayuh Sepeda, Tukang Becak Ini Bisa Naik Haji

10Berita, PAK Parman, demikian orang memanggilnya. Dia hanyalah seorang tukang becak. Meski begitu, Pak Parman memiliki budi yang sangat mulia. Kemiskinan yang menyertai kehidupannya tidak menutup mata batinnya untuk selalu berbagi kepada orang lain. Namun, karena memang ia tidak memiliki harta, bukan harta yang bisa ia sumbangkan melainkan “sedekah jasa”.

Sedekah jasa tersebut dilakukan dengan cara setiap hari Jumat ia menggratiskan semua penumpang yang naik becaknya. Maka, atas kebaikannya itulah keberkahan hidup kemudian menghampirinya.

BACA JUGA: Ke Surga dengan Sepeda

Suatu saat, pada hari Jumat pertama bulan Ramadhan, ada orang yang mobilnya mogok tidak jauh dari pangkalan becak Pak Parman. Orang kaya tersebut pun memutuskan naik becak. Dia memanggil tukang becak yang ada di pangkalan tersebut dan Pak Parman yang datang. Lalu, digoeslah becak itu oleh Pak Parman menuju rumah orang kaya tersebut.

Setelah sampai di tempat, Pak Parman dikasih uang 10 ribu dan tidak usah dikembalikan. Namun, oleh Pak Parman uang itu ditolaknya sembari menjelaskan bahwa dirinya sudah meniatkan dari dulu untuk menggratiskan semua penumpang yang naik becaknya pada hari Jumat.

Rupanya, kejadian itu sangat membekas di hati orang kaya tersebut. Lalu, dikejarlah Pak Parman, kemudian memberinya uang satu juta. Orang kaya itu berpikir Pak Parman akan menerimanya karena uangnya besar. Namun, Pak Parman tetap menolaknya. Lalu, dinaikkan lagi menjadi dua juta dan tetap Pak Parman menolaknya.

Alasan Pak Parman sama: dia tidak menerima uang sepeser pun pada hari Jumat untuk jasa ojek becaknya. Sebab, dia sudah meniatkannya untuk bersedekah. Subhanallah! Karena semakin penasaran, pada Jumat berikutnya, orang kaya itu pun naik becak lagi. Pak Parman pun diberikan uang yang lebih besar lagi. Kali ini 10 juta. Namun, Pak Parman, sekali lagi, menolak uang yang bagi dia itu sebenarnya sangat besar.

Jumat berikutnya ia kembali naik becak Pak Parman. Namun, kali ini ia tidak minta diantarkan ke rumahnya melainkan minta diantar ke rumah Pak Parman. Sesampainya di rumah Pak Parman, betapa terkejutnya orang kaya itu karena rumah yang dimaksud hanyalah sebuah rumah kost yang sangat jelek. Karena sangat iba melihat kejadian itu, orang itu pun merogoh uangnya sejumlah Rp 25 juta dan diberikan kepada Pak Parman. Ternyata, dengan halus Pak Parman pun tetap menolaknya. Hal ini benar-benar sangat mengejutkan orang kaya itu.

Akhirnya orang kaya itu pun menyerah. Dia benar-benar kalah dengan ketulusan hati Pak Parman. Namun, orang kaya itu berjanji bahwa suatu saat ia akan memberikan yang terbaik buat tukang becak yang berhati mulia tersebut. Waktu terus berlalu hingga menjelang Lebaran Haji (Idul Adha), orang kaya itu kembali menemui Pak Parman di rumah kostnya. Setelah mereka bertemu, di depan Pak Parman, orang kaya kemudian bicara terus terang, “Pak, mohon kali ini niat baik saya diterima. Bapak, istri, serta anak Bapak akan saya berangkatkan haji ke Tanah Suci. Sekali lagi, mohon Bapak menerima niat baik saya ini?”

Pak Parman menangis di depan istri dan anak semata wayangnya. Pergi ke Mekkah saja tidak pernah ia bayangkan. Namun kini, ia dan keluarganya akan diberangkatkan naik haji. Ini benar-benar hadiah yang sangat luar biasa dari Allah Swt. Tawaran orang kaya itu pun diterima Pak Parman dengan setulus hati. Maka, Pak Parman dan keluarganya pun akhirnya pergi haji. Ya, seorang tukang becak yang miskin tapi memiliki hati yang sangat mulia akhirnya bisa berhaji. Kebaikannya dibalas oleh Allah. Ia memang menolak satu juta, dua juta, 10 juta, hingga Rp. 25 juta. Namun, Allah menggantinya dengan haji ke Baitullah bersama istri dan anaknya! Subhanallah! []

SUMBER:
Kisah ini tersebar di internet secara viral, di antaranya:
proposalmushola.blogspot.com
melissapuma.tumblr.
www.mencintaisederhana.com
Kami mengutipnya dari Buletin Warta SPU Purwakarta, Edisi Desember 2014, Islampos.