Yok Ayok Lombok Bangkit!
“Masyarakat Lombok harus sabar dan bangkit. Jangan pesimis harus optimis Allah pasti akan merubah suatu keadaan”
10Berita – Tidak terasa sudah, perhelatan akbar olahraga terbesar di Asia telah selesai digelar. Gemerlap cahaya menyilaukan ibukota. Tarian, nyanyian, yang diiringi kembang api menyeruak mewah di stadiun Gelora Bung Karno itu. Wow rasanya.
Belum lagi, sang tuan rumah, Indonesia tampak totalitas dalam melayani puluhan tamu berbentuk negara ini. Dan bonus tak sungkan untuk diberikan kepada para peraih prestasi. Milyaran rupiah, rumah, tawaran menjadi pelayan negeri diberikan oleh sang penguasa. Bukankah sebuah motivasi yang baik?
Namun, sepertinya ada yang ganjil. Sesuatu yang membuat dada ini sesak, otak menjalankan fungsinya lebih dari biasa. Benar, bencana Lombok.
Penutupan acara Asian Games di Jakarta
Sejak peristiwa pertama 29 Juli 2018, telah terjadi tiga gempa yang berdampak korban jiwa dan kerusakan luas.
Gempa pertama berkekuatan 6,4 SR menyasar wilayah Lombok Timur. Gempa kedua berkekuatan 7 SR meluluhlantakkan wilayah Lombok Utara. Sedangkan gempa ketiga berkekuatan 6,2 SR mengguncang Mataram dan sebagian Lombok Tengah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat data sementara mengenai kerugian akibat gempa Lombok telah mencapai Rp8,8 triliun. Angka itu masih terus dikaji dan bisa terus bertambah.
Kota yang terkenal dengan kebanggaan 1000 Masjid itu sudah terluluhlantahkan oleh bencana ini. Hampir 99% masjid ambruk, rata dengan tanah. Belum lagi ada ratusan korban jiwa telah mendahului, puluhan ribu rumah ancur, dan sejumlah fasilitas terikut hancur. Mengerikan.
“Saya telah mendatangi beberapa lokasi terparah sudah menjadi luluh lantah, jadi perhatian utama, 99 persen hancur masjid. Simbol Lombok kota seribu masjid dan para penghapal Qur’an sudah tidak bisa dibanggakan lagi,” ucap pimpinan Jamaah Ansharusy Syariah, ustaz Muhammad Achwan di Serang, Senin (3/9/2018).
Pimpinan Jamaah Ansharusy Syariah, Ustaz Muhammad Achwan
Peringatan bukan Fenomena Alam Biasa
Ulama sepuh itu bercerita, sebutan yang baik tersebut patut disyukuri dan dipelihara. Namun apa yang dilakukan pihak berwenang malah terlihat kontradiksi dengan tradisi tersebut.
“Tapi pihak berwenang membuka 30 tempat wisata, bahkan salah satunya tempat wisata wajib telanjang, yang penting kepeng katanya begitu,” ungkapnya.
Bencana Lombok ini dinilai para pemuka agama dan pemda setempat sebuah peringatan dan dengan itu, perlu kiranya dilakukan sholat taubat serentak. Namun, tampak sang penguasa daerah terlalu songkak dengan menolaknya karena mungkin melihat sebagai fenomena alam biasa. Tidak ada yang salah.
“Ini jelas, Insyaallah jika (semua pihak) mengakui kesalahannya, berbenah dan taubat, Allah akan memberikan bantuannya. Akan tetapi jika masih bersikap sombong, susah.”
“Makannya harus diliat dari sudut pandang apa, kalau ini hanya fenomena alam berarti pandangannya sempit, tidak bisa melihat dari sisi realita yang lebih luas, dari sisi ruhiahnya juga. Ini peringatan untuk berbenah,” jelas dia mantap.
Masjid Muhajirin Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. FOTO: Ahmad Jilul/INA
Lombok Bangkit
Getar-getir Lombok Bangkit menyeruak dan menjadi simbol penyemangat warga terdampak. Kepalan tangan disertai warna merah-putih seolah menjadi api penyemangat warga Timur ini.
Meski begitu, tidak semudah itu bro membuat semangat korban bencana dahsyat yang tidak tahu sampai kapan penanggulangannya. Apalagi saat ini bantuan sangat minim dirasakan. Status bencana nasional yang belum diberikan juga mempersulit bantuan dari mancanegara, hanya segelintir kelompok manusia saja yang membuat mereka tersenyum senang.
“Makannya sangat berharga orang-orang dari luar Lombok datang dan peduli.”
Mau tidak mau, sinergitas semua pihak dan golongan harus terjalin mengatasi bencana dahsyat ini. Pemerintah, masyarakat, elemen, dan warga terdampak pun harus bahu membahu mencari jalan keluar yang paling efektif.
Terutama pemerintah yang telah jelas melindungi, bertanggung jawab, serta tempat untuk mengadu para rakyatnya mengambil porsi yang seharusnya diambil.
Jangan justru para segelintir organisasi kemanusiaan, perorangan, dan masyarakat biasa yang mungkin memikirkan apa yang akan dimakan hari ini dan besok terlihat lebih peduli dan berkelanjutan memberikan effort(upaya) maksimal kepada warga Lombok dan sekitarnya itu.
Ayok Lombok Bangkit! Sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan.
Sumber : Jurnal Islam