OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 28 Desember 2018

Kisah orang Indonesia yang pernah bekerja di Xinjiang membongkar Fakta yang sesungguhnya terjadi disana (nasib Uighur)

Kisah orang Indonesia yang pernah bekerja di Xinjiang membongkar Fakta yang sesungguhnya terjadi disana (nasib Uighur)



Oleh: Fery Setiawan

10Berita Sebelumnya saya cuman disuruh buat thread sama @iwinardhyas tentang XinJiang, dan ini berdasar pengalaman saya pribadi pas ditugaskan kantor ke Korla provinsi Xinjiang, China. Ge kasih evidence deh, kalo gue pernah kesana. Saya kesana Juni 2013.

 Perjalanan ke Korla butuh sekitar 4 jam dari Beijing, penerbangan melalui, Beijing-Urumqi-Korla. Dan pesawat yang dipake pesawat kecil yang penerbangannya berdasarkan cuaca dan sehari hanya ada 1 flight. Dan gak ada safety video. Ini daerah remote bgt sumpah.

 Sampe di Korla, kota ini gersang, tapi tertata rapi, pemerintah china bagus buat kotanya, jadi lebih apik dalam kurun waktu 5 taun, kebetulan ane sempet moto di poster kota, before after lah...

 Pas kesini pas banget lagi Ramadhan dan karena ane muslim yang agak taat, jadinya ane ikut puasa, dan pas musim panas pula, jadi puasanya mulai jam 3 pagi, berakhir jam 11 malem (buka puasa). Dan disini karena suku uyghur banyakan muslim, jadi banyak resto muslim.

 Ane tinggal di hotel tengah kota yang kesemua pegawainya orang china/bukan uyghur, dan gue cuman liat orang uyghur itu kerja di sektor non vital kek semacam cleaning service, pedagang, dan gak sedikit yang minta2 juga.

 Dikantor ada 2 orang teman saya orang uighur, dia dapet kerjaan itu, karena ya dia sekolah di Kazakstan, di china katanya orang uighur susah dapet pendidikan kek org chinanya. Pertama sih gue cuman iya-iya aja, dan gak tau isu uighur.

‏Puasa hari ke 7 gue diajakin bukber ke rumah salah satu temen gue org uighur, rumahnya juuuuaaaauuuhhh dari kota. Pinggiran banget, naik taksi gue tekor bed dah. Nah gue dipersilahkan masuk gitu. Ini bukan rumah sih, tapi rusun gitu.

 Trus aku yg lancang tanya sama doi, eh, kok elu gak beli rumah di deket kantor sih, katanya, pemerintah akan memberlakukan harga yang berbeda ketika tanah dan rumah itu dibeli orang uighur, ya kami cuman sanggup membeli rumah disini. (Padahal gaji dia mayan gede)

 Dia cerita, gimana nenek moyangnya dahulu tinggal disini dengan nyaman sebelum pemerintah china melakukan invansi kesini, pemerintah bangun besar-besaran dan bawa orang-orang china yang lain untuk tinggal, sementara suku aslinya dikesampingkan.

 Gak hanya sektor perumahan, pendidikanpun juga, anak-anaknya sulit mendapatkan pendidikan yang bagus, karena harga yg mahal, dan suku uighur dituntut harus bisa bahasa mandarin, padahal itu bukan bahasa ibunya.

 Seminggu setelahnya, saya mendapat email dari kantor, untuk berhati-hati terhadap teroris karena di kota sebelah terjadi pemberontakan yang memakan korban sekitar 100 orang, kata temen2 saya sih orang uighur nyerang polisi setempat. Nah pas ane berangkat kantor, polisi2 pada bawa senapan

 Ane penasaran trus tanya, katanya, tiap taun emang terjadi pemberontakan, biasanya pas ramadhan, soalnya pemerintah china maksa warga muslim khususnya uighur untuk batalin puasa, mereka diseret keluar dan dikasih makan dengan paksa.

 Sebagai aksi balas dendam, mereka (muslim uighur) melempari polisi dan menyerang kantor2 polisi dengan batu (hanya batu) gak pake persenjataan apapun. Tapi mereka mampu menghabisi ratusan polisi china.

 Aku tanya dong ke temenku yang uighur, dia bilang, China ingin bangsa uighur itu patuh dg ajaran mereka, komunis mereka. Agama mereka. FYI di Xinjiang itu banyak banget sumber minyak. Gue kerja di perusahaan minyak, dan gak ada liburnya sama sekali, tiap hari pulang malem.

 Ya, kalo kawan2 melihat China secara keseluruhan, memang, saya juga pernah ke Beijing disana masjid, orang islam dihormati, tapi disisi lain, uighur yang letaknya berbatasan dengan Kazakstan hidup dalam teror, kebebasan mereka terancam, media cina menutupinya.

‏Jadi, mohon deh jangan sok2 bilang kalo di China itu kebebasan beragama dijunjung tinggi. Dikantor gue yang international standard aja kagak ada mushola cuy, masjid jauhnya minta ampun, naik taksi bisa buat beli HP Xiaomi. Gue sholat di gudang euy.

 Kalo elu bilang di Kunming di Beijing tentram2 aja coba ke Xinjiang deh, cobain deh adrenalin pas jalan pulang kantor liat polisi bawa senapan laras panjang, dan dari kantor ngemail supaya hati-hati dan keep safe. Apa elu gak merasa kebebasan elu direnggut?

 Oh iya ini nambahin aja sih, orang RRC juga gak boleh punya anak lebih dari 1, kecuali kalo belum punya anak cowok boleh nambah tapi bayar ke pemerintah. Kalo nggak, bakalan di aborsi tuh anak sebelum lahir sama pemerintahnya. Kejam? Ya, menurut ngana???

 Buat perhatian aja, dg saya membuat thread ini gak berarti saya memihak satu capres tertentu, ini semua semata hanya berdasarkan pengalaman saya.

 Jangan samain pemerintah China dengan suku/etnis Tionghoa secara keseluruhan, yang komunis itu pemerintahnya, bukan masyarakatnya.

 (Sumber: https://twitter.com/feryse90/status/1077623003960160256)