Peristiwa Sebesar Reuni 212 Tak Dijadikan HEADLINE, Media Mainstream Tambah Bikin Sakit Hati
10Berita Peristiwa Reuni Akbar 212 yang berlangsung di Monas, Minggu, 2 Desember 2018, dari berbagai sisi adalah peristiwa yang sangat luar biasa.
👉 Dari jumlah peserta yang jutaan. Tidak ada peristiwa aksi sebesar itu di tanah air, bahkan dunia
👉 Dari ketertiban massa
👉 Dari damainya aksi tanpa kerusuhan
👉 Dihadiri lintas agama, penuh toleransi
👉 Dari kebersihan lokasi pasca aksi
👉 Dari pengorbanan peserta, harta, tenaga
Dan banyak sisi-sisi lain yang membuat peristiwa Reuni Akbar 212 adalah peristiwa penting bukan saja bagi Indonesia tapi dunia internasional.
Namun, peristiwa sebesar dan sepenting Reuni Akbar 212 tidak jadi Headline koran-koran media mainstream tanah air yang terbit hadi ini, seperti Kompas, Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, dll.
Hanya Republika, Harian Terbit, Rakyat Merdeka, yang menjadikan Reuni Akbar 212 sebagai headline halaman utama.
"Saya makin prihatin dengan media mainstream kayak Kompas, Tempo dkk. Apakah mereka tidak sadar jika keberpihakan mereka pada Jokowi turut memperbesar perasaan jengkel pada kekuasaan? Peristiwa sebesar reuni 212 buat mereka ngga ada nilai beritanya. Apa ngga bikin sakit hati?" kata pakar manajemen @awemany, di akun twitternya, Senin (3/12/2018).
"Nanti orang ribut soal merebaknya hoax. Ya bedanya apa dengan jaman orde baru? Media jadi corong penguasa. Orang lebih tertarik pada selebaran-selebaran gelap. Dulu beredar dari tangan ke tangan. Sekarang ada di sosmed. Media mainstream itu punya andil. Lagaknya sok suci. Prett," lanjut @awemany.
Saya makin prihatin dengan media mainstream kayak Kompas, Tempo dkk. Apakah mereka tidak sadar jika keberpihakan mereka pada Jokowi turut memperbesar perasaan jengkel pada kekuasaan? Peristiwa sebesar reuni 212 buat mereka ngga ada nilai beritanya. Apa ngga bikin sakit hati? pic.twitter.com/jmrY31Sz1b— Pelan-pelan, Awe! (@awemany) 3 Desember 2018
Nanti orang ribut soal merebaknya hoax. Ya bedanya apa dengan jaman orde baru? Media jadi corong penguasa. Orang lebih tertarik pada selebaran" gelap. Dulu beredar dari tangan ke tangan. Sekarang ada di sosmed. Media mainstream itu punya andil. Lagaknya sok suci. Prett.— Pelan-pelan, Awe! (@awemany) 3 Desember 2018
Sumber : PORTAL ISLAMlonceng kematian pers, begini bukan ditekan kyk jaman orba, tp gak profesional.. dg media sosial ketahuan bhw mrk mau racuni penduduk negri ini dg racuni aliran informasi— Sulaeman Djawara (@persada_agusta) 3 Desember 2018