OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 12 Desember 2018

Spirit Muhasabah dalam Bingkai Ukhuwah

Spirit Muhasabah dalam Bingkai Ukhuwah

Oleh: Fitriyani, S.Pd
Ibu Rumah Tangga dan Pemerhati Masyarakat

10Berita, REUNI 212 telah usai. Tetapi, berjuta cerita tentangnya masih belum selesai diurai. Indah, khidmat, dan damai. Itulah kesan yang terpatri dalam benak para peserta reuni akbar, juga mereka yang hanya mendengar dan menyaksikannya lewat layar gawai.
Sebab, sebagian besar media mainstream memilih bunuh diri massal untuk tidak meliput peristiwa yang bersejarah itu. Tetapi saat ini tiap orang adalah jurnalis yang siap menyajikan haru-birunya peristiwa tersebut, sehingga bisa diambil hikmah bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
Semua orang yang melihat dengan hati yang jernih, akan mendapati bahwa dalam peristiwa reuni 212 ada persatuan umat, yang selama ini senantiasa dirindukan. Mereka bergerak atas dasar keimanan, bukan bayaran. Bukan Karena fanatik pada tokoh, ormas, atau golongan. Ikatan akidahlah yang membuat mereka berbondong-bondong ke Monas, untuk sebuah tujuan; Islam agama yang damai dan membawa kerahmatan.
Berbekal keimanan tersebut, para peserta tergerak menjadi ‘polisi’ bagi dirinya sendiri dan orang sekitarnya. Seperti dilansir www.gatra.com (2/12), jutaan peserta reuni 212 dinilai tertib sejak Sabtu malam dinihari hingga acara berakhir. Rangkaian kegiatan reuni 212 diisi dengan salat tahajjud, salat Subuh berjamaah, dan doa bersama, dilanjutkan dengan kegiatan lain sampai berakhir sekitar pukul 13.00 WIB.
Tidak hanya berjalan damai dan tertib, peserta reuni 212 juga menjaga lingkungan sekitar Monas untuk tidak merusak dan menginjak-injak tanaman di sekitarnya. Bahkan, peserta saling mengingatkan untuk tidak berjalan di rerumputan.
Kondisi ini menunjukkan kesadaran para peserta, bahwa ketika mereka menghadiri acara tersebut, mereka tidak hanya membawa identitas dirinya sendiri, tetapi juga Islam. Islam yang saat ini menjadi sasaran beragam tuduhan menyakitkan, seperti radikal, intoleran, antikebhinekaan, mereka ingin membantahnya di momen ini. Mereka saling menjaga agar tidak melanggar hukum syara’, tidak merusak fasilitas umum, berusaha menahan diri dan mendahulukan orang lain, berlomba saling memberi yang terbaik dari apa yang dimiliki.
Momen ini juga membuktikan bahwa persatuan kaum Muslimin bukanlah suatu hal yang utopis. Fakta bahwa umat Islam beragam dalam hal mazhab, organisasi, partai politik, dan yang lainnya, harusnya tidak menghalangi jalinan persatuan. Karena bersatu bukan berarti menghapus perbedaan, tetapi bagaimana perbedaan itu dirangkai hingga menciptakan keindahan. Dan jika saat ini umat Islam baru sebatas bersatu dalam perasaan, dengan seiring waktu, uma akan terus belajar untuk menyatukan pemikiran dan peraturan mereka.
Persatuan bagi umat Islam adalah sebuah kekuatan, banyak kebaikan yang bias dilakukan jika ukhuwah sudah semakin merekah. Contoh yang masih lekat dalam ingatan kita, pembakaran bendera tauhid yang dilakukan di hari santri tempo hari menjadi pemantik perjuangan perjuangan untuk hadir di reuni 212 dan menunjukkan pembelaan terhadp bendera Rasulullah SAW yang mulia. Pun jika kita berkaca kepada sejarah, peradaban Islam melukiskan pada kita bagaimana ukhuwah, syariah, dan dakwah terwujud parpurna jika negara turut berperan di dalamnya.
Inilah spirit muhasabah dalam bingkai ukhuwah. Muhasabah berasal dari kata haasaba-yuhaasibu, yang artinya menjaga, bertanggung jawab, atau membuat perhitungan. Ia berkaitan juga dengan hisab. Seperti dalam ucapan Umar bin Khattab,
حَاسِيُوْا قَيْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab (kelak pada hari kiamat).
Dalam konteks bermasyarakat dan bernegara, muhasabah disebut juga kontrol sosial. KBBI mendenisikan kontrol n pengawan sebagai pemeriksaan, pengendaliian; sedangkan kontrol sosial adalah kesadaran bersama sebagai manusia yang dibatasi oleh kekuatan yang sepadan bagi intensitas untuk bertingkah laku dalam cara tertentu tanpa memandang secara berlebih-lebihan kepentingan sendiri.
Aksi 212 awalnya merupakan kontrol atau dari masyarakat kepada penguasa, bahwa telah terjadi ketidakadilan di negeri ini. Dan itu akan terus berlanjut karena kontrol sosial ini merupakan mekanisme untuk mencegah penyimpangan dan kezaliman. Dalam sistem Islam, rakyat memiliki hak unuk melakukan aktivitas muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa) agar tetap dalam koridor syariah. Rasulullah SAW bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ اللهِ وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهْمُوْا عَلَى سَفِيْنَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِيْنَ فِيْ أَسْفَلِهَا إذَا اسْتَقَوْ مِنَ الْماءِ مَرُّوْا عًلًى فَوْقِهِم، فَقَالُوْا: لَوْ أنَّا خَرَقْنَا فِيْ نَصِيْبِنَا خَرْقًا فَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا. وَإِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيْدِيْهِمْ نَجَوْ، وَنَجَوْ جَمِيْعًا.
“Perumpamaan orang-orang yang teguh menjaga larangan-larangan Allah SWT dan orang-orang yang melanggarnya, seperi sekelompok orang yang menumpangi sebuah perahu. Maka sebagian mereka mendapat bagian atas, dan sebagian lainnya mendapat bagian bawah. Para penumpang yang berada di bagian bawah kapal jika memerlukan air harus melewati para penumpang yang berada di atas. Kemudian, penumpang yang berada di bawah itu berkata, “Seandainya kami lubangi tempat duduk kamu satu lubang saja, maka kami tidak perlu lagi menggangggu penumpang yang berada di atas. Apabila penumpang lainnya membiarkan mereka dengan apa yang mereka kehendaki, niscaya hancurlah seluruh penumpang kapal. Dan apabila penumpang lainnya mencegah mereka dari upaya melubangi kapal, niscaya selamatlah semuanya.”
Dari hadis yang mengandung perumpaan tersebut, tersirat bahwa kontrol sosial yang tidak berjalan akan menyebabkan seluruh komponen masyarakat rusak. Maka, dengan spirit 212 ini, sudah seharusnya umat menyadari bahwa hanya dengan sistem Islam, kontrol sosial sebagai penjagaan terhadap syariah akan berjalan optimal. Karena standar benar-salah bukan lagi berdasarkan hawa nafsu manusia, tapi aturan Sang Pencipta. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari

Sumber : Islampos