OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 24 Desember 2018

Tsunami Pandeglang Banten Pernah Diprediksi pada April 2018 oleh BPPT, Tapi Malah Berurusan dengan Polisi

Tsunami Pandeglang Banten Pernah Diprediksi pada April 2018 oleh BPPT, Tapi Malah Berurusan dengan Polisi


10Berita  Tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten serta Lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam, ternyata pernah diprediksi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dilansir dari BBC, prediksi yang dikeluarkan pada April 2018 tersebut malah berurusan dengan polisi karena dianggap membuat resah dan menyulitkan investasi.

Karena menimbulkan keresahan, polisi pernah melakukan penyelidikan atas kajian tersebut.

"Dengan pernyataan itu muncul beberapa kekhawatiran. Pertama, muncul kekhawatiran berlebihan masyarakat di Pandeglang. Kedua, terkait investasi di Pandeglang. Pengaruhnya sampai di sana. Investor jadi takut karena akan ada tsunami," kata Kombes Abdul karim, Direktur Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Banten, Kombes Abdul Karim, (9/04/2018).

Bahkan, polisi juga telah memberikan surat panggilan pada pihak-pihak yang terkait termasuk pada Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika (BMKG).

"Surat panggilan kita layangkan untuk dihadirkan Rabu dan Kamis. Semuanya (dipanggil), penyelenggara seminar, BMKG, dan ahlinya," kata Abdul Karim.

Awalnya informasi potensi tsunami 57 meter itu disampaikan oleh Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko dalam kegiatan Seminar Ilmiah oleh BMKG dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 yang dilaksanakan Selasa (3/4/2018) di Gedung Auditorium BMKG, Jakarta dengan topik Sumber-sumber Gempabumi dan Potensi Tsunami di Jawa Bagian Barat.

Dwikorita mengatakan bahwa kepakaran dan reputasi Widjo Kongko dalam penelitian soal gempa "tak bisa dipungkiri". Dan seminar ilmiah itu, menurut Dwikorita, memang rutin diadakan untuk menambah informasi dan data yang bisa menjadi acuan bagi BMKG.

BPPT juga menyatakan bahwa potensi tsunami di Jawa bagian Barat adalah "hasil kajian akademis awal dari simulasi model komputer dari skenario terburuk" atau dari "data sekunder dengan resolusi rendah".

Dalam skenario terburuk itu, indikasi potensi ketinggian tsunami di wilayah pantai utara Jawa Bagian Barat (Bekasi hingga Serang) adalah maksimum hingga 25 m, dan di wilayah pantai barat-selatan (Pandeglang hingga Ciamis) adalah maksimum hingga 50m.

BPPT juga menyarankan perlunya kajian menggunakan data yang lebih akurat, khususnya di daerah perairan pantai.

Namun mereka juga menegaskan, "Meskipun ini adalah hasil kajian awal, tetapi telah mengindikasikan adanya potensi tsunami yang besar di sepanjang pantai Jawa Bagian Barat."

Sayangnya, potensi tsunami yang disampaikan BPPT malah dipolisikan.

***

Berdasarkan pengakuan nelayan yang mengalami sendiri saat tsunami selat Sunda, menyebutkan tinggi tsunami melebihi gunung.

Saat Tsunami di Tengah Laut, Nelayan: Air Besar, Melebihi Gunung!

Seorang nelayan, Carmudi, 40, yang selamat dari peristiwa tsunami Selat Sunda menuturkan..

Sebelum terjadinya tsunami pada Sabtu (22/12) malam, yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Banten dan Lampung, sempat terjadi kejadian mencekam di kawasan Gunung Anak Krakatau. Amukan gunung itu menyebabkan air laut tumpah ke daratan yang berada di sekitarnya.

Seorang nelayan, Carmudi, 40, mengatakan saat peristiwa tsunami, dia bersama anak dan teman-temannya sedang berada di tengah laut untuk mencari ikan. Menurutnya Gunung Anak Krakatau meluapkan isinya, hingga air laut meninggi melewati gunung tersebut.

"Air besar, melebihi gunung airnya, dua kali terjadi. Air melewati gunung," kata Carmudi saat ditemui JawaPos.com di RSU Berkah Pandeglang, Banten, Senin (24/12).

Kapal yang ditumpangi Carmudi pun hancur diterjang tsunami pada Sabtu (22/12) malam. Beruntung Carmudi punya keahlian untuk berenang.

"Sempat terombang-ambing di laut. Selamatnya bisa berenang terus ditolong sama kapal lain, ikut kapal lain," ucap Carmudi terlihat trauma.

Peristiwa nahas itu mengakibatkan wajah dan kaki Carmudi terlihat memar. Oleh karenanya, sesampainya di daratan pada Minggu (23/12) kemarin, Carmudi langsung dilarikan ke RSU Berkah Pandeglang.

Kakak Carmudi, Wasni, 42, yang menemani di ruang IGD RSU Berkah Pandeglang mengatakan, adiknya telah pergi melaut sejak Jumat (21/12) malam. Dia merasa bersyukur, sang adik, bisa selamat dari peristiwa tsunami yang menelan ratusan korban jiwa tersebut.

Sumber: Jawa Pos