OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 17 Januari 2019

Kasus Salibisasi di Kawasan Bersejarah, Pemkot Solo Jangan Arogan dan Menzalimi Umat Islam


10Berita  SOLO,  Polemik motif salib di Jalan Jenderal Sudirman depan Balai Kota Solo, menarik Walikota Solo (Katolik) beradu pendapat dengan Ustadzah Dewi Purnamawati (dai mantan Katolik).
Menyikapi polemik salib Walikota Solo, Fransiskus Xaverius (FX) Hadi Rudyatmo, membantah jika tata letak andesit itu adalah motif salib. Ia berdalih bahwa tidak mungkin dirinya menggambar salib di jalan raya karena itu berarti pelecehan terhadap iman kristiani yang dianutnya.
“Kalau saya menggambar salib di jalan, saya melecehkan agama saya sendiri. Salib itu benda sakral yang dihormati umat Kristen dan Katolik. Pasti saya akan diprotes umat Kristen dan Katolik,” ujarnya sebagaimana dilansir Solopos.com, Selasa (15/1/2019).
Ia menambahkan apabila salib digambar di jalan itu perbuatan bodoh dan melecehkan agama. “Justru kalau saya membuat gambar salib Katolik di jalan saya tidak paham mengenai iman Katolik itu sendiri. Tidak ada salib ditaruh di bawah pasti di atas semua,” kilahnya.

Pemkot Diimbau Jangan Arogan

Menanggapi pro kontra Salib di kawasan bersejarah Koridor Jensud Solo, Ustadzah Dewi Purnamawati menegaskan bahwa ornamen itu adalah benar-benar motif salib yang disengaja.
“Salib itu mengalami perjalanan yang panjang dalam berbagai bentuk. Jika dicermati, desain tersebut jelas menunjukkan salib. Itu tidak mungkin tidak sengaja. Harus ditelusuri siapa desainernya?” papar dai mantan aktivis Katolik itu kepada Panjimas.com, Selasa (15/1/2019).
Lebih jauh, pengurus Komisi Nasional Anti Pemurtadan (KNAP) itu mensinyalir proyek Pemkot Solo itu sebagai arogansi yang menzalimi umat Islam. “Pemkot Solo melakukan test casedan arogansi terhadap umat Islam.
Saya betul-betul prihatin dengan keadaan ini. Sudah saatnya umat Islam di Solo bangkit. Kita mayoritas namun terus dizalimi,” pungkasnya. [ranu, mul]
Sumber : Panjimas.com