Pemicu Utang BPJS Kesehatan ke Rumah Sakit yang Jadi Kritik Prabowo
Prabowo menyoroti utang BPJS Kesehatan yang menumpuk ke rumah sakit dan rendahnya gaji dokter.
10Berita, Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, mengkritik pengelolaan BPJS Kesehatan yang menyebabkan tumpukan utang ke rumah sakit-rumah sakit. Hal itu disampaikan Prabowo, dalam Pidato Kebangsaan yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Senin (14/1).
“Ada rumah sakit yang menolak pasien BPJS, karena belum mendapatkan bayaran selama beberapa bulan,” katanya di hadapan massa pendukungnya.
Menurut Prabowo, tata kelola BPJS Kesehatan harus diubah untuk mencegah defisit. Prabowo juga ingin agar para dokter di Indonesia mendapatkan gaji yang layak. Sebab, menurutnya, gaji dokter di Indonesia lebih kecil dibandingkan tukang parkir.
Juru Bicara di Direktorat Advokasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaen menjelaskan, yang dimaksud Prabowo adalah fee yang diperoleh dokter dari pelayanan pasien BPJS Kesehatan.
“Gaji yang didapatkan dokter BPJS Kesehatan sebesar Rp 2.000 per pasien, lebih rendah dari yang diterima tukang parkir Rp 5.000 per mobil,” paparnya.
Lantas apa yang menjadi pemicu utang BPJS Kesehatan ke rumah sakit, serta rendahnya fee dokter? Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris mengungkapkan, dana yang dikelola pihaknya sepnajang 2018 lalu mengalami defisit sebesar Rp 1 triliun per bulannya.
“Angka defisit ini muncul karena hasil iuran peserta tak mampu menutup biaya operasional BPJS Kesehatan atau terjadi mismatch,” katanya dalam wawancara khusus dengan kumparan, 13 Desember 2018 lalu.
Defisit di tahun 2018 bertambah besar, karena adanya peralihan (carry over) defisit tahun-tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4 triliun. Alhasil, defisit arus kas (cash flow) 2018 mencapai Rp 16,5 triliun.
Akar persoalan defisit ini, karena penerimaan iuran dari peserta BPJS Kesehatan, jauh lebih kecil daripada biaya pertanggungan yang harus dibayarkan. Pada sisi lain, Pemerintah tak mau menaikkan iuran peserta BPJS Kesehatan.
Fachmi pun pun mencari solusi untuk menekan defisit yang terus melebar. Salah satunya dengan mengusulkan rencana pungutan rokok untuk kesehatan (PRUK).
"Bahwasanya rokok berkontribusi besar terhadap terjadinya beberapa penyakit, kita punya datanya. Orang yang merokok dia akan berpotensi mengidap kanker sepuluh kali lebih besar dibanding mereka yang tidak merokok,” kata Fachmi.
Terhadap kondisi ini, Prabowo berjanji memperbaiki tata kelola BPJS untuk mencegah defisit. Prabowo juga ingin agar para dokter di Indonesia mendapatkan gaji yang layak. "Dokter-dokter kita harus dapat penghasilan yang layak. Sekarang banyak dokter kita gajinya lebih kecil dari tukang jaga parkir mobil," ungkap Prabowo.