OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 22 Februari 2019

Ahok Effect, PDIP Ditinggal Pemilih Muslim?

Ahok Effect, PDIP Ditinggal Pemilih Muslim?




Foto: Lintasparlemen

10Berita - Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat menyinggung soal bergabungnya Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). JK, yang juga menjabat Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo - Ma'ruf Amin mengatakan bahwa bergabungnya Ahok bisa menggerus suara Jokowi.

"Kalau saya ditanya sebagai Ketua Dewan Pengarah, jangan. Alasannya bahwa bisa berakibat lagi orang mengingat ini Pak Jokowi didukung orang yang penista agama. Kan bahaya itu, bisa mengurangi suara lagi," kata JK kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (12/2/2019).

Pernyataan JK tersebut mendapat tanggapan positif pengamat politik Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie.


“Permintaan agar Ahok tidak gabung TKN agar tidak menggerus elektabilitas Jokowi memang langkah yang tepat. Jika Ahok gabung TKN bisa berdampak negatif terhadap Jokowi,” kata Jerry.

Menurutnya, jika PDIP ngotot Ahok masuk TKN menjadi blunder dan menjadi bumerang bagi petahana. Sebaiknya Ahok bersabar dulu untuk tidak bergabung di TKN, tenangkan diri terlebih dahulu jangan gegabah. Jessie menambahkan sebaiknya Ahok sedikit bersabar untuk mengikuti hasrat politiknya.



Dia menyarankan Ahok agar di partai dulu, jika tidak ingin jadi sasaran empuk massa islam seperti PA 212 dan lain sebagainya.

“Karena Ahok ini bisa menjadi sasaran empuk kelompok 212 dan lainnya. Sehingga Ahok bisa dihantam lagi oleh mereka dengan berbagai kasus yang diduga melibatkannya. Untuk menjaga kemungkinan tersebut maka Ahok tetap di partai saja dulu. Ambisi politik di pending dulu. Pasti akan ada posisi nantinya," sambungya.

Lalu apakah Ahok akan menggerus suara PDIP?

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) kembali merilis hasil surveinya terkait Pemilu 2019. Hasilnya didapati bahwa partai besutan Megawati Soekarnoputri itu mengalami penurunan pemilih dari kalangan muslim. Peneliti LSI Rully Akbar menyebut, berdasar grafik PDIP di segmen pemilih Islam terbilang menurun dari survei sebelumnya.

Pada Agustus 2018 pemilih Islamnya untuk PDIP mencapai 23,2 persen. Lalu turun pada September menjadi 22,4 persen. Sebetulnya sempat naik lagi pada Oktober menjadi 23,7 persen. Berjarak sebulan turun lagi menjadi 21,8 persen. Pada akhir tahun 2018 menjadi 24,6 persen dan kini 18,4 persen.

Menurut Rully, penurunan elektabilitas ini dikarenakan adanya reuni akbar 212 dan ijtimak ulama. Hal itu membuat suara ke PDIP pecah.


"Kekuatan 212 dan ijtimak ulama dan sebagainya justru memperkuat barisan Prabowo-Sandi, sehingga otomatis jika pemilih Jokowi tak kuat di pemilih muslim. Yang mengambil keuntungan dari pemilih muslim adalah Partai Gerindra dan Prabowo-Sandi," kata Rully.



Lebih jauh dikatakan Rully, sebetulnya berdasar hasil survei LSI jumlah pemilih Islam di Partai Gerindra hanya mencapai 16,6 persen. Meski angkanya masih di bawah PDI, namun pemilih Islam di Gerindra memiliki tren meningkat. Agustus 2018 angkanya mencapai 13,8 persen. Lalu turun pada September (12,7 persen). Kemudian naik bertahap sampai 16,6 persen.

Untuk diketahui survei LSI ini dilakukan pada rentang waktu 18-25 Januari 2019 di 34 provinsi. Survei dengan dengan metode multistage random sampling itu melibatkan 1.200 responden. Metodenya juga menggunakan wawancara tatap muka. Sementara margin of error survei di angka 2,8 persen.

Sedangkan kepastian Ahok gabung PDIP memang muncul pada awal Februari 2019, namun isu soal bergabungnya Ahok sudah terendus sejak 2018 silam saat Ahok masih berada di penjara.

Sumber : Sumber News