Jokowi Pernah Janji Pecat Menteri Bila 3 Tahun Tak Swasembada Pangan
10Berita, Jakarta – Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menargetkan swasembada beras, jagung, kedelai, dan gula dalam 3 tahun ke depan. Tugas ini dibebankan kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman, bila dalam 3 tahun tak tercapai maka Jokowi siap mencopotnya.
Jokowi telah memberikan target kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman selain swasembada, juga harus membangun irigasi jutaan hektar dengan anggaran Rp 15 triliun pada tahun depan. Perbaikan irigasi akan difokuskan di 11 provinsi penghasil pangan.
“Sudah hitung-hitungan, 3 tahun nggak swasembada, saya ganti menterinya. Yang dari fakultas pertanian bisa antre. Tapi saya yakin bisa, hitung-hitungannya ada. Jelas sekali. Konsentrasi 11 provinsi, rampung, sudah ada perhitungan,” kata Jokowi dalam acara kuliah umum di Balai Senat Balairung UGM, Yogyakarta, Selasa (9/12/2014) silam.
Lalu sudahkah RI berhasil swasembada pangan?
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri menegaskan bahwa saat ini RI sudah swasembada pangan.
“Saat ini kita sudah 100% swasembada pangan. Saya sudah bolak balik jelaskan,” tutur Kuntoro yang dihubungi detikFinance, Jumat (8/2/2019).
Menurutnya, produksi sejumlah komoditas strategis seperti beras dan jagung selama empat tahun terakhir meningkat signifikan.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir.
“Empat tahun terakhir produktivitas petani kita meningkat pesat. Modernisasi sudah berjalan dengan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) secara masif sehingga kerja petani lebih efektif dan efisien,” jelas Winarno saat dimintai keterangan, Rabu (6/2/2019).
Pada tahun 2018 saja, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2,81 triliun untuk belanja lebih dari 70.000 unit alsintan yang berfokus pada peningkatan komoditas pangan strategis padi, jagung dan kedelai.
Modernisasi pertanian tidak hanya sebatas inovasi alat dan mesin pertanian, tapi juga perubahan dalam manajemen tanam. Petani yang semula hanya menanam sekali setahun, sekarang sudah bisa menanam dua hingga tiga kali setahun. “Dengan manajemen tanam yang baru, setiap hari terjadi olah tanah, tanam dan panen. Dengan produktivitas petani yang meningkat, hasil produksi pun turut terdongkrak,” ucapnya.
Winarno mencontohkan komoditas beras yang produksinya tak hanya sebatas meningkat. Jika mengacu pada Food and Agricultural Organization (FAO), Winarno menyebutkan Indonesia sudah bisa dinyatakan swasembada beras. “Hal ini mengacu pada FAO yang menyebutkan suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya minimal mencapai 90% dari kebutuhan nasionalnya,” terangnya.
Winarno mengungkapkan sejak tahun 2016 sampai 2018, produksi beras surplus. Faktanya, pada tahun 2016 dan 2017 sama sekali tidak ada impor. Sementara beras yang masuk pada tahun 2016 itu merupakan sisa impor tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2018, Indonesia bahkan mengalami surplus. Berdasarkan data BPS, surplus beras 2018 sebesar 2,85 juta ton dan impor 2018 itu merupakan sebagai cadangan nasional, tidak sebagai stok utama.
Capaian yang diraih pertanian Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini, merupakan prestasi para petani Indonesia. Untuk itu, Winarno meminta publik untuk tidak mendistorsi prestasi petani dengan menggembar-gemborkan data impor pangan. (dna/zul)
Sumber : UC News (Lewat mana. Author)
10Berita, Jakarta – Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menargetkan swasembada beras, jagung, kedelai, dan gula dalam 3 tahun ke depan. Tugas ini dibebankan kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman, bila dalam 3 tahun tak tercapai maka Jokowi siap mencopotnya.
Jokowi telah memberikan target kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman selain swasembada, juga harus membangun irigasi jutaan hektar dengan anggaran Rp 15 triliun pada tahun depan. Perbaikan irigasi akan difokuskan di 11 provinsi penghasil pangan.
“Sudah hitung-hitungan, 3 tahun nggak swasembada, saya ganti menterinya. Yang dari fakultas pertanian bisa antre. Tapi saya yakin bisa, hitung-hitungannya ada. Jelas sekali. Konsentrasi 11 provinsi, rampung, sudah ada perhitungan,” kata Jokowi dalam acara kuliah umum di Balai Senat Balairung UGM, Yogyakarta, Selasa (9/12/2014) silam.
Lalu sudahkah RI berhasil swasembada pangan?
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri menegaskan bahwa saat ini RI sudah swasembada pangan.
“Saat ini kita sudah 100% swasembada pangan. Saya sudah bolak balik jelaskan,” tutur Kuntoro yang dihubungi detikFinance, Jumat (8/2/2019).
Menurutnya, produksi sejumlah komoditas strategis seperti beras dan jagung selama empat tahun terakhir meningkat signifikan.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir.
“Empat tahun terakhir produktivitas petani kita meningkat pesat. Modernisasi sudah berjalan dengan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) secara masif sehingga kerja petani lebih efektif dan efisien,” jelas Winarno saat dimintai keterangan, Rabu (6/2/2019).
Pada tahun 2018 saja, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2,81 triliun untuk belanja lebih dari 70.000 unit alsintan yang berfokus pada peningkatan komoditas pangan strategis padi, jagung dan kedelai.
Modernisasi pertanian tidak hanya sebatas inovasi alat dan mesin pertanian, tapi juga perubahan dalam manajemen tanam. Petani yang semula hanya menanam sekali setahun, sekarang sudah bisa menanam dua hingga tiga kali setahun. “Dengan manajemen tanam yang baru, setiap hari terjadi olah tanah, tanam dan panen. Dengan produktivitas petani yang meningkat, hasil produksi pun turut terdongkrak,” ucapnya.
Winarno mencontohkan komoditas beras yang produksinya tak hanya sebatas meningkat. Jika mengacu pada Food and Agricultural Organization (FAO), Winarno menyebutkan Indonesia sudah bisa dinyatakan swasembada beras. “Hal ini mengacu pada FAO yang menyebutkan suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya minimal mencapai 90% dari kebutuhan nasionalnya,” terangnya.
Winarno mengungkapkan sejak tahun 2016 sampai 2018, produksi beras surplus. Faktanya, pada tahun 2016 dan 2017 sama sekali tidak ada impor. Sementara beras yang masuk pada tahun 2016 itu merupakan sisa impor tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2018, Indonesia bahkan mengalami surplus. Berdasarkan data BPS, surplus beras 2018 sebesar 2,85 juta ton dan impor 2018 itu merupakan sebagai cadangan nasional, tidak sebagai stok utama.
Capaian yang diraih pertanian Indonesia pada beberapa tahun belakangan ini, merupakan prestasi para petani Indonesia. Untuk itu, Winarno meminta publik untuk tidak mendistorsi prestasi petani dengan menggembar-gemborkan data impor pangan. (dna/zul)
Sumber : UC News (Lewat mana. Author)