OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 12 Februari 2019

Muncul Tanda-tanda Lahirnya Nasakom Baru

Muncul Tanda-tanda Lahirnya Nasakom Baru


Oleh : Agus Mualif Rohadi.

10Berita, Dalam 4 tahun ini, jika kita mencermati peristiwa politik dan hukum, maka tidak berlebihan apabila ada pemikiran bahwa telah nampak tanda tanda munculnya nasakom baru dengan menunggangi demokrasi dan memanfaatkan cambuk hukum.

pertama,
pada tahun tahun awal era pemerintahan kali ini, tiba tiba menyeruak ke publik munculnya banyak simbul simbul palu arit dan nyayian khas partai komunis pada masa lalu yang pada era pemerintahan sebelumnya tidak pernah muncul kepernukaan. Bahkan simbul simbul itu ditampilkan secara demonstratif melalui berbagai alat peraga.

kedua,
munculnya pernyataan pernyataan politik yang vulgar, terang terangan baik oleh legislator maupun oleh lingkaran penguasa. Pernyataan politik itu didukung dengan beredarnya buku buku tentang PKI yang dijual melalui toko toko buku, bukan beredar secara gelap.

ketiga,
dapat disaksikan munculnya secara bersamaan taktik makan ikan salami dan belah bambu untuk melemahkan lawan politik. Taktik makan ikan salami adalah taktik yang digunakan oleh PKI pada masa orde lama, yaitu menempel, mengiris dan memakan lawan politik. Awal mulanya menempel, kemudian mengiris dengan cara mengkotak dan membelah lawan kemudian memakan lawan yang paling lemah terlebih dahulu.

keempat,
Kekuatan komunis baru telah sukses menempel pada partai dan kekuasaan dengan memanfaatkan peluang dalam prosedur demokrasi. Kekuatan PKI pada masa lalu adalah kekuatan keempat setelah Masyumi, partai NU dan PNI. Sekarang, kekuatan yang besar itu melalui prosedur demokrasi telah sukses menempatkan orangnya dalam partai dan mengantarkan wakilnya dalam parlemen dan kemudian menegaskan keberadaannya. Kekuatan komunis baru ini melalui jumlah suaranya yang besar tapi tidak nampak telah sukses menunjukkan daya tawarnya yang besar pada eksistensi suatu partai sehingga mampu mendesakkan kepentingannya untuk diakomodasikan partai melalui penempatan orangnya baik di dalam struktur partai maupun dalam parlemen.

kelima,
Kita menyaksikan ada partai yang dipecah belah. Tentu diterapkan pada partai yang sedang dalam kondisi lemah, yang mempunyai bibit perpecahan, setelah itu ada pihak yang dirangkul yang dibaratkan daging ikan untuk dimakan dan ada pihak yang disingkirkan ibarat tulang ikan yang dibuang.
Beberapa tahun yang lalu sebelum masa ini apabila ada perpecahan partai hal itu terjadi secara alamiah karena perebutan kekuasaan internal partai.

Kita juga menyaksikan upaya pecah belah kekuatan civil society, melalui isu isu radikalisme, intoleransi anti Pancasila, anti NKRI. Sasaran utamanya tentu kekuatan masyarakat yang berbasis Islam. Dan yang paling lemah, yang tidak punya akses kekuasaan baik di pemerintahan maupun parlemen menjadi kurban pertama untuk dilahap. Setelah itu dijadikan stigma politik untuk menekan kekuatan sipil lainnya.

keenam,
penggunaan kekuatan cambuk hukum untuk membungkam tokoh tokoh kritis civil society mulai dengan cara dipersekusi sampai dipenjarakan.

Peristiwa peristiwa itu jelas bukan peristiwa politik kebetulan atau terjadi begitu saja. Tapi peristiwa politik by design. Tanda tanda itu nampak jelas. Pertentangan atau konflik yang tajam diantara kekuatan politik yang mengiringi hajatan politik nasional akan menjadi ladang subur bagi munculnya kekuatan nasakom baru. Kekuatan masanya yang besar yang tidak nampak tidak dapat diabaikan begitu saja dalam pengumpulan suara. Mereka masuk melalui prosedur yang sah, dan kemudian dalam waktu singkat menunjukkan kekuatannya.

Kekuatan politik lainnya bukannya tidak menyadari hal itu, namun saat ini mereka terseret karena abai terhadap nilai nilai ideologi negara. Pancasila hanya dijadikan pajangan tanpa makna sedang lembaga politik dan moralitas politik dicemari oleh perilaku korup. Terlalu banyak pelaku politik yang terjerat perilaku korup yang melumpuhkan nalar dan daya sehingga tidak mampu membendung penetrasi ideologi yang membahayakan ideologi negara dan kehidupan kedamaian rakyat.

Harapan saat ini terletak pada masyarakat yang harus dapat memilih wakil dan pemimpin yang tepat agar dapat membendung dan membatasi kekuatan nasakom baru. Keberadaan mereka tidak bisa dicegah karena prosedur demokrasi memberikan jalan kemunculannya. Namun masyarakat harus waspada sehingga dapat membatasi pengaruh kekuatannya.

amr 6022019.

Sumber :