Siti Zuhro Klaim Jokowi Effect 2014 Luntur Jelang Pilpres 2019
10Berita, Joko Widodo bersalaman dengan Prabowo Subianto seusai Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Antara - Sigid Kurinawan)
Solopos.com, JAKARTA — Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 akan berlangsung sangat ketat dengan memperebutkan suara kalangan milenial terlepas dari berbagai hasil survei yang dipaparkan saat ini. Persaingan sebenarnya adalah Joko Widodo (Jokowi) dengan Sandiaga Uno, bukan dengan Prabowo Subianto.
Demikian dikemukakan oleh peneliti senior dari Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro kepada Bisnis/JIBI merujuk pada pasangan calon presiden Jokowi-Ma’ruf-Amin dan Prabowo-Sandi, Minggu (3/2/2019). Dia mengatakan bahwa masing-masing pasangan punya kekuatan dan kelemahan.
Akan tetapi, berbeda dari Pilpres 2014, pada Pilpres kali ini peta kekuatannya sudah berubah. Meski Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo, namun dari sisi vote getter, sosok Sandiaga terlihat lebih menonjol dalam menghadapi Jokowi ketika berebut suara milenial.
“Mereka yang kontestasi itu Jokowi dan Sandi. Peran Capres Jokowi dan Cawapres Sandiaga Uno sangat terlihat terutama dalam merebut suara kalangan milenial yang dinilai sangat menentukan,” ujarnya.
Siti Zuhro menambahkan bahwa kehadiran sosok Sandiaga yang diberi kesempatan lebih banyak untuk tampil oleh Prabowo, kian membuat persaingan Pilpres 2019 menjadi sangat ketat. Siti Zuhro juga menyatakan tidak percaya dengan berbagai hasil survei yang diumumkan belakangan ini. Dia beralasan, apapun hasil survei yang diumumkan sering mengecoh publik.
Namun dia tak menyebut lembaga survei yang dimaksud. “Karena itulah kontestasi akan sangat ketat karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekuatan masing masing,” ujarnya.
Siti Zuhro mengakui Jokowi mempunyai efek yang begitu kuat saat Pilpres 2014. Namun, kata dia, posisi Jokowi 2019 sangat berbeda dari Jokowi di 2014. Pada 2014, Jokowi bukan petahana tetapi posisi dan pengelu-eluannya luar biasa.
Siti Zuhro mengklaim Jokowi effect luntur menjelang Pilpres 2019. Justru efek tersebut malah beralih ke kubu lawan, yakni cawapres Sandiaga Uno sehingga cukup sulit untuk memprediksi pasangan yang akan memenangkan Pilres 2019 terlepas dari segala hasil survei.
Sumber : Bisnis/JIBI
10Berita, Joko Widodo bersalaman dengan Prabowo Subianto seusai Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Antara - Sigid Kurinawan)
Solopos.com, JAKARTA — Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 akan berlangsung sangat ketat dengan memperebutkan suara kalangan milenial terlepas dari berbagai hasil survei yang dipaparkan saat ini. Persaingan sebenarnya adalah Joko Widodo (Jokowi) dengan Sandiaga Uno, bukan dengan Prabowo Subianto.
Demikian dikemukakan oleh peneliti senior dari Lembaga Imu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro kepada Bisnis/JIBI merujuk pada pasangan calon presiden Jokowi-Ma’ruf-Amin dan Prabowo-Sandi, Minggu (3/2/2019). Dia mengatakan bahwa masing-masing pasangan punya kekuatan dan kelemahan.
Akan tetapi, berbeda dari Pilpres 2014, pada Pilpres kali ini peta kekuatannya sudah berubah. Meski Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo, namun dari sisi vote getter, sosok Sandiaga terlihat lebih menonjol dalam menghadapi Jokowi ketika berebut suara milenial.
“Mereka yang kontestasi itu Jokowi dan Sandi. Peran Capres Jokowi dan Cawapres Sandiaga Uno sangat terlihat terutama dalam merebut suara kalangan milenial yang dinilai sangat menentukan,” ujarnya.
Siti Zuhro menambahkan bahwa kehadiran sosok Sandiaga yang diberi kesempatan lebih banyak untuk tampil oleh Prabowo, kian membuat persaingan Pilpres 2019 menjadi sangat ketat. Siti Zuhro juga menyatakan tidak percaya dengan berbagai hasil survei yang diumumkan belakangan ini. Dia beralasan, apapun hasil survei yang diumumkan sering mengecoh publik.
Namun dia tak menyebut lembaga survei yang dimaksud. “Karena itulah kontestasi akan sangat ketat karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekuatan masing masing,” ujarnya.
Siti Zuhro mengakui Jokowi mempunyai efek yang begitu kuat saat Pilpres 2014. Namun, kata dia, posisi Jokowi 2019 sangat berbeda dari Jokowi di 2014. Pada 2014, Jokowi bukan petahana tetapi posisi dan pengelu-eluannya luar biasa.
Siti Zuhro mengklaim Jokowi effect luntur menjelang Pilpres 2019. Justru efek tersebut malah beralih ke kubu lawan, yakni cawapres Sandiaga Uno sehingga cukup sulit untuk memprediksi pasangan yang akan memenangkan Pilres 2019 terlepas dari segala hasil survei.
Sumber : Bisnis/JIBI