Disebut Survei Lebih Dukung Jokowi, Ini Kata PP Muhammadiyah
Kader-kader Muhammadiyah (ilustrasi)
10Berita, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Yunahar Ilyas menganggapi hasil survei yang menyebut warga Muhammadiyah mayoritas mendukung pasangan 01 Jokowi-Maruf Amin. Yunahar menilai, lembaga survei tidak bisa dijadikan patokan untuk menggambarkan dukungan warga Muhammadiyah.
"Survei tidak bisa jadi pegangan. Lembaga survei itu banyak dan macam-macam," kata Yunahar melalui sambungan telepon, Kamis (14/3).
Yunahar menilai, pada momentum politik banyak lembaga survei yang mengumumkan hasil survei. Karena itu, dia mengatakan agar masyarakat, khusunya warga Muhammadiyah menanggapi secara normal mengenai hasil survei.
Yunahar yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Islam Indonesia (MUI) itu menyatakan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberi kebebasan dalam memilih calon presiden maupun legislatif. Asalkan, lanjut Yunahar, masyarakat tetap menjaga nilai-nilai yang ditanamkan Muhammadiyah.
"Muhammadiyah membebaskan untuk memilih siapakah presiden-nya atau legislatif-nya, muhammadiyah membebaskan asalkan menjaga nilai-nilai yang ditanamkan oleh muhammadiyah," tuturnya.
Yunahar menegaskan, PP Muhammadiyah tidak akan menyikapi secara serius mengenai hasil lembaga survei. Dia mengatakan, hasil survei adalah sebuah hiburan bagi kedua pasangan calon.
"Kita tidak menganggap terlalu serius, sikap kita tetap membebaskan warga. Jika pasangan no 02, Prabowo-Sandi yang diuntungkan berarti itu hiburan untuk no 02, kalo pasangan no 01, Jokowi-Maruf Amin yang diuntungkan, ya hiburan untuk no 01" ujarnya.
Sebelumnya, lembaga survei Konsep Indonesia menunjukkan peta dukungan organisasi masyarakat (ormas) yang mendukung kedua pasangan calon presiden. Pasangan Jokowi-Maruf unggul di ormas Islam, Muhammadiyah.
Responden yang mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari Muhammadiyah sebesar 6,4 persen dari total responden. Dari situ, 46,2 persennya mendukung Jokowi-Maruf. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan dukungan sebesar 31,3 persen.
Sumber: Republika
Kader-kader Muhammadiyah (ilustrasi)
10Berita, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Yunahar Ilyas menganggapi hasil survei yang menyebut warga Muhammadiyah mayoritas mendukung pasangan 01 Jokowi-Maruf Amin. Yunahar menilai, lembaga survei tidak bisa dijadikan patokan untuk menggambarkan dukungan warga Muhammadiyah.
"Survei tidak bisa jadi pegangan. Lembaga survei itu banyak dan macam-macam," kata Yunahar melalui sambungan telepon, Kamis (14/3).
Yunahar menilai, pada momentum politik banyak lembaga survei yang mengumumkan hasil survei. Karena itu, dia mengatakan agar masyarakat, khusunya warga Muhammadiyah menanggapi secara normal mengenai hasil survei.
Yunahar yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Islam Indonesia (MUI) itu menyatakan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberi kebebasan dalam memilih calon presiden maupun legislatif. Asalkan, lanjut Yunahar, masyarakat tetap menjaga nilai-nilai yang ditanamkan Muhammadiyah.
"Muhammadiyah membebaskan untuk memilih siapakah presiden-nya atau legislatif-nya, muhammadiyah membebaskan asalkan menjaga nilai-nilai yang ditanamkan oleh muhammadiyah," tuturnya.
Yunahar menegaskan, PP Muhammadiyah tidak akan menyikapi secara serius mengenai hasil lembaga survei. Dia mengatakan, hasil survei adalah sebuah hiburan bagi kedua pasangan calon.
"Kita tidak menganggap terlalu serius, sikap kita tetap membebaskan warga. Jika pasangan no 02, Prabowo-Sandi yang diuntungkan berarti itu hiburan untuk no 02, kalo pasangan no 01, Jokowi-Maruf Amin yang diuntungkan, ya hiburan untuk no 01" ujarnya.
Sebelumnya, lembaga survei Konsep Indonesia menunjukkan peta dukungan organisasi masyarakat (ormas) yang mendukung kedua pasangan calon presiden. Pasangan Jokowi-Maruf unggul di ormas Islam, Muhammadiyah.
Responden yang mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari Muhammadiyah sebesar 6,4 persen dari total responden. Dari situ, 46,2 persennya mendukung Jokowi-Maruf. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan dukungan sebesar 31,3 persen.
Sumber: Republika