OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 22 Maret 2019

Elektabilitas 01 Anjlok, Politikus PDIP Ini Sebut Relawan Malas Semua, Ia Minta Jokowi Blusukan Lagi

Elektabilitas 01 Anjlok, Politikus PDIP Ini Sebut Relawan Malas Semua, Ia Minta Jokowi Blusukan Lagi




Jokowi coba MRT Jakarta


10Berita, SURVEI Litbang Kompas terbaru menunjukkan elektabilitas pasangan Jokowi-Maruf Amin menurun hingga berada pada angaka 49,7 persen.

Beberapa bulan sebelumnya, elektabilitas calon petahana tersebut berada di atas 50 persen.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Effendi Simbolon menilai, menurunnya elektabilitas calon petahana tersebut dikarenakan kesalahan manajemen kampanye.

Menurut anggota Komisi I DPR RI itu, Jokowi kurang bersentuhan dengan masyarakat saat kampanye, karena terlalu sering mengikuti acara seremonial.

"Cara kerja tim kampenye belum efektif. Hanya efektif di permukaan saja, terlalu banyak acara deklarasi-deklarasi, bersentuhan dengan masyarakatnya kurang. Bersentuhan dengan rakyat secara langsung," kata Effendi Simbolon di Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Seharusnya, menurut Effendi Simbolon, Jokowi berkampanye seperti Pemilu Presiden 2014 lalu, di mana Jokowi blusukan untuk menjaring langsung suara masyarakat.

"Sudah tingggalkan saja acara deklarasi-deklarasi itu, dan mengandalkan para caleg itu tidak efektif. Sekarang efektif 20 hari lagi, Pak Jokowi harus blusukan lagi dan bernsentuhan langsung dengan masyarakat," sarannyak.



Menurut Effendi Simbolon, sudah saatnya Jokowi mengerahkan tim besar seperti Pilpres 2014 lalu, untuk mengampanyekan program serta visi-misi petahana di sisa masa kampanye.

Dengan seperti itu, maka visi-misi serta program yang diusung akan masif sampai di masyarakat.

"Gunakan partai seperti PDIP itu kapal besarnya. Relawannya malas semua dan jangan mengandalkan 'tim sekoci'. Dan kata pamungkasnya adalah Jokowi blusukan, itu antitesanya, Jokowi blusukan," tegasnya.

Menurut Effendi Simbolon, Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang langsung turun dan bersentuhan dengan masyarakat.

Namun, saat ini ciri khas Jokowi yang telah mengantarkan menang di Pilkada DKI 2012 serta Pilpres 2014 lalu tersebut, ia nilai tidak tampak.

"Masyarakat merindukan Jokowi seperti yang dulu, apa adanya, tidak diatur-atur. Saya masih optimis, kalau Pak Jokowi mau blusukan lagi dan bersentuhan langsung dengan masyarakat, akan memenangi Pilpres," paparnya.

Sebelumnya, survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari-5 Maret 2019, menunjukkan jarak elektabilitas antara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, semakin tipis.

Elektabilitas Jokowi-Maruf Amin berada di angka 49,2 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 37,4 persen. Sedangkan sebanyak 13,4 persen responden menyatakan rahasia.

Survei dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan melibatkan 2.000 responden, yang dipilih secara acak melalui pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan margin of error +/- 2,2 persen.

Peneliti Litbang Kompas Bambang Setiawan menuliskan, jarak elektabilitas kedua pasangan calon semakin menyempit, 11,8 persen.

Pada survei Litbang Kompas sebelumnya, Oktober 2018, perolehan suara keduanya masih berjarak 19,9 persen dengan keunggulan suara di pihak Jokowi-Maruf Amin.

Saat itu, elektabilitas Jokowi-Maruf Amin 52,6 persen, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 32,7 persen, dan 14,7 responden menyatakan rahasia.

"Selama enam bulan, elektabilitas Jokowi-Amin turun 3,4 persen dan Prabowo-Sandi naik 4,7 persen," tulis Bambang.

Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa meski penurunan angka elektabilitas Jokowi-Maruf Amin terlihat sedikit, tetapi memberikan pengaruh signifikan pada jarak keterpilihan.

Litbang Kompas juga melakukan survei pilihan capres dan cawapres berdasarkan usia pemilih, dengan hasil sebagai berikut:

Gen Z/pemilih pemula (<22 p="">
Oktober 2018:

Jokowi-Ma'ruf: 39,3 persen

Prabowo-Sandiaga: 44,8 persen

Rahasia: 15,9 persen

Maret 2019:

Jokowi-Maruf: 42,2 persen

Prabowo-Sandiaga: 47,0 persen

Rahasia: 10,8 persen

Millenia muda (22-30):

Oktober 2018:

Jokowi-Maruf: 43,3 persen

Prabowo-Sandiaga: 42,4 persen

Rahasia: 14,49 persen

Maret 2019:

Jokowi-Maruf: 49,1 persen

Prabowo-Sandiaga: 41,0 persen

Rahasia: 9,9 persen

Millenia matang (31-40):

Oktober 2018:

Jokowi-Maruf: 39,3 persen

Prabowo-Sandiaga: 44,8 persen

Rahasia: 15,9 persen

Maret 2019:

Jokowi-Maruf: 46,6 persen

Prabowo-Sandiaga: 39,7 persen

Rahasia: 13,7 persen

Gen X (41-52):

Oktober 2018:

Jokowi-Maruf: 51,1 persen

Prabowo-Sandiaga: 34,4 persen

Rahasia: 14,5 persen

Maret 2019:

Jokowi-Maruf: 51,4 persen

Prabowo-Sandiaga: 36,0 persen

Rahasia: 12,6 persen

Baby boomers (53-71)

Oktober 2018:

Jokowi-Maruf: 58,1 persen

Prabowo-Sandiaga: 27,1 persen

Rahasia: 14,8 persen

Maret 2019:

Jokowi-Maruf: 48,9 persen

Prabowo-Sandiaga: 34,6 persen

Rahasia: 16,5 persen

Silent gen (71+)

Oktober 2018:

Jokowi-Maruf: 47,1 persen

Prabowo-Sandiaga: 31,1 persen

Rahasia: 21,8 persen

Maret 2019:

Jokowi-Maruf: 65,4 persen

Prabowo-Sandiaga: 19,2 persen

Rahasia: 15,4 persen.

Beberapa hari kemudian, Indo Barometer merilis hasil survei elektabilitas pasangan capres-cawapres pada 6-12 Februari 2019 lalu, yang melibatkan 1.200 responden.

Hasilnya, paslon nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin memperoleh elektabilitas 50,2 persen, dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 28,9 persen.

Peneliti Indo Barometer Hadi Suprapto Rusli mengatakan, hasil survei itu menggunakan metode surat suara lengkap dengan foto kedua paslon.

“Kini selisih elektabilitas keduanya adalah sebesar 21,3 persen,” ujar Hadi Suprapto Rusli saat rilis hasil survei di Hotel Century Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).

Menurut Hadi Suprapto Rusli, dalam hasil survei yang menggunakan metode multistage random sampling dengan margin error sekitar 2,83 persen serta tingkat kepercayaan 95 persen itu, masih ada 20,9 persen responden yang tidak menentukan pilihannya.

Hadi Suprapto Rusli mengatakan, pihaknya juga melakukan survei elektabilitas, dengan metode menyodorkan surat suara bergambar capresnya saja, dan cawapresnya saja.

Untuk yang bergambar capres saja, Jokowi memperoleh suara 51,2 persen berbanding 28,9 persen milik Prabowo.

“Sementara untuk yang bergambar cawapres saja, Maruf Amin memperoleh 44,5 persen dan Sandiaga memperoleh suara 32,1 persen,” ungkapnya.

Di akhir rilis survei ini, Hadi Suprapto Rusli mengklaim Indo Barometer menggunakan dana internal lembaga untuk melaksanakan survei tersebut. (Taufik Ismail)
Sumber: Warta Tribun