OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Rabu, 27 Maret 2019

Peneliti LIPI menjelaskan alasan migrasi suara Jokowi ke Prabowo

Peneliti LIPI Jelaskan 4 Alasan Migrasi Suara Jokowi ke Prabowo





10Berita, Jakarta - Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor, mengatakan migrasi pemilih berpotensi terjadi wilayah pemilih mengambang. Ciri para swing voters ini adalah tidak idologis, terkadang tak peduli politik, dan cenderung menunggu.


"Namun demikian bukan  tidak mungkin hal itu terjadi di wilayah yang sebenarnya sudah cukup mapan preferensi politiknya," kata Firman kepada Tempo, Selasa, 26 Maret 2019.

Menurut Firman, potensi terjadinya migrasi cukup besar di kalangan tersebut mengingat ada banyaknya ragam informasi yang mereka terima. Masing-masing kubu dan partai politik berkepentingan untuk memberikan informasi terutama bagi mereka yang tidak dapat memilah-milahnya.

"Potensi kebingungan itu juga semakin tinggi dengan adanya pemilu serentak, yang menyebabkan konsentrasi mereka menyimak program dan agenda politik terpecah," kata Firman.

Migrasi politik, kata dia, secara umum sebenarnya mencerminkan adanya ketidakpuasan. Saat orang memutuskan untuk beralih karena dia sudah merasa percuma untuk tetap bertahan dari pilihan semula.


"Saat ini persoalan kesejahteraan, khususnya masalah daya beli masyarakat dan ketersediaan pekerjaan, menjadi hal yang berpotensi menyebabkan perubahan pilihan untuk tidak lagi mendukung inkumben," kata dia. "Iklim politik yang dirasa mengalami pemunduran kualitas demokrasi juga berpotensi menggerus dukungan."

Fenomena migrasi juga dipengaruhi oleh faktor kedua yaitu karakter kandidat. Figur yang dirasa sejalan dengan nilai yang dianut masyarakat, bersih, tegas, dan merakyat menjadi hal-hal mampu membawa daya tarik.

"Jika saat ini terdapat pergeseran positif bagi pasangan 02 ini sesungguhnya mengindikasikan meningkatnya citra positif di masyarakat," kata dia.

Ia menjelaskan Prabowo saat ini mencoba keluar dari citranya yang keras dengan meninggalkan tampilan macho-militeristik dan menjadi lebih humanis dan luwes bahkan tidak segan berjoget.

"Sementara keberadaan Sandiaga tokoh muda yang santun, bersahaja, gaul, dengan prestasi bisnis yang lumayan banyak melengkapi citra positif pasangan ini,"

Selain itu, kata Firman, faktor ketiga yakni mesin politik baik partai dan jaringan relawan serta elite pendukung. Peran relawan ini menjadi sangat penting seiring dengan keperluan untuk meluaskan daya jangkau pemilih yang tidak dapat ditangani sendiri oleh mesin partai.

"Mesin politik yang bergerak secara efektif dan efisien tidak saja dapat membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat dan juga dapat mengubah persepsi politik."


Faktor keempat adalah tawaran program yang dirasa realistis dan relevan dengan masyarakat. Menurut dia, pasangan inkumben Jokowi - Ma'aruf tampak berkeinginan dan berkepentingan untuk melanjutkan beberapa hal yang sudah baik selama ini. Sementara fokus pasangan Prabowo - Sandiaga ada di bidang ekonomi yang dirasa menjadi titik lemah pemerintah saat ini.


"Dapat dilihat dari beberapa kali debat capres dan cawapres bahwa ujung dari program2 itu selalu dikaitkan dengan upaya memperbaiki kondisi ekonomi bangsa ini," ujarnya.

Perubahan tren dukungan juga mengindikasikan penerimaan masyarakat pada fokus program-program pasangan ini yqng dirasakan lebih realitis dan relevan dengan mereka. Firman melanjutkan faktor terakhir yakni blessing ini disguise. Fenomena migrasi dalam situasi tertentu terpicu oleh situasi mendadak yang tidak terprediksi sebelumnya.

"Situasi blessing in disguise itu dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kesalahan atau blunder yang dibuat oleh pesaing politik atau rekan politik dari kontestan," kata dia.


Meski potensi migrasi sudah dapat diprediksi,  kata Firman seberapa besar angka migrasi yang terjadi masih menunggu tanggal 17 April. Artinya apakah migrasi ini akan mengindikasikan sebuah kemenangan bagi pasangan Prabowo - Sandiaga masih dapat diperdebatkan.  "Selain itu bukan tidak mungkin ada fenomena mudik, atau migrasi ke asal," kata dia.

Sumber: Tempo.co