OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Sabtu, 09 Maret 2019

Sikap ASN di Pilpres

Sikap ASN di Pilpres


10Berita, Pantaslah kubu Jokowi galau campur panik. Kalangan ASN (d/h PNS) tidak akan mengikuti penggiringan agar memilih Jokowi-Ma’ruf (Ko-Ruf) di pilpres 17 April 2019.

Pertama, karena kalangan ASN itu tak sudi lagi diperlakukan seperti di era Orde Baru. Kedua, ASN tahu persis bahwa proses pemberian suara sekarang ini tidak akan bisa melacak suara mereka. Kertas suara mereka tidak akan bisa diidentifikasi. Tak bisa ditandai siapa mencoblos yang mana.

Kemarin, seorang kenalan ASN yang bertugas di bidang pendidikan, menelefon saya. Ketika pembicaraan beralih ke soal pilpres, dia mengatakan sesuatu yang saya sendiri cukup kaget mendengarkannya. Kaget, karena dugaan saya menjadi benar.

Dia mengatakan, “Bang, kami di kalangan pendidikan rata-rata pilih Prabowo. Memang kami digiring ke paslon 01, tapi kawan-kawan saya malah mencibir.”

ASN itu mengatakan, suatu kali ASN bidang pendidikan dikumpulkan di sebuah lapangan. Di situ, berpidatolah pimpinan mereka. Serius sekali dia mendukung Jokowi. Ketika si pimpinan menyebutkan “pilihan kita adalah yang ini”, para peserta apel cuma bereaksi “hemmm”. Tanpa semangat.

Saya pancing si ASN. Saya katakan, “Kelihatannya yang bersemangat cuma kepala-kepala saja ya?” Dia jawab, “Tidak juga. Mereka pun cuma melaksankaan arahan saja.”

Artinya, para pimpinan di berbagai instansi pemerintah pun belum tentu mencoblos sesuai arahan terhadap ASN.

Kemudian, seorang kenalan baik yang bekerja di Kemenkeu, juga bersikap sama dengan si ASN pendidikan. Pegawai Kemenkeu ini kebetulan masih sangat muda. Sekitar 27 tahun. Dia menceritakan bahwa orang-orang di lingkungan kerja dia pun lebih yakin kepada Prabowo.

Pegawai golongan 3-B ini yakin ASN bisa membuat Jokowi kecewa. Di atas permukaan, mereka semua mengiyakan arahan untuk memilih Jokowi. Tapi, di bawah permukaan, mereka lebih mantap dengan Prabowo.

Begitulah lebih-kurang gambaran tentang sikap para ASN. Mereka tidak bisa lagi digiring-giring. Hanya saja, pihak penguasa sangat konyol sekali.

Tak habis pikir saya. Kenapa para penguasa tak paham bahwa sekarang tahun 2019. Semua serba ‘smart’. Smartphone, smartthink, smarttalk, smartlife, smartmove, dlsb.

Kalau mau menggiring, buatlah dengan cara yang ‘smart’ juga. Buatlah ‘smart-giring’

Sebab, cara-cara yang sifatnya menggurui, rasanya sudah tidak zamannya lagi. Terlalu jauh mundur ke belakang. Kasihan sekali.

Penulis: Asyari Usman


Sumber: portal Islam