Umbar Nama Menterinya, Strategi Prabowo Sukses di Pilpres 2019
Sumber Foto Dok/SHPrabowo Subianto
10Berita, JAKARTA - Capres Prabowo Subianto tanpa diduga mengumbar sejumlah nama yang bakal menjadi menteri di kabinetnya. Dia menyebut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lalu mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher). Yang agak serius nama penyidik senior KPK, Novel Baswedan digadang-gadang menjadi Jaksa Agung.
Namun, itu terwujud jika Prabowo Subianto terpilih di Pilpres 2019. Survei Litbang Kompas menyebutkan, jarak antara Prabowo dengan petahana hanya tinggal 11,8 persen. Sebuah angka yang tipis. Segala sesuatu bisa terjadi. Sebuah survei menyebutkan, kader dan relawan pasangan calon nomor urut 02 dikenal sangat militan. Mesin politiknya gaspol habis!
Lantas pantaskah Prabowo mengumbar nama anggota yang bakal masuk kabinetnya sementara Pilpres 2019 belum dimulai? Apakah ini sekadar strategi untuk mendulang suara atau menarik simpati?
Di mata pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Media Survei Nasional, Rico Marbun, langkah Prabowo semata-mata untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati masyarakat di Pilpres 2019."Ini merupakan sarana untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati," ujar Rico saat dihubungi, Jumat (29/3/2019).
Dia lalu menganalisa disebutnya Penyidik Senior KPK Novel Baswedan yang menjadi calon Jaksa Agung jika nantinya Prabowo terpilih.
Menurutnya, hal itu dilakukan Prabowo untuk menarik simpati masyarakat yang senang terhadap KPK, khususnya terhadap Novel."Dengan menjanjikan bahwa Novel Baswedan akan masuk ke dalam kabinetnya mau tidak mau (dengan) tokoh seperti Novel, itu berarti Prabowo ingin menarik simpati dari publik yang menganggap positif terhadap KPK. Bahkan kalau kita ingat sebagian besar milenial, kalau kita lihat datanya yang itu termasuk yang sekarang ini yang memilih Pak Jokowi itu punya persepsi positif terhadap KPK, terhadap Novel Baswedan," ujarnya seperti dikutip detik.com.
Rico melanjutkan, nama-nama lainnya seperti Ahmad Heryawan (Aher) juga akan digunakan untuk menarik pendukung lebih banyak lagi. Masuknya Aher dalam daftar calon kabinet Prabowo bertujuan untuk beradu dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) yang merupakan pendukung Capres Petahana Joko Widodo (Jokowi).
"Kala tokoh kepala daerah di Jawa Barat, Ridwan Kamil itu mendukung Pak Jokowi, itu jelas bahwa Aher tokoh Jawa Barat juga itu mendukung Prabowo. Dan juga ada efek konsolidasi di situ," katanya.
Menurut dia, Prabowo jelas mengharapkan keuntungan elektoral dengan menyebut nama-nama dalam kabinetnya. Masih perlu dibuktikan apakah keuntungan elektoral itu akan didapatkan Prabowo atau tidak.
"Tapi rasa-rasanya sih itu akan punya pengaruh. Karena (kalau menyebutkan) kabinet tidak lazim, itu jarang. Bahkan dulu Prabowo saja seingat saya, atau di kampanye-kampanye Pilpres sebelumnya itu rasa-rasanya belum ada capres yang secara terbuka mengatakan bahwa dia akan merekrut si A, si B, si C akan menjadi calon menterinya ke depan, itu rasanya tidak akan dilakukan secara terbuka. Yang ada itu kan dilakukan secara tertutup," dia menjelaskan.
Rico pun kembali menekankan, penyebutan nama calon kabinet di awal jelas merupakan salah satu metode dari Prabowo untuk menambah suara.
"Dia ingin memastikan bahwa tokoh-tokoh itu pemilihnya tidak bergeser lagi ke dua kaki. Misalnya AHY dia sebut, supaya pemilih Demokrat itu nyaman dengan kubu Prabowo, tidak ada lagi yang terbagi ke kubu Jokowi, jadi seluruhnya itu (pendukung Demokrat) masuk ke kubunya Prabowo. Begitu juga dengan menyebut Aher misalnya, Aher lawan Ridwan (di Jabar), kan begitu. Kemudian menyebutkan lagi Novel Baswedan, itu sama, dia ingin mengambil basis pemilu bisa masuk (ke kubunya) karena tokoh-tokoh itu," dia menambahkan.
Lantas apa komentar kubu Jokowi-Ma'ruf Amin?
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, hal tersebut merupakan hak Prabowo."Ya suka-suka mereka, kan haknya dia menyebutkan, kita sih enggak ada yang salah," ujar Luhut di Spazio Hall, Kota Surabaya, Jawa Tengah, Jumat (29/3/2019).
Sedangkan, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Ruhut Sitompul menganggap lucu aksi Prabowo yang membocorkan nama-nama calon menteri pada kampanye akbar di Stadion Sodolig Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/3/2019).
Ia menilai aksi Prabowo tak bakal mempengaruhi suara masyarakat kepada Jokowi."Kalau Pak (Prabowo) akhir-akhir ini ngomong (seperti itu), aku hanya bisa bilang gini EGP, emang gue pikirin. Karena kenapa? Kan lucu, lucu enggak? Kita ndak usah khawatir. Dia mau ngomong apa terserah, tapi rakyat cerdas. Rakyat sudah mendukung pak Jokowi," dia menambahkan.(nm)
Sumber: Sinar harapan
Sumber Foto Dok/SHPrabowo Subianto
10Berita, JAKARTA - Capres Prabowo Subianto tanpa diduga mengumbar sejumlah nama yang bakal menjadi menteri di kabinetnya. Dia menyebut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lalu mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher). Yang agak serius nama penyidik senior KPK, Novel Baswedan digadang-gadang menjadi Jaksa Agung.
Namun, itu terwujud jika Prabowo Subianto terpilih di Pilpres 2019. Survei Litbang Kompas menyebutkan, jarak antara Prabowo dengan petahana hanya tinggal 11,8 persen. Sebuah angka yang tipis. Segala sesuatu bisa terjadi. Sebuah survei menyebutkan, kader dan relawan pasangan calon nomor urut 02 dikenal sangat militan. Mesin politiknya gaspol habis!
Lantas pantaskah Prabowo mengumbar nama anggota yang bakal masuk kabinetnya sementara Pilpres 2019 belum dimulai? Apakah ini sekadar strategi untuk mendulang suara atau menarik simpati?
Di mata pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Media Survei Nasional, Rico Marbun, langkah Prabowo semata-mata untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati masyarakat di Pilpres 2019."Ini merupakan sarana untuk memperluas jaringan pendukung dan menambah simpati," ujar Rico saat dihubungi, Jumat (29/3/2019).
Dia lalu menganalisa disebutnya Penyidik Senior KPK Novel Baswedan yang menjadi calon Jaksa Agung jika nantinya Prabowo terpilih.
Menurutnya, hal itu dilakukan Prabowo untuk menarik simpati masyarakat yang senang terhadap KPK, khususnya terhadap Novel."Dengan menjanjikan bahwa Novel Baswedan akan masuk ke dalam kabinetnya mau tidak mau (dengan) tokoh seperti Novel, itu berarti Prabowo ingin menarik simpati dari publik yang menganggap positif terhadap KPK. Bahkan kalau kita ingat sebagian besar milenial, kalau kita lihat datanya yang itu termasuk yang sekarang ini yang memilih Pak Jokowi itu punya persepsi positif terhadap KPK, terhadap Novel Baswedan," ujarnya seperti dikutip detik.com.
Rico melanjutkan, nama-nama lainnya seperti Ahmad Heryawan (Aher) juga akan digunakan untuk menarik pendukung lebih banyak lagi. Masuknya Aher dalam daftar calon kabinet Prabowo bertujuan untuk beradu dengan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) yang merupakan pendukung Capres Petahana Joko Widodo (Jokowi).
"Kala tokoh kepala daerah di Jawa Barat, Ridwan Kamil itu mendukung Pak Jokowi, itu jelas bahwa Aher tokoh Jawa Barat juga itu mendukung Prabowo. Dan juga ada efek konsolidasi di situ," katanya.
Menurut dia, Prabowo jelas mengharapkan keuntungan elektoral dengan menyebut nama-nama dalam kabinetnya. Masih perlu dibuktikan apakah keuntungan elektoral itu akan didapatkan Prabowo atau tidak.
"Tapi rasa-rasanya sih itu akan punya pengaruh. Karena (kalau menyebutkan) kabinet tidak lazim, itu jarang. Bahkan dulu Prabowo saja seingat saya, atau di kampanye-kampanye Pilpres sebelumnya itu rasa-rasanya belum ada capres yang secara terbuka mengatakan bahwa dia akan merekrut si A, si B, si C akan menjadi calon menterinya ke depan, itu rasanya tidak akan dilakukan secara terbuka. Yang ada itu kan dilakukan secara tertutup," dia menjelaskan.
Rico pun kembali menekankan, penyebutan nama calon kabinet di awal jelas merupakan salah satu metode dari Prabowo untuk menambah suara.
"Dia ingin memastikan bahwa tokoh-tokoh itu pemilihnya tidak bergeser lagi ke dua kaki. Misalnya AHY dia sebut, supaya pemilih Demokrat itu nyaman dengan kubu Prabowo, tidak ada lagi yang terbagi ke kubu Jokowi, jadi seluruhnya itu (pendukung Demokrat) masuk ke kubunya Prabowo. Begitu juga dengan menyebut Aher misalnya, Aher lawan Ridwan (di Jabar), kan begitu. Kemudian menyebutkan lagi Novel Baswedan, itu sama, dia ingin mengambil basis pemilu bisa masuk (ke kubunya) karena tokoh-tokoh itu," dia menambahkan.
Lantas apa komentar kubu Jokowi-Ma'ruf Amin?
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, hal tersebut merupakan hak Prabowo."Ya suka-suka mereka, kan haknya dia menyebutkan, kita sih enggak ada yang salah," ujar Luhut di Spazio Hall, Kota Surabaya, Jawa Tengah, Jumat (29/3/2019).
Sedangkan, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Ruhut Sitompul menganggap lucu aksi Prabowo yang membocorkan nama-nama calon menteri pada kampanye akbar di Stadion Sodolig Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/3/2019).
Ia menilai aksi Prabowo tak bakal mempengaruhi suara masyarakat kepada Jokowi."Kalau Pak (Prabowo) akhir-akhir ini ngomong (seperti itu), aku hanya bisa bilang gini EGP, emang gue pikirin. Karena kenapa? Kan lucu, lucu enggak? Kita ndak usah khawatir. Dia mau ngomong apa terserah, tapi rakyat cerdas. Rakyat sudah mendukung pak Jokowi," dia menambahkan.(nm)
Sumber: Sinar harapan