Bumi Hangus! Strategi Kubu Petahana Setelah Kalah di Arena Perang Udara
10Berita - Jelang detik-detik akhir pelaksanaan Pilpres 2019, baik kubu capres/cawapres nomor urut 01 maupun 02 semakin gencar menerapkan strategi serangan ‘darat’ maupun ‘udara’. Jika pada perang udara dijejali dengan isu-isu sensitif, perang darat diwarnai dengan pengumpulan massa dan aksi kampanye door to door. Masing-masing kubu pun telah menakar efektifitas strategi perang darat dan udara dengan survei internal. Bagaimana hasilnya? Hanya satu hal yang tidak bisa diukur, jika Pilpres berjalan dengan kecurangan masif.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Rachmawati Soekarno Putri menegaskan bahwa Pilpres 2019, adalah perang teritorial untuk memenangkan teritori darat. Soal perang udara, Rachmawati mengakui baik kubu 01 maupun 02 sama kuat. Pemanfaatan kecanggihan teknologi informasi dan media sosial baik dari tim sukses maupun relawan, sama-sama kuat.
Sedangkan kubu Joko Widodo-Maruf Amin menyatakan akan lebih berkonsentrasi pada perang darat. Cawapres nomor urut 01, Ma'ruf Amin, mengatakan sudah saatnya para relawan melakukan 'perang darat'. Yakni, relawan sudah waktunya bekerja turun ke lapangan memenangkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. "Sudah saatnya kita tak hanya perang udara, tapi 'perang darat', door to door, man to man marking,'' kata Ma'ruf.
Bukan satu kebetulan, penegasan Maruf Amin itu senada dengan hasil survei Survei Cyrus Network yang dirilis 28 Februari 2019. Lembaga survei yang disebut-sebut beraviliasi dengan kubu 01 ini menyimpulkan bahwa hanya sekitar 40% pemilih yang terkoneksi dengan informasi di telapak tangan mereka. Baik itu media sosial maupun aplikasi pesan berantai seperti WhatsApp dan Line. Sisanya, 60% populasi belum bersentuhan dengan sumber-sumber informasi seperti ini. Facebook hanya diakses oleh 32% populasi, WhatsApp dimiliki oleh 33% populasi pemilih. Sementara Twitter hanya diakses oleh 4% populasi saja.
Unik! Ungkapan itu pas untuk mengomentari “pergeseran” strategi kubu 01 yang mengklaim lebih berkosentrasi perang darat mulai awal 2019. Jika mau jujur, sepanjang Oktober-Desember 2018 kubu 01 memang kalah telak di perang udara. Kendati didukung pasukan Jokowi Social Media Voluunter (Jasmev) dan buzzer-buzzer militan, upaya untuk mendongkrak elektabilitas dengan memanfaatkan sosial media bisa dikatakan gagal. Kubu 01 keok dalam perang hastag atau tanda pagar di sosial media. Sebagai petahana, tingkat populer Jokowi memang lebih tinggi ketimbang Prabowo. Namun, para pendukung Prabowo-Sandiaga terbukti lebih solid di medan perang udara. Isu “Saracen” dan penangkapan serta pemidanaan dengan ancaman UU ITE bagi netizen tak banyak berpengaruh. Justru dukungan untuk Buni Yani, Asma Dewi, Jonru Ginting, Alfian Tanjung, dan Ahmad Dhani menguat. Tak salah jika dikatakan, bahwa kubu 01 kalah telak di perang udara sehingga memilih berkonsentrasi di perang darat di hari-hari terakhir Pilpres.
Melihat data yang dirilis “Drone Emprit”, periode 1 Oktober - 11 Desember 2018 menunjukkan, penggunaan tagar #2019GantiPresiden di Twitter sebanyak 231.348 tweets. Kubu 01 yang mengusung tagar tandingan #01JokowiLagi hanya 180.297 tweets. "Kubu Prabowo-Sandi lebih agresif untuk tarung di media sosial. Sementara relawan Jokowi cenderung lebih mencari aman," kata Peneliti Drone Emprit, Hari Ambari seperti dikutip merdeka.com (17/12/2018). Dari isu yang berkembang di sosial media, Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, menyimpulkan tiga isu terpopuler November-Desember 2018, yakni Papua dengan 334.042 percakapan, Isu PKI sebanyak 288.095, dan Polemik DPT sebanyak 269.821 percakapan.
Dari isu yang tersebar di perang udara, tampak isu PKI dan Pelemik DPT secara langsung menghantam kubu 01. Sementara isu-isu lain yang diarahkan ke kubu 02 banyak menemukan ruang kosong, alias tak efektif. Dalam isu PKI dan polemik DPT, jelas-jelas kubu 01 dalam posisi bertahan (defence). Artinya, kubu 01 disibukkan menangkal, mengklarifikasi, dan menyerang balik isu yang berkembang. Akibatnya, isu-isu pelanggar HAM, dalang kerusuhan Mei 1998 dan isu SARA khilafah menjadi “tak bertenaga” dan melemah. Mantan Kasum TNI Letjen (purn) Suryo Prabowo sempat memaparkan isu-isu yang sengaja disebarkan untuk menurunkan elektabilitas Prabowo Subianto. “Untuk menurunkan elektabilitas @prabowo 21 th dihembuskan FITNAH: pelanggar HAM, dalang kerusuhan Mei 98, dari keluarga kafir, gak pernah sholat jum’at, mau ndirikan khilafah. Dalam waktu dekat ini akan ada lagi FITNAH yang lebih seru lagi untuk membunuh karakternya. Bagaimana sikap Anda?” tulis Prabowo di akun @marierteman. Melalui cuitan itu, Prabowo ingin menguji persepsi netizen terkait sejauhmana isu-isu itu mempengaruhi pilihan netizen di Pilpres 2019.
Setelah kalah di perang udara, apakah kubu 01 total meninggalkan arena perang udara? Faktanya, buzzer militan kubu 01 tetap bertahan di posisinya . Bahkan, buzzer petahana terus mengobarkan isu Pancasila vs Khilafah, dalam perang puputan. Lihat saja, aktivis NU yang juga caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli terlihat “konsisten” menebar isu bahwa Prabowo Subianto didukung tokoh-tokoh pro Khilafah.
Cukupkah itu dilakukan di arena perang udara puputan? Netizen kubu 01 melalui komando akun anonim ramai-ramai me-RAS akun-akun pro Prabowo, sehingga banyak akun sosmed disuspend atau ditangguhkan. Penulis senior yang juga kader Partai Demokrat, Zarra Zettira, mempertanyakan adanya aktifitas take down massal akun-akun sosial pro oposisi, utamanya twitter. "Assalamualaikum #WhatsWrongWithTwitterID ? Many Indonesian accounts was hacked, auto unfollow and follow, auto blovk and unblocked? @Twitter @TwitterSupport”,” demikian tulis Zarra di akun Twitter. Setelah take down massal itu, banyak akun pro Prabowo dihack. Misalnya akun Twitter Ustadz Haikal Hasan Baras, @haika_hasaan dan @haikal_hassan. Demikian juga akun milik jubir Demokrat Ferdinand Hutahaen yang berkali-kali dihack.
Terkait hal itu, anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Indra menegaskan bahwa kubu 02 dirugikan setelah beberapa akun media sosial pendukung diretas oknum tidak bertanggung jawab. Dampak dari peretasan tersebut membuat citra buruk capres/cawapres 02. Indra menduga, pelaku melakukan peretasan tersebut terkait Pilpres 2019. Pelaku peretasan itu, adalah orang yang memiliki kemampuan infrastruktur serta finansial yang kuat. Ada yang mengobarkan strategi bumi hangus di arena perang udara?
sumber: itoday