OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 08 April 2019

Prabowo di Atas Angin

Prabowo di Atas Angin



10Berita, 10 hari ke depan, tepatnya 17 April 2019, Prabowo di atas angin merebut hati rakyat Indonesia. Kampanye Akbar di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta hari ini (7 April 2019) yang hanya di semuti kurang lebih satu juta orang sebagai perwakilan ratusan juta pemilihnya adalah kualifikasinya.

Prabowo Subianto dan pasangaannya Sandiaga S Uno pada kampanye akbar telah membuktikan pada dunia bahwa ia sudah menang secara kualitas maupun kuantitas jika ukurannya peserta yang hadir. Bahkan peserta yang hadir melakukan konvoi jalan kaki seperti yang terlihat kasat mata di antara jam 2 dini hari hinga menjelang jam 6 pagi. Belum lagi yang sampai rela menginap di GBK karena singgah malam hari.

Petjaach setiap deklarasi demi deklarasi. Hingga kampanye terbuka yang dilakukan membuka mata kita semua yang waras, Prabowo Sandi telah gemilang merebut hati rakyat. Mengapa? Meminjam logika Habib Rizieq Shihab yang ikut menyemangati dalam teleconferencenya ada 10 indikator yang membuatnya di atas angin. Salah satunya karena Prabowo Sandi komitmen dan cinta pada Ulama dan Habaib. Melakukan koreksi kebijakan ekonomi dan melakukan arah baru ekonomi yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Satu hal yang menarik yang luput dibahas adalah ini gerakan kampanye spektakuker kampanye akbar ini dibalut munajat doa adalah program kampanye yang cerdas dan menyejukkan. Disertai subuh berjamaah sungguh indah dan penuh makna kebangsaan manakala ssaudara saudara kita yang berbeda keyakinan ikut serta.

Entah siapa yang menggagas kampanye akbar dibalut Munajat Doa. Namun event kali ini sepertinya memang di inginkan Prabowo Subianto. Ia seperti hendak mengajak kita belajar "ilmu ikhlas" atas apa yang dilakukan rezim pada dirinya dan para pendukungnya dalam konstestasi demokrasi belah bambu. Tak ayal ini membuat ketua umum P3 Djan Faridz tak ada angin tak ada hujan ikut silaturahmi hadir.

Ia kerap menghidupkan suasana dengan bahasa guyon gue-elu atau kadang-aku- dalam setiap interaksi dengan audience. Ia memang telah berhasil merebut hati rakyat. Rakyat yang mana? Rakyat mayoritas yang waras yang selalu membuat pecah setiap event. Rakyat mayoritas yang waras yang sudah muak dengan kelakuan korupsi para elit mainstream Jakarta. Ia tak terbendung. Angin perubahan di pusaran kata kata kuatnya. Ia di atas angin merebut hati rakyat. (*)

_________________

Oleh: Soemantri Rio Hassan (Analis Politik dan Kebijakan Publik Penggagas Institute Dialektika Madani)

Sumber: Konfrontasi