Kisah Gregorius, Panglima Perang Romawi Yang Syahid
10Berita, Gregorius Theodorus adalah seorang panglima besar dari pasukan Romawi. Pada saat perang Yarmuk, Gregorius memimpin pasukan Romawi untuk melawan pasukan Muslim yang dipimpin oleh Khalid bin Walid.
Sebelum perang itu pecah, Gregorius maju ke tengah tengah kedua kubu yang sudah saling berhadapan untuk menatang Khalid bin Walid berduel satu lawan satu. Segera dengan sikap kesatrianya Khalid bin Walid menerima tantangan tersebut.
Dengan disaksikan oleh kedua kubu pasukan yang berseteru dari kejauhan, dalam duel maut itu, tombak baja Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid bin Walid. Seketika itu muncullah rasa takjub dalam hati Gregorius. Betapa tidak! Tombak bergagang baja itu patah oleh sabetan pedang Khalid bin Walid. Padahal, sepanjang pertempuran yang dipimpinnya, tombak tersebut menjadi tumpuan pertahanan dirinya. "Kepiawaian Khalid memainkan pedang kah? Tenaganya yang kuat kah? Atau memang benar padangnya diturunkan dari langit?" Rasa penasaran Gregorius semakin menjadi jadi. Dia seperti baru menemukan lawan tanding yang setimpal.
Kemudian dengan cepat Gregorius mengambil pedangnya yang besar. Dan untuk kedua kalinya Gtegorius berdecak kagum. Pasalnya, dia merasa Khalid memberinya kesempatan untuk berancang ancang. Karena dalam benaknya, petarung sekelas Khalid bin Walid akan segera mengakhiri duel dan mengakhiri musuhnya ketika sedang lengah. Tetapi hal itu tidak dilakukan Khalid bin Walid.
Kemudian kedua panglima itu saling mendekat sampai kepala kuda mereka saling bertemu. Disaat itulah Gregorius menyempatkan diri untuk berdialog dengan Khalid bin Walid.
“Ya Khalid, coba katakan dengan sebenar-benarnya dan jangan bohongi saya. Apakah benar Allah telah turun kepada Nabi anda dengan membawa pedang dari langit, lalu menyerahkannya kepada anda, sehingga anda memperoleh julukan 'pedang Allah' Saya tahu setiap anda mencabut pedang itu, maka tidak ada lawan yang tidak tunduk!” ucap Gregorius
"Semua itu tidak benar" jawab Khalid dengan singkat sambil memainkan pedangnya untuk menepis ayunan pedang Gregorius.
"Lantas, mengapa anda dijuluki pedang Allah?" Tanya Gregorius lagi.
Lalu mereka menghentikan ayunan pedangnya dan berdiri tegak berhadapan, kemudian sambil tetap bersiaga Khalid bin Walid berkata "Allah yang maha Kuasa dan maha Mulia telah mengutus seorang Nabi kepada kami. Semula kami menentang dan memusuhinya. Sebagian dari kami beriman dan mengikutinya. Aku termasuk pihak yang mendustai dan memusuhinya. Tetapi Allah telah memberikan hidayahnya kepadaku. Aku pun beriman dan menjadi pengikutnya. Rasulullah SAW berkata kepadaku 'wahai Khalid, engkau adalah sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah yang terhunus untuk menghadapi kaum Musyrikin' kemudian beliau mendoakanku supaya senantiasa menang. Sebab itulah aku dijuluki Pedang Allah"
“Saya menerima keterangan anda itu dan tidak lagi percaya dengan segala legenda tentang diri anda,” ujar Gregorius yang kemudian meneruskan pertanyaannya. “Di dalam tugas dakwah anda, apa sajakah yang anda sampaikan?”
“Mengakui bahwa tiada yang patut disembah selain Allah, dan mengakui bahwa Muhammad itu Rasul Allah, dan berikrar dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari Allah.” jawab Khalid.
“bagaimana jika seseorang tidak bersedia menerimanya?” tanya Gregorius.
“Membayar jizyah, mengakui kepemimpinan Islam, dan setelah itu kami berkewajiban menjamin hak miliknya, jiwanya dan juga kepercayaan, keyakinan, agama yang dianutnya!” jawab Khalid bin Walid.
"Jika mereka tetap tidak mau?" Tanya tegas Gregorius.
"Pilihan terakhir adalah perang, dan kami siap untuk itu" jawab Khalid denga jelas dan tegas pula.
Sememtara di kedua kubu pasukan yang sedang bertanya tanya tentang apa yang terjadi pada kedua panglima yang sedang berduel itu, Gregorius meneruskan lagi dialognya "bagaimanakah kedudukan seseorang yang menerima Islam pada pilihan pertama pada hari ini?"
Khalid pun menjawab "kedudukan dan derajat bagi kami hanya satu di antara dua, yaitu apa yang ditetapkan olah Allah SWT. Mulia atau Hina. Tak perduli ia masuk Islam lebih dulu atau belakangan."
"Jadi, orang yang menerima Islam pada hari ini, apakah sama kedudukannya dengan yang lain dalam segala hal?" Tegas Gregorius.
"Ya, anda benar" pungkas Khalid.
"Mengapa bisa sama? Padahal anda lebih dulu masuk Islam daripadanya" tanya gregorius semakin penasaran.
Lalu Khalid bin Walid pun menjelaskan “Kami memeluk Islam dan mengikat bai’at dengan Rasulullah Muhammad SAW. Ia hidup bersama kami, dan kami menyaksikan kebesaran dan mukjizat mukjizat-Nya, hingga beliau wafat. Sedangkan orang yang menerima Islam pada hari ini, tidak pernah berjumpa dengan beliau dan tidak pernah menyaksikan semua itu. Jika orang itu menerima Islam dan menerima keNabian Muhammad dan pembenarannya itu jujur serta ikhlas, maka sesungguhnya ia jauh lebih mulia dari pada kami!”
Maka, Gregorius pun berkata "Yaa Khalid, sesungguhnya keterangan anda sangat benar! Anda tidak menipu, tidak melebih lebihkan dan tidak membujuk. Demi Allah, aku menerima Islam pada pilihan pertama". Seraya menuntaskan dialognya, panglima Gregorius melemparkan perisainya dan menyarungkan pedangnya. Ia bersama Khalid kemudian berjalan beriring menuju kubu perkemahan pasukan muslimin, lalu kemudian berSyahadat dan sholat dua rakaat.
Pasukan Romawi terkejut, mereka menyangka Gregorius telah ditaklukkan dan ditawan oleh Panglima Islam yang masyhur itu, yang kehidupannya nyaris menjadi sebuah legenda. Mereka panik, dan serunai perang pun ditiup guna mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap pertahanan umat Islam.
Akhirnya, Perang pun pecah dan berkecamuk. Kedua pihak mengerahkan kekuatan manusia, senjata dan strateginya. Di tengah-tengah sengitnya suara denting pedang dan raungan nafas yang terputus, tiba-tiba majulah dua orang panglima pasukan muslimin. Keduanya berdampingan dan saling bahu membahu. Mereka adalah Khalid bin Walid dan Panglima Gregorius Theodorus yang telah memeluk Islam.
Pertempuran berlangsung selama dua hari. Medan laga telah bersimbah darah. Pekikan takbir dan kobaran semangat sambung menyambung tak putus-putusnya, seiring dengan tumbangnya tubuh-tubuh tak bernyawa ke permukaan bumi.
Pasukan Romawi pada hari itu merasakan pedihnya sebuah kekalahan. Tentaranya kocar-kacir dan meninggalkan 50.000 jasad pasukan mereka yang bergelimpangan di medan laga. Di tengah rasa syukur kemenangan, kaum muslimin juga harus membayar mahal dengan merelakan 3000 orang yang Syahid.
Di sebuah lembah berbatu, panglima Khalid bin Walid tertunduk sedih, haru dan sekaligus bangga. Di hadapannya terbujur jasad Gregorius Theodorus dengan puluhan luka di sekujur tubuhnya.
Dalam pertempuran itu, Gregorius yang telah bergabung dengan barisan kaum Muslimin itu terbunuh, dia hanya baru mengerjakan shalat dua rakaat bersama dengan Khalid bin Walid. Walaupun demikian, ia telah menyatakan keIslamannya dan berjanji untuk tidak akan kembali lagi kepada agama lamanya.
Sumber: www.dakwatuna.com (21/09/2008)