Penjual telur asin di Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo atau Jalam Raya Pantura Kota Tegal.

10Berita - Nasib pilu dialami oleh sejumlah pedagang telur asin di sepanjang Jalan Pantura di Kota Tegal.
Sebagian dari mereka harus gulung tikar. Sebagian yang lain masih bertahan meski omzet tak seindah dulu, ketika pintu keluar tol hanya sampai di Brebes.
Roy (43), penjual telur asin di Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo Kelurahan Pesurungan mengatakan, tokonya tidak seramai dulu.
Ia mengingat ketika tol hanya sampai Brebes.
Dalam satu hari saat berlangsungnya arus balik, sehari Roy bisa menghabiskan 30 ribu butir telur.
Kira-kira keuntungan kotor yang didapat Roy sekira 50 sampai 60 juta per hari.
Keadaan berbeda, saat pintu keluar tol di Adiwerna Kabupaten Kota Tegal dan di Pemalang sudah beroperasi.
"Habis 5.000 butir per hari saja sudah bersyukur sekali," kata Roy saat ditemui tribunjateng.com, Minggu (26/5/2019).
Saat ini, ia hanya berharap saat jalur tol mengalami kepadatan.
Jadi nantinya ada sebagian pengendara yang hendak kembali ke Jakarta melalui jalur Pantura di Kecamatan Margadana.
Roy bercerita, ia sudah berjualan telur asinselama lima tahun.
Awalnya, ia punya empat toko telur asin. Dua di Brebes dan dua di Kota Tegal.
Namun kini tinggal dua di Kota Tegal, di Kecamatan Sumurpanggang dan Pesurungan.
"Dua toko saya yang di depan Polres Brebes dan Alun-alun Brebes sudah tutup di tahun 2014. Keduanya tutup karena tidak ada omzet. Dipaksakan pun tidak cukup untuk menutupi kebutuhan operasional," ungkapnya.
Menurut Roy, dari tempat tokonya ke Barat hingga Terminal Tegal, sudah ada 17 toko telur asin yang gulung tikar atau bangkrut.
Ia pun awalnya produksi telur sendiri dengan merebusnya.
Produksi sendiri dan pesan dari tempat produksi telur asin.
Tapi kini, ia hanya memesan saja.
Roy mengakui perbedaan yang begitu kentara.
Toko yang dulunya ramai, sekarang sepi.
"Tapi saya masih mencoba menutup kerugian. Meski mahal, tahun ini saya akan sewa tempat di rest area. Harga sewa per 20 hari seharga Rp 8 juta," jelasnya.
Untuk saat ini Roy, menjual telur asin bakar per butir Rp 4000, setelah lebaran harga mencapai Rp 5000.
Sedangkan telur asin rebus per butir Rp 3800, lebaran mencapai Rp 4500.
Hal serupa juga diungkapkan Riski Khoerunisa (26), pemilik toko Telor Asin Istimewa Barokah di Jalan Dr Cipto Mangunkusumo, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana.
Awalnya Nisa hanya membuka toko di Brebes.
Adanya tol di Brebes, membuat Nisa harus buka toko lagi di Kota Tegal.
"Setelah jalan tolnya semakin ke Timur, saya tidak sanggup mengejar. Omzet yang saya dapatkan sangat menurun sekarang," katanya.
Nisa mengatakan, dulunya ia bisa menggaji karyawan.
Namun saat ini, ia memlih tidak menggunakan karyawan.
Menurutnya, dulu saat arus balik ia bisa menghabiskan 50 ribu butir telur per hari.
Saat lebaran terakhir, menurutnya ada penurunan sekira 30 persen.
"Hari-hari biasa saja, dulu awal buka di Kota Tegal sehari 1000 sampai 2000 butir telur. Sekarang 100 sampai 200 butir telur saja sudah hebat banget," katanya.
Nisa yang sebelumnya bisa merebus telur sendiri, memilih untuk berlangganan.
Ia tidak sanggup untuk menanggung resiko biaya gas atau telur pecah.
Terlebih jika harus menanggung biaya mahal, padahal jumlah telur produksinya sedikit.
Menjelang arus balik nanti, ia hanya bergantung dengan toko telur asinnya itu.
Menurutnya untuk membuka kios di rest area harganya terlalu mahal.
Apalagi harus mencari dan membayar karyawan serta memikirkan biaya akomodasi hidup di sana.
"Saya berharap saat arus balik, kendaraan yang lewat Pantura lebih banyak," ungkapnya. (fba)
Sumber: TRIBUNJATENG.COM