OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 16 Juli 2019

Habib Rizieq Bisa Jadi Calon Kuat di Pilpres 2024: Simbol Perlawanan



Habib Rizieq Bisa Jadi Calon Kuat di Pilpres 2024: Simbol Perlawanan

10Berita,PERTARUHAN  PEMILIHAN PRESIDEN(Pilpres) tahun 2019 telah usai. Melalui beragam manuver dan drama politik, Joko Widodo (Jokowi) mengalahkan Prabowo Subianto. Kemenangan kedua beruntun. Kemenangan setelah melalui perdebatan di level keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan perdebatan di level sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Jokowi tinggal menunggu pelantikan tanggal 20 Oktober 2019 nanti.
Publik saat ini mulai mengarahkan perhatian pada Pilpres 2024. Siapakah calon kuatnya?
Jokowi sudah pasti tidak bisa maju ke Pilpres 2014. Sesuai aturan, dan bila aturan itu tidak berubah, seseorang hanya bisa menjadi Presiden RI selama 2 periode. Aturan yang sama yang juga berlaku bagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pemenang Pilpres 2004 dan Pilpres 2009.
Adapun lawat kuat Jokowi dalam 2 Pilpres terakhir, Letnan Jenderal (Purn) H Prabowo Subianto Djojohadikusumo, diragukan bersedia maju lagi dalam pertarungan. Tahun 2024 nanti, usia Prabowo (kelahiran 17 Oktober 1951) memasuki 72 tahun.
Dengan situasi Jokowi dan Prabowo seperti itu, terbuka lebar bagi tokoh lain untuk maju bertarung di Pilpres 2024. Tokoh lain yang mulai saat ini harus merintis citra sehingga 5 tahun lagi benar-benar siap tampil. Tidak sekadar tampil, tokoh lain itu juga harus mendapat dukungan luas. Modal ketokohan dan popularitas wajib melekat pada tokoh lain tersebut.
Merujuk pada 2 syarat itu, modal ketokohan dan modal popularitas, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab tampaknya patut diperhitungkan.
Ketokohan Habib Rizieq telah teruji dengan kepemimpinannya di FPI. Berdiri sejak 17 Agustus 1998, FPI terus eksis dan berkembang hingga sekarang. Eksistensi yang tidak dilalui dengan cara mudah. Benturan dan dukungan datang silih berganti. Dalam sejarahnya, FPI tidak pernah mundur dalam berkonfrontasi dengan pihak-pihak lain yang dinilai berseberangan.
Toh, FPI bertahan hingga usia 21 tahun. Bukan sebatas bertahan, cabang-cabang FPI kian menjamur di seluruh pelosok negeri. Kader-kader baru terus tumbuh bermunculan. FPI juga rajin mengelola pengajian, mengisi ceramah-ceramah, dan merawat jemaah.
Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019 adalah 2 momentum besar terkait peran FPI di bidang politik. Massa yang digerakkan FPI memberi andil besar atas kemenangan pasangan Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Walau kalah di Pilpres 2019, FPI juga berada di barisan depan dalam pengumpulan massa pendukung Prabowo Subianto.
Perihal popularitas Habib Rizieq, ya jangan ditanya lagi. Sangat mungkin, hampir semua orang yang melek politik, mereka mengenal Habib Rizieq. Apalagi telah belasan tahun nangkring di judul-judul media massa. Populer berkelindan dengan kontroversialnya.
Namun di antara ketokohan dan popularitas, ada satu kunci utama kekuatan Habib Rizieq menuju Pilpres 2014. Kunci utama itu adalah sosok Habib Rizieq sebagai ‘simbol perlawanan’.
Politik nasional mencatat kemunculan Megawati Soekarno Putri sebagai simbol perlawanan terhadap rezim Soeharto. Ketika Soeharto jatuh, sosok Megawati berjasa besar dalam kemenangan PDI Perjuangan di Pemilu 1999.
Hanya karena Pilpres 1999 melalui MPR, Megawati kalah dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Coba jika Pilpres 1999 melalui pemilihan langsung, sangat mungkin, Megawati yang bakal terpilih sebagai Presiden RI.
Kemunculan SBY juga berkat posisinya sebagai simbol perlawanan atas rezim Megawati. SBY semula diangkat Presiden Megawati menjadi Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada 10 Agustus 2001. Merasa diperlakukan tidak adil, SBY mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam pada 11 Maret 2004.
Sejak itu, SBY mengambil jalur oposisi. Dua bulan berikutnya, SBY maju dalam pertarungan Pilpres 2004 dan berhasil mengalahkan mantan atasannya, yaitu Megawati. Tidak hanya itu, status SBY sebagai simbol perlawanan juga mengantarkan Partai Demokrat meraih 7,45 persen suara di Pemilu 2004.
Dari Solo lalu memenangi Pilgub DKI Jakarta 2012, Jokowi muncul sebagai simbol perlawanan terhadap Presiden SBY. Kebiasaan Jokowi membaur di tengah masyarakat dan terjun langsung ke lokasi pembangunan dinilai bertolakbelakang dengan gaya SBY yang aristokrat. Jokowi menjadi sangat populer karenanya.
Menjelang Pilpres 2014, desakan agar Megawati merekomendasikan Jokowi menjadi Capres dari PDI Perjuangan berkembang luas di masyarakat. Desakan itu dipenuhi oleh Megawati. Pada akhirnya, semua tahu, Jokowi berhasil memenangi Pilpres 2014 dengan mengalahkan Prabowo Subianto.
Adapun Habib Rizieq Shihab, dalam beberapa tahun terakhir, dia sudah memposisikan sebagai simbol perlawanan atas rezim Jokowi. Kepergiannya ke Arab Saudi bulan April 2017, oleh pendukungnya, dinilai akibat diperlakukan tidak adil oleh rezim Jokowi.
Dan walau berada di luar negeri, pengaruh Habib Rizieq tetap besar di tanah air. Seruan-seruannya mujarab. Semisal seruan agar ulama Islam menggelar itjima, seruan agar umat muslim mendukung Prabowo Subianto, juga ketika dia menyerukan perlawanan atas dugaan kecurangan Pilpres 2019.
Tantangannya adalah resistensi masyarakat terhadap Habib Rizieq juga sangat besar. Apalagi, Habib Rizieq pergi keluar negeri dengan membawa serta masalah hukum, yakni dugaan konten pornografi dan dugaan penghinaan Pancasila. Juga masih perlu dipertanyakan, kepastian Habib Rizieq memenuhi persyaratan menjadi Calon Presiden 2024.
Tantangan-tantangan itu tentu bukan berupa jalan buntu. Habib Rizieq harus mampu mengatasi. Dan, walau sempit, harus diyakini, selalu ada jalan keluar.
Resistensi masyarakat bisa diatasi dengan memperlebar basis dukungan. Ketika dukungan terhadap Habib Rizieq semakin luas, maka, kekuatan resistensi menjadi tergerus. Memang resistensi tidak bakal hilang tetapi setidaknya ruang resistensi mulai menyempit.
Nasib baik juga sedang berpihak pada Habib Rizieq. Saat ini, pihak kepolisian secara formal telah menghentikan kasus dugaan konten pornografi dan dugaan penghinaan Pancasila. Sehingga, dua kasus itu tidak lagi menjerat Habib Rizieq ketika nanti kembali ke tanah air.
Terakhir, apakah Habib Rizieq bisa memenuhi peryaratan sebagai Calon Presiden 2024? Dalam hal ini, kemampuan lobi-lobi politik sangat diperlukan. Habib Rizieq harus mampu memikat partai-partai politik agar mengusungnya. Bila dukungan telah diraih, secara otomatis, partai-partai politik memperjuangkan agar Habib Rizieq lolos menjadi Calon Presiden. [but]

Sumber: berita Jatim