OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Selasa, 16 Juli 2019

Menyibak Sejarah di Yordania



Menyibak Sejarah di Yordania


Setiap jengkal tanah Yordania diyakini sebagai sejarah.
10Berita, Oleh: Ilham Tirta, Redaktur Republika
Yordania mungkin bukan mutiara seutuhnya karena wilayahnya yang berbukit. Tapi, negara yang berdiri di antara pegunungan gersang itu seperti mahkota yang diturunkan sang penguasa untuk sejarah peradaban umat manusia. Setidaknya, para utusan Allah SWT pernah hidup di sana.
Maka tidak berlebihan ketika Ketua Dharma Wanita Persatuan Kedutaan Besar RI untuk Yordania, Ismi Rachmianto menyebut setiap jengkal tanah Yordania adalah sejarah. "Bahkan, setiap batu yang kita buka di Yordania memiliki sejarah yang berkaitan dengan kehidupan manusia," kata Ismi ketika berbincang dengan Republika di Amman, menjelang akhir Maret lalu.
Karena itu, berkunjung ke Amman, ibu kota Yordania, rasanya tidak akan lengkap jika hanya menetap di dalam kotanya. Di sana, ada Laut Mati yang memisahkan sebagian daratan Palestina dengan Yordania. Kemudian, ada Kota Petra yang di dalamnya menyimpan kota tua yang indah dan menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Ada juga Jerash, kota tua peninggalan peradaban Romawi. Tiang-tiang besar yang tersusun dari batu khas arsitektur Romawi kuno itu menjadi satu-satunya peradaban Romawi yang tersisa di luar Romawi sendiri. Selanjutnya, ada pula Ajloun, sebuah kastil kokoh serupa benteng peninggalan Panglima Salahuddin Ayyubi ketika membebaskan Palestina.

Maka, ketika menyambangi Kastil Ajloun di Provinsi Ajloun Yordania, saya pun langsung terkenang Salahuddin Al Ayyubi yang legendaris. Inilah sosok pendiri Dinasti Ayyubiyah yang merupakan pemimpin besar Islam dari abad ke-12 Masehi.
Bayangan bahwa negara ini terdiri dari gurun yang gersang sepenuhnya hilang ketika memasuki wilayah Ajloun yang subur. Sepanjang jalan kami disuguhi dengan perbukitan kebun zaitun. Di atasnya, rumah-rumah khas warga Yordania berdiri indah dan rapi. Pemandangan itulah yang menemani rombongan kami sepanjang jalan.
Kastil Ajloun berjarak 73 kilometer dari sebelah utara Kota Amman dan berbatasan langsung dengan Jerash. Dengan jarak itu, waktu tempuh dari Amman bisa mencapai dua jam perjalanan.
Suhu sembilan derajat Celsius menyambut rombongan kami ketika sampai di depan gerbang Kastil Ajloun pada siang hari itu. Gerbang tersebut berada sekitar 500 meter di bawah bangunan kastil dan merupakan tempat membeli tiket masuk.
Dengan membayar 3 JD per orang, kami sudah bisa melanjutkan perjalanan menuju Kastil Ajloun di Bukit 'Auf. Perjalanan menuju kastil jauh dari kata membosankan karena di kanan kiri jalan pengunjung mendapatkan sajian berupa pemandangan hutan cemara dan pohon zaitun.

Tepat di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut, kami langsung dihadapkan dengan sebuah bangunan yang sekilas tersusun dari bata. Berdiri kokoh di Puncak 'Auf, bangunan itu dilengkapi halaman depan yang cukup luas.
Benteng Salahuddin terdiri atas empat menara pengawas yang terhubung oleh dinding tirai dan gerbang ganda. Celah panah berada di dinding tebal dan dikelilingi parit dengan panjang rata-rata 16 meter dan kedalaman 12-15 meter.
Dalam sejarahnya, kastil itu dibangun oleh seorang komandan perang sekaligus keponakan Salahuddin, Izz al-Din Usama, sekitar 1184- 1185. Arkeolog menyatakan, benteng itu berdiri di atas reruntuhan gereja pada era Byzantium.
Kastil Ajloun menjadi bukti penting sejarah perang pembebasan Palestina, antara pasukan salib dan pasukan Salahuddin. Posisinya yang strategis membuat Benteng Salahuddin tak pernah mampu dikuasai musuh, meski dikepung dari berbagai arah dengan kekuatan besar.
Ismi Rancmianto mengaku, tak pernah berhenti mengagumi setiap sejarah yang tertoreh di tanah The Hashemite Kingdom of Jordan. Kastil itu, kata dia, menjadi bukti bagaimana hebatnya seorang Salahuddin yang menggetarkan dunia. Di benteng itu, Salahuddin membentuk dan mengendalikan pasukannya.
Di sana juga pasukan Salahuddin membuat senjata karena terdapat pertambangan bijih besi, kata Ismi. Kastil Ajloun juga berfungsi sebagai tempat mengintai musuh. Mereka saling berkirim pesan lewat burung merpati sampai ke Damaskus, Baghdad, dan Kairo.

Semuanya terpusat di benteng itu, kata Ismi yang sudah beberapa kali ke kastil tersebut. Bagian dalam benteng Di depan tangga masuk terdapat sebuah peti mayat dari batu. Tapi, tidak ada petunjuk atau informasi mengenai peti tersebut.
Melewati tangga, para pengunjung bisa langsung masuk melewati koridor yang merupakan lorong tangga. Pada bagian dalam terdapat tiga jalan menuju ruangan yang berbeda. Setiap ruangan di lantai itu seperti museum yang menampilkan berbagai peninggalan Salahuddin dan pasukannya.
Ruangan pertama yang bisa dilihat adalah museum berisi pernak-pernik dan perlengkapan dapur. Di sana terdapat kendi berbagai ukuran. Sementara, di ruangan lain seperti gudang persenjataan. Di sana terdapat beberapa tumpukan bola batu seperti puluru meriam.

Naik sekali lagi, terdapat sejumlah ruangan yang terpusat pada ruangan tengah. Di sisi barat, terdapat ruangan dengan jendela yang luas. Dari jendela itu, kita dapat melihat jauh sampai ke Lembah Yordan dan Yerusalem. Di banyak sisi bagian dalam kastil itu juga terdapat sejumlah ruang tahanan berupa gua yang tertutup jeruji besi.
Ada juga sejumlah lubang, seperti sumur kering yang juga ditutup dengan kawat agar pengunjung tidak terjatuh. Sementara, di sisi bagian luar, terdapat tempat khusus perapian. Di sana terlihat sejumlah tempat api dan kayu bakar.
Namun, bagian tersebut sudah banyak yang runtuh dengan batu yang berserakan di sekitarnya. Bagian paling menarik adalah di atas puncak benteng. Di sana, kita akan disuguhi pemandangan khas puncak gunung dari berbagai sisi. Dari arah barat, kita akan menemukan Kota Yerusalem dan lembah Yordania.
Di sisi utara, terlihat lembah panjang sampai ke Danau Tiberius. Posisi itulah yang membuat pasukan Salahuddin mampu menghalau musuh-musuhnya yang menyerang, kata Ismi. Untuk saya, mengunjungi Kastil Ajloun seperti dibawa kembali ke abad ke-12 dengan suasana perang dan kepahlawanan Salahuddin Ayubbi.
Setiap adegan dalam film Kingdom of Heavenjuga terus berkelebat dalam ingatan ketika melihat barang-barang peninggalan Salahuddin. Sebut saja, bola batu yang diluncurkan menggunakan ketapel raksasa yang ditarik sejumlah orang.

Dalam adegan Kingdom of Heaven, benda itu digunakan pasukan Salahuddin ketika mengepung gerbang istana di Yerusalem. Konon, di kastil itulah bola batu itu dibuat. Dan, dalam sebuah ruangan dalam kastil itu, bola batu itu dikumpulkan berdasarkan ukurannya masing-masing.
Buat saya, semua itu amat epik. Tidak hanya lantaran terkenang adegan dramatis Kingdom of Heaven, tetapi juga karena di kastil itu saya seolah sedang menyibak salah satu lembaran sejarah peradaban di Yordania.
Sumber: Republika