OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 15 Agustus 2019

Dzikir, Esensi Utama Ibadah Haji

Dzikir, Esensi Utama Ibadah Haji

10Berita, Pada tanggal 12 Dzulhijjah 1440H jutaan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia telah selesai melontar jumroh dan mulai berbondong bondong meninggalkan Mina (nafar awal) setelah sebelumnya mereka wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah dan Mina,
Dengan selesainya lontar jumrah hari ke 12 Dzulhijjah 1440H ini maka hampir selesai pulalah rangkaian ibadah haji tahun ini,
Semoga semua jamaah haji yang berhaji tahun ini mendapatkan haji mabrur disisi Allah,amin.
Berbicara tentang haji, maka tidak luput dari berbicara tentang dzikir, bahkan esensi utama dari haji itu sendiri, bilamana kita menelaah lebih dalam semua dalil dalil tentang haji, maka akan mengarah kepada satu esensi utama, yaitu dzikir.
Hal ini tergambar dari semua rangkaian ibadah haji, yang mana kesemua rangkaian tersebut tidak ada satupun yang luput dari dzikir.
1. ketika seseorang berihram haji maka di sunnahkan baginya setelahnya untuk bertalbiyah,
Lafaz talbiyah utama yang diajarkan nabi -shallallahu alaihi wasallam- :
(لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إنَّ الحمد والنِّعمة لك والملك لا شريكَ لك) رواه البخاري ومسلم.
“Ya Allah kami memenuhi panggilanMu, kami memenuhi panggilanMu dan tiada sekutu bagiMu, sesungguhnya segala pujian, segala nikmat, dan segala kekuasaan adalah milikMu, dan tiada sekutu bagimu”
Hr.Bukhari dan Muslim.
Dan talbiyah ini disunnahkan untuk terus menerus diperbanyak hingga jamaah haji selesai melempar jumroh aqobah ditanggal 10 Dzulhijjah.
2. Ketika wukuf di Arafah, maka doa yang paling utama adalah kalimat tahlil,
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
(خير الدعاء دعاء يوم عرفة، وخير ما قلت أنا والنبيون من قبلي: لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد، وهو على كل شيء قدير)
رواه الترمذي.
“Sebaik baiknya doa adalah doa Arafah, dan sebaik baiknya yang aku ucapkan dan Nabi nabi sebelumku: laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa alaa kulli syai’in qodiir.”
Hr.Tirmidzi.
3. Ketika mabit di Muzdalifah setelah bertolak dari Arafah, maka jamaah haji diperintahkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah,
Allah berfirman:
(فَإِذَآ أَفَضۡتُم مِّنۡ عَرَفَٰتٖ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ عِندَ ٱلۡمَشۡعَرِ ٱلۡحَرَامِۖ وَٱذۡكُرُوهُ كَمَا هَدَىٰكُمۡ وَإِن كُنتُم مِّن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلضَّآلِّينَ)
“Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu”
(Qs.Al-Baqarah: 198)
4. Setelah mabit di Muzdalifah, lalu kemudian menuju Mina untuk melempar jumroh aqobah, dalam setiap batu yang dilontarkan maka disunnahkan untuk bertakbir “Allahu Akbar”,
Pun demikian halnya ketika melempar jumroh shugroh, wustho, dan aqobah dihari kesebelas dan duabelas Dzulhijjah bahkan tiga belas Dzulhijjah, maka disunnahkan mengucapkan takbir dalam setiap sebelum melontarkan jumroh.
5. Ketika thawaf di Baitullah, maka awal langkah yang dilakukan jamaah haji adalah menyentuh/memberikan isyarat ke hajar aswad sembari mengucapkan kalimat takbir,
Ibnu Abbas -rhadiyallahu anhu- menjelaskan tentang sifat thawaf Nabi:
(كلَّما أتى على الرُّكن أشار إليه بشيء في يده وكبر) رواه البخاري.
“Setiap kali (Nabi) mendatangi rukun (hajar aswad) maka beliau mengisyaratkan dengan tangannya dan bertakbir”
Hr.Bukhari.
6. Ketika tiba di bukit Shafa untuk melakukan sa’i, maka sebelum melangkahkan kaki menuju bukit Marwah, maka disunnahkan berdoa tiga kali dengan mengucapkan kalimat tahlil,
Jabir bin Abdillah -rhadiyallahu anhu- menjelaskan tentang hal ini:
(حتى رأى البيت فاستقبل القبلة، فوحَّد الله وكبره)
رواه مسلم.
“Kemudian beliau (Nabi -shallallu alaihi wasallam-) melihat Kakbah lalu menghadap kepadanya, kemudian beliau bertahlil dan bertakbir”
Hr.Muslim
Hal yang sama dilakukan mana kala beliau -shallallahu alaihi wasallam- tiba di bukit marwah.
7. Ketika mabit di Mina ditanggal sebelas, dua belas bahkan tiga belas Dzulhijjah, maka diperintahkan untuk senantiasa berdzikir kepada Allah,
Allah Berfirman:
(وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡدُودَٰتٖۚ)
“Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya”.
(Qs.Al-Baqarah:203).
Para ulama kita menjelaskan bahwa hari yang ditentukan yang dimaksudkan di atas adalah hari tasyriq/hari Mina dan juga hari idul adha.
Dan demikianlah didalam ibadah haji senantiasa disunnahkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah, bahkan bilamana seseorang telah menyelesaikan hajinya, maka diperintahkan untuk kembali memperbanyak dzikir kepada Allah,
Allah berfirman:
(فَإِذَا قَضَيۡتُم مَّنَٰسِكَكُمۡ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَذِكۡرِكُمۡ ءَابَآءَكُمۡ أَوۡ أَشَدَّ ذِكۡرٗاۗ)
“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berdzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu, bahkan berdzikirlah lebih dari itu”
(Qs.Al-Baqarah:200)
Mari kita senantiasa memperbanyak dzikir baik dalam keadaan kita berhaji maupun tidak berhaji.
Wassalam.
Oleh: Muhammad Harsya Bachtiar, Lc.
(Mahasiswa Pasca Sarjana Univ Islam Madinah).
Sumber: Wahdah Islamiyyah