Ketua PP Muhammadiyah: Orang Berdasi Juga Banyak yang Jahat
10Berita, Jakarta : Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad menegaskan tidak semua wanita bercadar dan pria yang menggunakan celana cingkrang merupakan orang-orang berpaham radikal. Kebanyakan mereka justru merupakan orang-orang sholeh dan sholehah. Hal itu dia utarakan untuk mengkritisi wacana tentang pelarangan penggunaan cadar di instansi pemerintahan oleh Menteri Agama, Fachrul Razi.
Menurut dia, sebagai menteri baru, mestinya Facrul Razi lebih mementingkan skala prioritas ketimbang harus mengurusi persoalan pakaian, atau cadar.
"Kita mengharapkan Pak Menteri (Fachrul Razi) itu lebih fokus pada hal-hal yang sangat urgent. Tentang intoleransi, pembinaan (ideologi Pancasila)," katanya saat berbincang dengan Radio Republik Indonesia, Jumat (1/11/2019).
Sebab menurut dia, saat ini, utamanya sejak Pilpres 2019, persatuan Indonesia seolah-olah dalam keadaan gawat. Yang mana setiap kelompok memiliki egoisme tinggi. Hal itu ditegaskannya buruh perhatian pemerintah.
"Butuh perhatian kita. Jangan sampai ada yang merasa kelompok ini paling berjasa, kelompok ini kurang berjasa. Atau juga jangan sampai ada anak mas dalam kehidupan bernegara ini. Kita sama-sama mendirikan negara, sama-sama berjasa," ujarnya.
Prioritas utama lainnya menurut dia yakni melawan ideologi-ideologi yang dianggap bisa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta Pancasila.
"Ideologi yang membahayakan negara, membahayakan persatuan dan kesatuan," imbuhnya.
"Tidak semua orang yang cingkrang itu radikal. Banyak orang-orang naik, orang-orang sholeh, yang membangun bangsa ini dia berkontribusi dalam kebaikan, pakai pakaian cingkrang, mungkin soal selera saja pakaian itu," tegasnya.
Karena ditekankannya, tidak semua wanita yang bercadar atau pria memakai celana cingkrang merupakan teroris, berpaham radikal atau intoleran.
Lebih lanjut diakuinya, berdasarkan kajian yang mendalam, Majelis Tarjih Muhammadiyah memang pernah mengeluarkan bahwa niqab atau cadar tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Namun Muhammadiyah tidak serta-merta melarang orang untuk menggunakan cadar.
"Kita tidak melarang dalam arti melarang orang tidak. Kalau dianjurkanlah untuk tidak pakai cadar. Kalau (Muhammadiyah) melarang itukan tidak ada hak. Itu perseorangan mereka untuk mengekspresikan keyakinannya ya," ujarnya.
Hal itu karena memang menurut dia Muhammadiyah memandang bahwa cadar merupakan bentuk dari ekspresi seseorang dalam menjalankan keyakinannya.
"Kita itu harus tetap menghormati keyakinan orang. Karena tidak otomatis baju itu merefleksikan kejahatan," imbuhnya.
Sebab tidak sedikit pula orang berdasi yang malah menjadi koruptor atau berbuat kejatahan lainnya.
"Orang jahat itu banyak yang berdasi, banyak yang berdasi, banyak yang pakai rok juga banyak yang jahat. Tapi kan kita tidak mendiskreditkan. Jadikan itu ekspresi identitas seseorang. Ada yang pakai rok, pakai terbuka, ada yang tertutup, ada yang tertutup sekali, itu bagian dari ekspresi orang," pungkasnya. (Foto : muhammadiyah.org.id)
Sumber: KBRN
10Berita, Jakarta : Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad menegaskan tidak semua wanita bercadar dan pria yang menggunakan celana cingkrang merupakan orang-orang berpaham radikal. Kebanyakan mereka justru merupakan orang-orang sholeh dan sholehah. Hal itu dia utarakan untuk mengkritisi wacana tentang pelarangan penggunaan cadar di instansi pemerintahan oleh Menteri Agama, Fachrul Razi.
Menurut dia, sebagai menteri baru, mestinya Facrul Razi lebih mementingkan skala prioritas ketimbang harus mengurusi persoalan pakaian, atau cadar.
"Kita mengharapkan Pak Menteri (Fachrul Razi) itu lebih fokus pada hal-hal yang sangat urgent. Tentang intoleransi, pembinaan (ideologi Pancasila)," katanya saat berbincang dengan Radio Republik Indonesia, Jumat (1/11/2019).
Sebab menurut dia, saat ini, utamanya sejak Pilpres 2019, persatuan Indonesia seolah-olah dalam keadaan gawat. Yang mana setiap kelompok memiliki egoisme tinggi. Hal itu ditegaskannya buruh perhatian pemerintah.
"Butuh perhatian kita. Jangan sampai ada yang merasa kelompok ini paling berjasa, kelompok ini kurang berjasa. Atau juga jangan sampai ada anak mas dalam kehidupan bernegara ini. Kita sama-sama mendirikan negara, sama-sama berjasa," ujarnya.
Prioritas utama lainnya menurut dia yakni melawan ideologi-ideologi yang dianggap bisa membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta Pancasila.
"Ideologi yang membahayakan negara, membahayakan persatuan dan kesatuan," imbuhnya.
"Tidak semua orang yang cingkrang itu radikal. Banyak orang-orang naik, orang-orang sholeh, yang membangun bangsa ini dia berkontribusi dalam kebaikan, pakai pakaian cingkrang, mungkin soal selera saja pakaian itu," tegasnya.
Karena ditekankannya, tidak semua wanita yang bercadar atau pria memakai celana cingkrang merupakan teroris, berpaham radikal atau intoleran.
Lebih lanjut diakuinya, berdasarkan kajian yang mendalam, Majelis Tarjih Muhammadiyah memang pernah mengeluarkan bahwa niqab atau cadar tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Namun Muhammadiyah tidak serta-merta melarang orang untuk menggunakan cadar.
"Kita tidak melarang dalam arti melarang orang tidak. Kalau dianjurkanlah untuk tidak pakai cadar. Kalau (Muhammadiyah) melarang itukan tidak ada hak. Itu perseorangan mereka untuk mengekspresikan keyakinannya ya," ujarnya.
Hal itu karena memang menurut dia Muhammadiyah memandang bahwa cadar merupakan bentuk dari ekspresi seseorang dalam menjalankan keyakinannya.
"Kita itu harus tetap menghormati keyakinan orang. Karena tidak otomatis baju itu merefleksikan kejahatan," imbuhnya.
Sebab tidak sedikit pula orang berdasi yang malah menjadi koruptor atau berbuat kejatahan lainnya.
"Orang jahat itu banyak yang berdasi, banyak yang berdasi, banyak yang pakai rok juga banyak yang jahat. Tapi kan kita tidak mendiskreditkan. Jadikan itu ekspresi identitas seseorang. Ada yang pakai rok, pakai terbuka, ada yang tertutup, ada yang tertutup sekali, itu bagian dari ekspresi orang," pungkasnya. (Foto : muhammadiyah.org.id)
Sumber: KBRN