OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 13 Desember 2019

Majelis Taklim Wajib Terdaftar, Sohibul: Ini Mengingatkan Kita Pada Zaman Orde Baru, Fenomenanya Seperti Itu

Majelis Taklim Wajib Terdaftar, Sohibul: Ini Mengingatkan Kita Pada Zaman Orde Baru, Fenomenanya Seperti Itu


PKS memiliki satu nafas perjuangan dengan Muhammadiyah dalam menjalin kehidupan berbangsa.

10Berita, Pertemuan antara Partai Keadilan Sejahtera  dan PP Muhammadiyah, satu di antaranya membahas isu intervensi pemerintah terhadap majelis taklim.

"Tadi menjadi pembicaraan juga bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah hari ini, ada sebuah kebijakan yang terlalu berlebihan. Ini mengingatkan kita pada dulu zaman orde baru fenomenanya seperti itu," kata Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dalam pernyataan tertulis.

Sohibul menjelaskan Muhammadiyah dan PKS ingin Indonesia saat ini tidak menjadi bangsa yang terus terjebak pada yang namanya reinventing the wheel.

"Bolak-balik apa yang dulu pernah kita lakukan kesalahan, masa balik lagi ke situ. Apa yang diputuskan pemerintah hari ini, kami kritisi karena itu menjadi sesuatu yang tidak proporsional. Terlalu mengintervensi kepada aktivitas-aktivitas sosial keagamaan masyarakat. Kami berharap pemerintah melihat kembali ke masalah ini," kata mantan rektor Universitas Paramadina.

PKS memiliki satu nafas perjuangan dengan Muhammadiyah dalam menjalin kehidupan berbangsa yang lebih demokratis melalui reformasi pada dua puluh tahun silam, hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

"Dua dasawarsa kami dulu adalah satu napas, Muhammadiyah, PKS dan segala komponen bangsa menjalin kehidupan yang lebih demokratis," kata Haedar.

Pertemuan PKS dan Muhammadiyah, kata Haedar, membahas soal sistem checks and balances untuk mewujudkan tatanan penyelenggaraan negara yang saling mengontrol dan menyeimbangkan pelaksanaan kekuasaannya masing-masing.

"Kami tadi berdiskusi dalam konteks konsolidasi, dalam demokrasi jangan lupa semangat reformasi di mana negara menjadi check and balances. Ada proses kekuatan aspirasi society yang kuat. Pada saat yang sama kita ingin ada pemerintahan yang good governance," kata dia.

Haedar menjelaskan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan PKS sebagai partai yang berbasis Islam ingin tetap mengintegrasikan antara keislaman dan keindonesiaan.

"Nah, cita-cita reformasi ini jangan padam menjadi spirit kita bersama. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, PKS sebagai partai yang basisnya juga Islam tentu kita ingin berusaha bersama dengan kekuatan lain mengintegrasikan keislaman dan keindonesiaan," kata dia.

"Bagi Muhammadiyah, juga satu visi dengan PKS, urusan Indonesia dengan ideologi dasarnya Pancasila sudah selesai," ujar dia. []

Sumber: Akurat