Misteri Ledakan Granat di Monas, Penelusuran Aiman
10Berita - MISTERI? Seolah berlebihan. Tapi, itulah fakta yang saya temukan. Program AIMAN menemukan kejanggalan.
Sebuah granat meledak di dekat sebuah pohon di dalam areal Taman Monas pada Selasa (3/12/2019) sekitar pukul 07.15 wib. (sehari pasca Reuni 212 -red)
Lokasinya persis di seberang Kantor Kementerian Dalam Negeri.
Ledakan yang belakangan diumumkan sebagai granat asap ini melukai dua orang prajurit TNI Angkatan Darat, Praka Gunawan dan Serka Fajar yang tengah berolahraga pada pagi itu.
Yang menderita luka paling parah adalah Serka Fajar. Ia terancam kehilangan salah satu pergelangan tangannya.
Pasca-kejadian saya mendapatkan foto pergelangan tangannya yang mengalami luka serius.
Keduanya kini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Prihatin atas apa yang terjadi.
Saya menelusuri lokasi kejadian di Taman Monas, Jakarta.
Tak mudah untuk menemukan lokasi kejadian karena sudah tidak ada tanda apapun, seperti garis polisi dan semacamnya yang masih tersisa.
Namun, dari sumber yang diperoleh, akhirnya kami menemukan titik ledakan granat. Jika dicermati lebih teliti, masih ada tanda yang teringgal di sana yaitu bauran tanah di sekitar kejadian.
Besar kemungkinan, tanah sengaja dibaurkan di situ untuk menutup ceceran darah dua prajurit TNI yang terluka.
Apa yang saya temukan?
Tiga temuan
Pertama, lokasi. Jarak lokasi ledakan dari pagar Taman Monas yang bersisian dengan Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, hanya 5-10 meter.
Kedua, saksi mata yang saya temui di lokasi mengatakan bahwa suara ledakan sangat keras.
"Seperti meriam yang ditembakkan pas ada tamu negara di istana," kata mahyudin, salah seorang petugas kebersihan yang berada di sekitar lokasi saat kejadian.
Kala itu ia tidak berani mendekat. Takut ada ledakan susulan.
Ketiga, dari informasi yang saya dapatkan, granat asap atau apapun sumber ledakan ini, dibungkus dengan plastik kresek berwarna hitam.
Kejanggalannya
Apa yang janggal dari tiga temua di atas?
Jika memang benar granat yang menjadi sumber ledakan maka tak mungkin ledakan terpicu sebelum cincin pengamannya dilepas.
Artinya, ada yang melepas cincin pengaman di granat.
Kedua prajurit TNI tidak tahu jika benda di dalam kantong plastik itu adalah granat yang telah dilepas cincinnya.
Demikian penjelasan Mayjen TNI (Purn) Supiadin Aries, mantan Asisten Operasi Panglima TNI dan Pangdam Iskandar Muda, Aceh.
Pertanyaanya, siapa yang membuang granat asap dengan cincin pengaman yang sudah dilepas alias siap diledakkan?
Kenapa saya sebut siap diledakkan?
Pada sebuah granat, ada tiga bagian yang penting dilihat: cincin pengaman, pengumpil, dan detonator.
Cincin pengaman adalah cincin yang digunakan untuk menahan agar pengumpil tidak terlepas. Jika pengumpil yang bersifat pegas ini terlepas maka detonator bekerja.
Dalam hitungan pasti 4 detik….buuum, granat akan meledak. Cincin sengaja dilepas, granat rentan meledak
Ketika cincin dilepas belum tentu pengumpil terlepas. Supriadin memperkirakan, pengumpil diikat dengan bagian plastik kresek.
Tapi, ini sangat rentan goncangan. Terguncang sedikit saja, pengumpil pasti lepas yang membuat detonator bekerja dan meledak.
Siapakah pemilik granat?
Polisi sudah memberikan pernyataan bahwa granat bukan miliknya.
"Enggak ada, enggak ada punya polisi. Siapa bilang punya polisi," kata Kombes Yusri Yunus, Kabid Humas Polda Metro Jaya, di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (4/12/2019).
"Penyidik lagi mencoba untuk bisa mengambil keterangan (korban). Kita menunggu saja bagaimana perkembangan dari penyidik," kata Yusri.
TNI pun memberikan pernyataan senada.
"Masih investigasi dari POM TNI," kata Kapendam Jaya Kolonel (Inf) Zulhandrie, Rabu (4/12/2019).
Harus diungkap tuntas
Dari konstruksi mekanisme kerja sebuah granat yang diurakan di atas, besar kemungkinan ada yang sengaja melakukannya: melepas cincin lalu diikat seadanya agar rentan meledak.
Siapa yang melakukan?
Kembali ke poin pertama hasil penelusuran saya: jarak yang hanya 5-10 meter dari Jalan Raya Medan Merdeka Utara, jalan bebas siapapun bisa melintas di jam berapapun, layak menjadi fokus penyelidikan polisi.
Tak sulit untuk mengungkapnya karena di lokasi ini ada CCTV bergentanyangan di mana-mana.
Akankah diungkap tuntas?
Menjadi pertanyaan sekaligus tantangan penting bagi penegak hukum.
Layak, karena kejadian di ruang publik, melukai, bahkan mematikan bagi siapapun yang mendekat pohon di taman.
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
[kompas]
[Video - Aiman]
Sumber: