OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 31 Januari 2020

Geisz Chalifah: Jakarta Tak Boleh Maju di Tangan Anies

Geisz Chalifah: Jakarta Tak Boleh Maju di Tangan Anies



10Berita - Jakarta berkembang jauh lebih pesat dari yang diperkirakan banyak orang.

23 janji kampanye Anies Sandi untuk selama satu periode (5 tahun) sebagian besar telah dilunasi hanya dalam waktu dua tahun saja.
Puluhan taman kota telah direvitalisasi menjadi jauh lebih cantik, lebih hijau dan tentu saja lebih tertata. Belum lagi puluhan taman lainnya yang hanya tadinya tanah kosong tak terawat, diubah menjadi taman-taman bermain bagi warga di berbagai sudut kota.

Anies bekerja dengan mengagumkan, trotoar jalan-jalan di Jakarta menjadi mempesona. Tak hanya Sudirman - Thamrin, tapi juga ke berbagai wilayah lainnya. Sepanjang Keramat Raya sampai dengan Matraman hampir selesai penataan trotoar menyusul Cikini Raya dan Kemang Raya yang kini menjadi Indah dan nyaman.

Belum lagi ruang-ruang publik yang tak hanya menjadi tempat berkumpulnya warga sepulang dari kantor tapi sekaligus menjadi ajang ekspresi berkesenian.

Dalam tiga tahun kedepan seluruh trotoar jalan di Jakarta akan dibenahi menjadi nyaman bagi pejalan kaki dan tertata dengan baik.

Jakarta menjadi lebih hijau dan asri, lebih 36 ribu pohon dan lebih dari satu juta semak telah ditanam selama tahun 2019.

Dalam waktu dua tahun perjalanan Anies menjadi gubernur, telah lebih dari 40 penghargaan didapat baik dari dalam maupun luar negeri.

Sepanjang Jakarta memiliki gubernur belum pernah ada satupun gubernur yang selalu diganggu kerjanya setiap saat kecuali Anies. Beragam cara dilakukan kaum liberal udik berotak dikit, untuk menghalangi (menggagalkan) kinerja Pemrov DKI dengan tujuan semata-mata agar Anies gagal dalam membangun Jakarta. Tanpa kepedulian sedikitpun pada warga Jakarta yang akan dirugikan secara langsung bila program-program Pemrov DKI tehambat.

Namun Anies mampu melewatinya dengan baik dan memberikan bukti dengan karya nyata.

Transportasi umum terintegrasi dan dalam waktu dua tahun mengalami kenaikan penumpang ratusan kali lipat, sangat jauh angkanya dibanding pada jaman gubernur sebelumnya. (Datanya terpampang dan dengan mudah bisa didapat.)

Hanya orang dungu bin bahlul yang mengatakan Anies tak bisa kerja seperti bebalnya pernyataan anak-anak PSI yang mengaku sebagai partai anak muda tapi luar biasa oportunis dan maksimal kedunguannya.

Sepanjang tahun inflasi Jakarta adalah terendah di seluruh Jawa dan Bali, penurunan angka kemiskinan mencapai titik tertinggi di masa Anies. Stabilitas harga bahan pokok bagi kalangan tak mampu tetap terjaga, bagi para pemilik kartu KJP Plus. Para lansia dan penyandang disabilitas mendapat santunan dan berlangsung dengan seksama.

Namun gangguan demi gangguan yang tadinya hanya melalui medsos kini sudah sampai dengan menggunakan cara-cara kekuasaan. Revitalisasi Monas yang tentu saja akan lebih hijau dan lebih tertata pun diganggu.

Bila anda tidak terlalu tolol pasti bisa melihat design rencana penataan yang dihasilkan melalui partisipasi publik melalui sayembara. Revitalisasi itu dengan beragam cara dan mencari-cari alasan berusaha untuk dihentikan yang katanya untuk sementara.

Ada banyak lagi program Pemrov DKI yang sangat mungkin juga akan mengalami gangguan dikemudian hari dan diusahakan agar berhenti di tengah jalan.

Pembangunan Jakarta International Stadium, Revitalisasi Taman Ismail Marzuki, Pembangunan ITF (Pengelolaan sampah) besar kemungkinan bila ada peluang untuk membuat terhenti didapatkan. Maka nasibnya akan seperti Revitalisasi Monas.

Masyarakat Jakarta seperti dihadang untuk mendapatkan berbagai fasilitas yang sedang dibangun oleh Anies Baswedan. Semua itu semata-mata karna dendam pilkada yang tak berkesudahan.

Kedengkian itu dirawat sedemikian rupa hingga menampilkan kedunguan yang paling bodoh sekalipun, seperti menyatakan banjir di Tanggerang, Bogor, dan Bekasi menjadi tanggung jawab Anies pun mereka rela. Agar hasrat mengekpresikan kedengkian walau dengan cara paling dungu sekalipun asal tetap terlampiaskan.

Penghentian revitalisasi Monas adalah pintu masuk dalam rangka membatalkan even bergengsi dunia yang akan diselenggarakan di Jakarta yaitu Formula E. Even seperti itu dikhawatirkan akan semakin membuat nama Anies menjulang tinggi, padahal tujuan utama dari diadakannya balap mobil listrik tersebut adalah kampanye lingkungan dan memotivasi agar banyak orang mengganti alat transportasi berbahan bakar solar maupun bensin menjadi listrik yang jauh lebih aman bagi lingkungan, di samping perputaran roda ekonomi untuk kota bernama Jakarta yang masih menjadi Ibu Kota Negara.
Kebencian dan kedengkian yang dirawat sedemikian rupa membuat banyak warga Jakarta lainnya yang secara jujur mengakui dan merasakan hasil kerja gubernur menjadi gemas dan muak.

Hal itu dilampiaskan dengan mengembalikan telur sumbangan pada sebuah organisasi yang pada saat yang sama ada oknum anggotanya memfitnah kedatangan gubernur yang diundang secara resmi oleh warga Tanah Merah.

Ribuan warga Jakarta juga secara spontan datang ke Balai Kota untuk memberi dukungan pada gubernur yang telah bekerja dengan baik. Pada saat rombongan yang katanya jutaan akan mendemo balai kota untuk meminta Anies mundur ternyata hanya berjumlah puluhan orang, yang jauh lebih banyak aparat yang menjaga mereka ketimbang peserta demo itu sendiri.

Apakah upaya penghadangan pada kerja Gubernur DKI yang dengan kasat mata terlihat “dikeroyok” dari berbagai penjuru akan berhasil?

Yang mereka tak pernah sadari adalah; selain kekuatan pendukung Anies di media sosial yang begitu solid dan kerja pemrov yang cepat terukur keberhasilannya adalah:

Terbangunnya para ibu-ibu berhati mulia dan para orang soleh di malam buta, bertahajud meminta pada pemilik langit dan bumi. Mendoakan dengan tulus ikhlas agar gubernur yang langkahnya tak diketahui wartawan itu, rajin menyambangi perkampungan miskin di Jakarta. Diberi kekuatan, kesehatan, selalu terlindungi dari semua bahaya dan sukses menunaikan janjinya sampai masa akhir jabatannya.

Jakarta, 30 Januari 2020

(By: Geisz Chalifah)

*Sumber: http://www.tilik.id/read/2020/01/30/11507/jakarta-tak-boleh-maju-di-tangan-anies