Ini Kecanggihan 'Bukan Toa Biasa' Seharga Rp 4 M
10Berita - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta berencana memasang enam disaster warning sistem (DWS) senilai Rp 4,073 miliar pada 2020. Meski berbentuk menara pengeras suara, DWS adalah sistem peringatan dini untuk banjir.
"DWS ini akan memberikan informasi berupa suara petugas BPBD, yang dapat menjangkau hingga radius 500 meter. DWS ini akan beroperasi jika tinggi muka air telah berada pada Siaga III," jelas Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi DKI Jakarta M Ridwan di Balai Kota Jakarta dalam keterangan resmi Pemprov DKI Jakarta, Jumat (17/1/2020).
BPBD DKI memiliki remote station untuk broadcasting warning station (stasiun peringatan dengan pengeras suara/speaker). Dari stasiun itulah kabar peringatan disebar menggunakan DWS dengan jaringan radio VHF. Saat ini sudah terpasang sebanyak 14 DWS.
Dari rincian total anggaran Rp 4,073 miliar, anggaran untuk enam set radio VHF menjadi yang paling besar, yakni Rp 3,122 miliar. Sedangkan anggaran untuk pengeras suara, 6 set (1 set berisi 4 speaker) 30W horn speaker buatan lokal, sebesar Rp 7,062 juta.
"Pengeras ini bukan Toa biasa karena bisa dipantau dari Pusdatin untuk langsung ke lokasi yang ada. Anggaran tersebut sudah ada di e-budgeting," ucap Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Muhammad Insyaf saat dihubungi, Selasa (14/1).
Jika dilihat secara teliti, menara DWS memiliki beberapa komponen. Bagaimana kecanggihan dan fungsi dari komponen tersebut?
Ini kecanggihan dan fungsi dari komponen menara DWS:
- Outdoor Broadcasting equipment: perangkat utama, perangkat yang didesain untuk di luar ruangan, sehingga tahan hujan dan panas.
- Step Down Transformer: peralatan untuk suplai daya listrik, untuk menurunkan daya listrik PLN dari 220V AC ke 100V AC.
- Horn Speaker: pengeras suara untuk menyampaikan suara dari warning equipment kepada masyarakat sekitar yang berpotensi banjir. Berjumlah empat speaker dalam satu set.
- Storage Battery: diperlukan untuk menyimpan daya listrik bila peralatan mati karena sumber listrik dari PLN tidak ada. Diperkirakan mampu bertahan sampai 6 jam.
- Antena: diperlukan untuk mengarahkan komunikasi ke master station (Pusdalops BPBD Provinsi DKI Jakarta), komunikasi ini diperlukan supaya Pusdalops bisa mengontrol secara remote ke warning station sewaktu-waktu sesuai kondisi/keadaan.
- Coaxial Arrester: dipakai untuk menangkal petir melalui jalur kabel coaxial dari antena ke warning equipment.
- Pole: untuk memasang beberapa perangkat di tiang bila tidak ada tempat untuk memasang di ruangan. Pole ini sangat diperlukan bila warning station menggunakan teknologi radio VHF karena untuk penempatan antena dan speaker, makin tinggi posisi antena akan makin bagus untuk bisa berkomunikasi dengan master station di Pusdalops. [detik]