OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 06 Maret 2020

Begini Respon Orang Luar Negeri Ketika Tahu Saya Dari Indonesia Kisah Kita

Begini Respon Orang Luar Negeri Ketika Tahu Saya Dari Indonesia
Kisah Kita

Ini beberapa di antaranya, yang saya ingat:

Di Tokyo, ketika saya sedang iseng menghadiri festival makanan di Akihabara. Seorang penjual kebab asal Turki berteriak memanggil saya dan kakak saya. Kebetulan kakak saya memakai kerudung sehingga penjual kebab itu bertanya, “Hei! Dari mana kalian? Malaysia? Indonesia?” Saya bilang Indonesia, lalu dia berteriak, “Sini, sini! Teman saya bisa bahasa Indonesia!” Kami pun kaget. Ternyata, pria Turki di sampingnya benar-benar bisa berbahasa Indonesia dengan cukup lancar. Rupanya dia pernah tinggal di Bali dan bekerja sebagai fotografer tetap di hotel bintang 5. Lalu, pindah ke Jepang untuk berjualan kebab karena penghasilannya jauh lebih baik ketimbang menjadi fotografer. Saya pun jadi terpikir untuk membuka kedai bakso di Jepang.


Sumber: https://www.cheria-travel.com/2013/03/Akihabara-Kota-Elektronik-Terbesar-di-Jepang.html
Di jalanan London, Inggris, saya menanyakan arah ke polisi-polisi lokal yang terkenal ramah itu. Salah satunya berkulit hitam dan berasal dari Afrika. Dia bertanya, apakah saya dari Indonesia. Saya kaget. Baru kali ini ada yang bisa menebak asal saya dengan tepat. Dia bilang, wajah saya sangat khas Indonesia. Lalu, polisi itu juga bilang bahwa di negara asalnya (maaf, saya lupa nama negaranya), Indonesia sangat terkenal karena memiliki populasi muslim terbesar di dunia, namun tidak ada kericuhan antar agama atau etnis seperti di Timur Tengah. Saat itu, saya mendadak bangga sekali menjadi WNI. Sekarang, setiap teringat kata-kata pak polisi itu, rasanya saya cuma bisa tersenyum kecut.


Di sebuah kedai restoran cepat saji, di London, Inggris. Seorang pramusaji tiba-tiba menyaut ketika mendengar saya dan seorang teman mengobrol dalam bahasa Indonesia. Dia menyapa kami dalam bahasa Indonesia yang sangat fasih, walaupun wajahnya sangat ‘bule’. Kami kaget. Ternyata pramusaji tersebut blasteran Inggris-Indonesia. Ayahnya tinggal di Inggris, dan ibunya di Jakarta.

Lagi-lagi di London, karena memang saya sempat tinggal di sana. Kali ini di Greenwich Market, ketika saya sedang membeli makan siang. Seorang perempuan muda yang menjual makanan Spanyol memandangi wajah saya terus menerus. Akhirnya, setelah saya membayar, dia bertanya dari mana asal saya. Ketika saya bilang Indonesia, dia langsung semringah, “Saya tahu kamu pasti dari negara yang jauh! Soalnya kulit kamu bagus sekali, saya belum pernah lihat sebelumnya! Saya pernah bekerja sebagai beautician, jadi saya tahu kulit yang bagus seperti apa!” Sampai di sini saya agak merasa dia berlebihan, tapi setelah memperhatikan kulit-kulit bule kaukasia… sepertinya kulit orang Indonesia memang bagus ya.

Di Lisbon, Portugal, ketika saya sedang mengikuti konferensi internasional. Waktu itu, acara dilangsungkan di sebuah galeri seni. Ketika acara selesai, ada dua pria muda yang bertanya pada saya, acara apakah itu. Ketika saya menjelaskan bahwa acara ini adalah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh UCL (University College London), keduanya langsung menepuk jidat. Ternyata, mereka juga berkuliah di London. Mereka bertanya, apakah saya akan kembali ke London setelah acara selesai. Saya bilang tidak, saya sudah selesai kuliah dan akan kembali ke Indonesia. Salah satu dari mereka terlihat tertarik, “Kamu dari Indonesia? Dari kota apa?” Saya tertawa. Memangnya kalau saya sebut nama kotanya, dia akan tahu? Ternyata, pria itu bilang, “Mantan pacar saya blasteran Belanda-Indonesia. Dia berasal dari Bali, dan memajang peta Indonesia di kamarnya. Jadi, setidaknya saya tahu pulau-pulau di Indonesia.” Ternyata ada juga yang seperti ini.

Di Leeds, Inggris. Ketika itu, saya naik Uber dari stasiun menuju rumah seorang teman. Pengemudinya seorang bapak paruh baya yang berasal dari Pakistan, tertarik dengan nama saya yang ‘berbau Pakistan’. Dia pun bertanya dari mana asal saya. Setelah saya jawab, dia langsung memuji-muji Indonesia, terutama setelah tahu bahwa saya berkuliah dengan beasiswa dari negara. Dia bilang, saya beruntung sekali menjadi WNI. Sebagai imigran, dia terancam dideportasi ke Pakistan kalau tidak berhasil mencapai pendapatan minimum yang ditentukan oleh pemerintah Inggris. Sementara, anak-anaknya telah menjadi warga negara Inggris karena lahir di sana. Dia tidak ingin anak-anaknya kembali ke Pakistan karena kondisi politik di sana carut-marut, dengan kualitas pendidikan yang buruk. Bapak yang bernama Muhammad itu bilang, dia ingin anak-anaknya bisa seperti saya yang menempuh pendidikan tinggi dan ‘sukses’. Saya terharu sekali. Sudah tiga tahun berlalu, dan saya masih ingat kejadian itu dengan jelas.

Di Jeju, Korea Selatan. Setelah beberapa hari menginap di sebuah hostel, pemiliknya seketika memanggil saya. Ternyata, saya tidak teliti ketika melakukan pemesanan. Saya memesan kamar untuk dua orang, sementara saat itu kami pergi bertiga. Jadi, saya harus membayar tambahannya saat itu juga. Kami kaget dan panik, karena tidak membawa uang lebih. Lalu, pemilik hostel itu meminta paspor kami. Setelah tahu bahwa kami dari Indonesia, dia mengajak kami masuk ke kantornya dan berbisik, “Begini saja. Jangan sampai yang lain dengar. Saya suka sekali Indonesia, jadi kalian tidak usah membayar sisanya. Tulis ulasan yang baik untuk saya ya, di website.” Kami pun bengong, dan cuma bisa bolak-balik bilang terima kasih!

Sumber: https://id.quora.com/Adakah-reaksi-yang-berkesan-dari-orang-orang-di-luar-negeri-ketika-mereka-mengetahui-kamu-berasal-dari-Indonesia Oleh Putri Dwimirnani