OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 13 Maret 2020

Upaya Belanda Menjinakkan Islam di Jawa dengan Mengembalikan Jawa ke Peradaban Pra-Islam

Upaya Belanda Menjinakkan Islam di Jawa dengan Mengembalikan Jawa ke Peradaban Pra-Islam



Menyurutkan Makna Jawa

Mataram, di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645), melakukan Islamisasi besar-besaran melalui pendidikan Islam massal kepada masyarakat. Di setiap kampung diadakan tempat untuk belajar membaca Al Qur’an, tata cara beribadah dan tentang ajaran dasar Islam seperti rukun iman dan rukun Islam. Saat itu, apabila ada anak berusia 7 tahun belum bisa membaca al Qur’an, ia akan malu bergaul dengan teman-temannya. Selain itu,juga dilakukan penerjemahan kitab-kitab besar berbahasa Arab dalam kajian yang bersistem bandongan (halaqah). Kitab-kitab itu meliputi kitab Fiqih, Tafsir, Hadits, Ilmu Kalam dan Tasawuf. Juga Nahwu, Sharaf dan Falaq. Sistem kalender juga disesuaikan dengan sistem Islam (Yunus, 1996 : 223-225).

Sayangnya, rintisan yang dilakukan oleh Sultan Agung ini tidak dilanjutkan oleh pewarisnya, yakni Amangkurat I yang lebih memilih dekat dengan VOC dan berhadapan dengan kaum santri di bawah pimpinan Trunojoyo. Ketergantungan militer pada VOC menyebabkan, penerusnya, yakni Amangkurat II tidak mempunyai pilihan kecuali memberikan sebagian pesisir kepada VOC. Hal ini membuat komunikasi dengan pusat-pusat Studi Islam di Asia Selatan dan Timur Tengah menjadi sulit (Woodward, 2008 : hal. 16-17).

Meski mengalami stagnasi, Islam di bumi Mataram tetap merupakan energi perlawanan utama terhadap kolonialis Belanda. Oleh karena itu, pasca Perang Diponegoro, pemerintah kolonial Belanda melakukan eksperimen “Nativisasi Kebudayaan” untuk menjinakkan Islam. Nativisasi ini adalah upaya untuk mengembalikan kembali Jawa kepada peradaban pra Islamnya.

Pada tahun 1830 Pemerintah kolonial Belanda mendirikan Instituut voor het Javaansche Taal (Lembaga Bahasa Jawa) di Surakarta, yang merupakan tempat berkumpul para ahli-ahli Jawa berkebangsaan Belanda. Para javanolog Belanda ini lebih jauh menggali kesusastraan, bahasa dan sejarah Jawa kuno yang telah lama menghilang di kalangan orang Jawa. Para Javanolog Belanda mengembalikan tradisi Jawa kuno (Jawa pra Islam) dan menghubungkannya dengan Surakarta. Javanolog Belanda lah yang “menemukan”, “mengembalikan” dan “memberikan makna” terhadap Jawa masa lalu. Jika orang Jawa ingin kembali ke masa lalunya, mereka harus melalui screening pemikiran Javanolog Belanda (Shiraishi, 1997 : 7). Lembaga ini akhirnya berhasil menciptakan sebuah kultur menjadikan Islam sebagai unsur asing dalam budaya Jawa.

(Arif Wibowo)

Related Posts:

  • Akunnya Diblokir, Ustadz Abdul Somad Tak Gentar dan Ajak Anak-anak Muda Jadi Cyber ArmyAkunnya Diblokir, Ustadz Abdul Somad Tak Gentar dan Ajak Anak-anak Muda Jadi Cyber Army [PORTAL-ISLAM.ID] Suara ulama diblokir? Hari ini tersiar kabar akun resmi Instagram Ustadz Abdul Somad yang memiliki 1,5 juta follo… Read More
  • Instagram Vs ViuGraph Akun Ustadz Abdul SomadInstagram Vs ViuGraph Akun Ustadz Abdul Somad 10Berita, Akun instargam Ustadz Abdul Somad diketahui diblokir dari pihak instagram sejak Sabtu (24/2) malam. Lewat Fanspage Facebook, Ustadz Abdul Somad memberitahukan tenta… Read More
  • Persepsi Keliru Tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali Persepsi Keliru Tentang Surat Al-Ikhlas Menurut Al-Ghazali 10Berita, Al-Qur’an adalah kitab yang mengandung pesan (risalah) untuk manusia. Namun pensakralan (baca: proses chosifikasi/tasyyi’) oleh umat Islam terh… Read More
  • Yuk, Jadi Muslim Maksimalis! Yuk, Jadi Muslim Maksimalis! Oleh: Yunita Gustirini* "Jadi muslim tuh, biasa aja! Gak usah ekstrim!" "Ngapain sih, pake baju kedodoran kayak karung?" "Gak perlu kearab-araban, kalee.. Yang penting kita salat, berbuat baik, j… Read More
  • Tentang GhoutaTentang Ghouta Ghouta Foto: Reteurs Tentang Ghouta Oleh: Ustadz Muhammad Rivaldy Abdullah 10Berita, KEMARIN saya berbincang dengan salah satu imigran Suriah yang menjadi pedagang kaki lima di Mesir. Ketika itu kebetulan saya… Read More