OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 26 April 2020

Isi Surat Umar bin Khattab untuk Sungai Nil di Mesir

Isi Surat Umar bin Khattab untuk Sungai Nil di Mesir


Foto: Pantai Lokasi pertemuan Sungai Nil dan Laut Tengah

10Berita, MADINAH -- Gubernur Mesir Amr bin Ash mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah. Dalam surat itu dia mengabarkan budaya dan t radiri orang Mesir saat itu yang selalu mempersembahkan anak perempuan sebagai tumbal dengan cara dilempar ke sungai Nil setiap tahunnya.
Mereka berkata, "Wahai gubernur, sesungguhnya sungai Nil ini mempunyai kebiasaan. Ia tidak mengalirkan air kecuali dengan kebiasaaan itu."
Amr bertanya, "Kebiasaan apa itu?"
Mereka menjawab, "Pada malam kedua belas di bulan ini, kami mengambil anak perempuan yang masih gadis yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Lalu kami bujuk kedua orang tuanya agar merelakan anak gadisnya. Setelah itu kami dandani anak gadis itu dengan perhiasan dan pakaian terbaik. Kemudian kami melemparkannya ke sungai Nil sebagai tumbal."
Amr bin Ash berkata, "Sungguh ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Karena Islam telah menghancurkan tradisi sebelumnya."
Setelah larangan itu, penduduk Mesir mengalami masa paceklik, karena sungai Nil tidak sedikitpun mengalirkan air. Kondisi ini, membuat mereka berniat meninggalkan Mesir.
Melihat kejadian itu, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab mengabarkan tentang hal ini. Umar membalas suratnya: "Engkau benar. Sesungguhnya sikapmu itu sudah tepat. Saya kirimkan sepucuk surat ini kepadamu. Jika suratku sudah engkau terima, lemparkanlah surat ini ke dalam sungai Nil. Sesampainya surat di tangan Amr, dia membukanya. Di dalamnya tertulis:
Dari : Hamba Allah Amirul Mukminin Umar
Kepada: Sungai Nil di Mesir
"Amma ba'du. Jika kamu mengalir dengan kehendakmu sendiri, maka kamu tidak usah mengalir. Jika Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa agar Dia mengalirkanmu."
Amr kemudian melemparkan surat itu ke dalam Sungai Nil. Pada saat itu, penduduk Mesir tengah bersiap-siap untuk meninggalkan Mesir. Namun, pada pagi hari Sabtu, Allah telah mengalirkan air sungai Nil setinggi enam belas hasta dan mengakhiri kebiasaan buruk itu dari penduduk Mesir sampai hari ini.

Sumber: Republika