Jika Warga Jabodetabek Mudik, Jumlah Infeksi Corona di Indonesia Bisa Capai 1 Juta
10Berita - Hal yang paling dikhawatirkan para pakar kesehatan menjelang bulan Ramadhan di tengah wabah virus corona adalah tradisi mudik.
Hingga saat ini, pemerintah Indonesia belum memberikan aturan yang ketat terkait larangan mudik. Meski jumlah infeksi di tanah air terus melonjak setiap harinya.
Sebuah pemodelan yang disusun oleh Iwan Ariawan, Pandu Riono, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI menunjukkan prediksi jumlah kasus yang akan dihadapi oleh Indonesia jika masyarakat bersikeras untuk mudik.
Pemodelan dengan tajuk "Apa yang terjadi jika mudik?" itu dirilis pada Minggu (12/4).
Dari data yang beredar, jika warga Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi melakukan tradisi mudik, maka jumlah infeksi di tanah air bisa mencapai satu juta jiwa.
Semua itu bermula dari perhitungan terjadinya per Maret. Di mana terjadi penambahan jumlah kasus per hari di Pulau Jawa selain Jakarta pada periode 26 Maret hingga 10 April 2020 sekitar dua kali lebih besar dibanding 17 hingga 26 Maret.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, ada 14,9 juta orang atau 44,1 persen dari jumlah penduduk Jabodetabek yang melakukan mudik Lebaran 2019.
Sementara itu, untuk tahun ini diprediksi ada 56 persen warga Jabodetabek yang tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan, dan 7 persen telah mudik.
Jika mengambil angka model, diasumsikan sebanyak 20 persen penduduk Jabodetabek melakukan mudik ke provinsi lain di Pulau Jawa.
Dari asumsi tersebut, muncul estimasi kumulatif kasus Covid-19 di Pulau Jawa dengan atau tanpa mudik.
Jika 20 persen penduduk Jabodetabek melakukan mudik ke Jawa selama rata-rata 7 hari, maka terjadi penambahan kasus hingga melebihi angka satu juta kasus pada 1 Juli.
"Kenaikan signifikan kasus yang perlu dirawat di rumah sakit (terjadi) pada minggu ke-2 bulan puasa dengan puncak saat lebaran," tulis tim penyusun di samping sebuah grafik.
Grafik tersebut menunjukkan, jika penduduk Jabodetabek mudik, maka lebih dari 40 ribu kasus memerlukan perawatan intensif pada 24 Mei atau 1 Syawal 1441 H. [rmol]