Kisah Sahabat Nabi yang Gubernur Tapi Dikira Kuli Panggul
Ilustrasi Sahabat Nabi
10Berita, JAKARTA -- Salman al-Farisi merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang memilih jalan hidup zuhud. Saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, Salman ditawari jabatan sebagai gubernur Mada'in, padahal ia berkali-kali menolaknya. Namun, demi rasa hormatnya kepada Umar, Salman pun menyanggupi tawaran itu. Dalam perjalanan ke Mada'in, Salman hanya menunggangi keledainya seorang diri.
Di pusat Mada'in pun kehidupannya tak ubahnya rakyat biasa. Penghasilannya dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan selalu ada yang dialokasikan untuk sedekah.
"Aku selalu membeli bahan anyaman dengan harga 1 dirham, lalu aku membuatnya dan menjualnya dengan nafkahkan untuk keluargaku. Harganya 3 dirham. Hasil penjualannya, 1 dirham untuk keluargaku, 1 dirham kujadikan modal, dan 1 dirham lagi aku sedekahkan," kata dia.
Setiap hari, Gubernur Salman keluar di daerah kepemimpinannya. Ia berbaur dengan masyarakat setempat, sekaligus berupaya memecahkan persoalan mereka.
Waktu itu, seperti biasa Salman memakai baju yang kusam. Di tengah perjalanan, tampak seseorang yang kelihatannya datang dari negeri luar. berjumpa dengannya. Orang itu membawa sejumlah karung berisikan buah tin dan kurma. Karung-karung tersebut tampak melelahkannya.
Ketika dia melihat di depannya ada orang berpakaian lusuh, pria itu pun dipanggilnya.
"Wahai fulan, kemarilah! Tolong bawakan ini sampai ke rumahku dan engkau akan kuberikan upah!" katanya.
Rupaya, orang yang diseru itu adalah Gubernur Salman. Namun, pakaian kusam yang dikenakannya membuat pria itu menyangka, Salman adalah orang miskin. Atau, dikiranya Salman seorang kuli.
Mendengar dirinya dipanggil, Salman pun langsung menghampiri pria itu dan membantunya membawakan beberapa karung buah.
Lantas, keduanya berjalan bersama. Tak lama kemudian, mereka melewati sekelompok orang. Orang-orang itu lalu mengucapkan salam hormat kepada mereka.
"Wa'alal Amiris Salam (semoga keselamatan tercurah untukmu, Gubernur)."
Kaget juga pria ini mendengarkan salam itu. Siapa yang mereka maksud gubernur? Tanya pria ini dalam hati, sembari menengok ke kanan-kiri.
Di perjalanan, keduanya juga bertemu kerumunan orang-orang lagi. Kali ini, beberapa dari mereka mendekati dan berupaya membantu "kuli" tersebut.
"Biar aku saja yang bawakan karung ini, wahai Gubernur," kata seorang dari mereka.
Akhirnya, pahamlah sang musafir itu. Lelaki yang sedang membawakan karung-karungnya itu adalah Gubernur Mada`in, Salman al-Farisi.
Seketika itu pula, orang itu tertunduk lesu di hadapannya dan minta maaf.
"Tidak apa-apa, aku akan tetap membawakan karung-karung ini untukmu hingga engkau tiba di rumahmu," jawab Salman.
Sumber: Republika
Ilustrasi Sahabat Nabi
10Berita, JAKARTA -- Salman al-Farisi merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang memilih jalan hidup zuhud. Saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, Salman ditawari jabatan sebagai gubernur Mada'in, padahal ia berkali-kali menolaknya. Namun, demi rasa hormatnya kepada Umar, Salman pun menyanggupi tawaran itu. Dalam perjalanan ke Mada'in, Salman hanya menunggangi keledainya seorang diri.
Di pusat Mada'in pun kehidupannya tak ubahnya rakyat biasa. Penghasilannya dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dan selalu ada yang dialokasikan untuk sedekah.
"Aku selalu membeli bahan anyaman dengan harga 1 dirham, lalu aku membuatnya dan menjualnya dengan nafkahkan untuk keluargaku. Harganya 3 dirham. Hasil penjualannya, 1 dirham untuk keluargaku, 1 dirham kujadikan modal, dan 1 dirham lagi aku sedekahkan," kata dia.
Setiap hari, Gubernur Salman keluar di daerah kepemimpinannya. Ia berbaur dengan masyarakat setempat, sekaligus berupaya memecahkan persoalan mereka.
Waktu itu, seperti biasa Salman memakai baju yang kusam. Di tengah perjalanan, tampak seseorang yang kelihatannya datang dari negeri luar. berjumpa dengannya. Orang itu membawa sejumlah karung berisikan buah tin dan kurma. Karung-karung tersebut tampak melelahkannya.
Ketika dia melihat di depannya ada orang berpakaian lusuh, pria itu pun dipanggilnya.
"Wahai fulan, kemarilah! Tolong bawakan ini sampai ke rumahku dan engkau akan kuberikan upah!" katanya.
Rupaya, orang yang diseru itu adalah Gubernur Salman. Namun, pakaian kusam yang dikenakannya membuat pria itu menyangka, Salman adalah orang miskin. Atau, dikiranya Salman seorang kuli.
Mendengar dirinya dipanggil, Salman pun langsung menghampiri pria itu dan membantunya membawakan beberapa karung buah.
Lantas, keduanya berjalan bersama. Tak lama kemudian, mereka melewati sekelompok orang. Orang-orang itu lalu mengucapkan salam hormat kepada mereka.
"Wa'alal Amiris Salam (semoga keselamatan tercurah untukmu, Gubernur)."
Kaget juga pria ini mendengarkan salam itu. Siapa yang mereka maksud gubernur? Tanya pria ini dalam hati, sembari menengok ke kanan-kiri.
Di perjalanan, keduanya juga bertemu kerumunan orang-orang lagi. Kali ini, beberapa dari mereka mendekati dan berupaya membantu "kuli" tersebut.
"Biar aku saja yang bawakan karung ini, wahai Gubernur," kata seorang dari mereka.
Akhirnya, pahamlah sang musafir itu. Lelaki yang sedang membawakan karung-karungnya itu adalah Gubernur Mada`in, Salman al-Farisi.
Seketika itu pula, orang itu tertunduk lesu di hadapannya dan minta maaf.
"Tidak apa-apa, aku akan tetap membawakan karung-karung ini untukmu hingga engkau tiba di rumahmu," jawab Salman.
Sumber: Republika