OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 06 April 2020

Said Didu ‘Ditipu’ Refly Harun, Ungkap 3 Alasan Kritik Jokowi Seperti Tak Ada Benarnya

Said Didu ‘Ditipu’ Refly Harun, Ungkap 3 Alasan Kritik Jokowi Seperti Tak Ada Benarnya


10Berita, JAKARTA – Ahli hukum tata negara, Refly Harun menyebut mantan Sekretaris BUMN, Muhammad Said Didu menjadi kelinci percobaan dalam program TiPU (Tiga Pertanyaan Utama).

“Daeng Said Didu adalah orang pertama yang di-TiPU Refly Harun,” kata Refly Harun.

Dalam program TiPU, Refly Harun mengajukan tiga pertanyaan utama kepada Said Didu.

“Pertanyaan pertama, kenapa daeng Said Didu selalu mengkritik Presiden Jokowi seolah-olah Presiden Jokowi tidak ada benarnya,” tanya Refly Harun.

“Saya pikir itu salah karena karakter saya dari dulu seperti itu. Pak Harto juga dulu saya kritik, cuman bedanya saya di dalam, sekarang saya di luar. Pak Habibie saya kritik, Pak SBY saya kritik,” jawab Said Didu.

Mantan Komisaris Utama PTPN IV itu mengaku pernah dijuluki Mossad (Badan Intelijen Israel). Sebab, dia mengkritik DPR.

Ia juga pernah menolak memberikan nomor pengangkatan 30 direksi dan komisaris BUMN yang akan dilantik.

“Karena saya, kalau tidak tidak benar, pasti saya lawan, jadi bukan sekarang saja saya lawan,” tegas Said.

Mantan Komisaris PT Bukit Asam Tbk itu kemudian membeberkan tiga alasannya selalu mengkritik Jokowi.

Pertama, mengingatkan janji-janji Jokowi yang dianggapnya sangat tidak konsisten. Kalau diurut itu banyak sekali.

Kedua, mengingatkan Jokowi kalau mengambil kebijakan yang membahayakan bangsa dan negara.


Ketiga, mengingatkan Jokowi kalau mengambil kebijakan yang mengabaikan keadilan.

“Kalau beliau bagus, saya dukung. Kalau dia salah, maka saya kritik. Tidak selalu saya menyatakan salah,” tambahnya.

Problemnya, lanjut Said, pemerintah sekarang ini memelihara buzzer untuk menyerang siapa pun yang tidak setuju dengan kebijakan presiden.

“Kita harus ingat, tujuan kita mengingatkan presiden di luar karena tidak ada oposisi. Tidak ada oposisi itu sangat bahaya bagi suatau negara,” katanya.

Tanpa oposisi, kata dia, negara ini bisa mati seperti kodok rebus. Dimasukkan ke air dingin, dipanaskan perlahan-lahan hingga mati.

“Kenapa kita di luar harus berbicara sangat keras? Karena DPR diam, intelektual di kampus diam, mahasiswa diam. Nah demi keselamatan negara, harus banyak orang mengeritik pemerintah,” cetusnya.

Sumber: POJOKSATU.id,