OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 24 Mei 2020

PB IDI Sebut Pemberlakuan New Normal Lebih Efektif Ketimbang Lockdown

PB IDI Sebut Pemberlakuan New Normal Lebih Efektif Ketimbang Lockdown



Warga Gang Kramat memeriksa pendatang didepan pintu masuk di Jalan Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur (22/4). [Suara.com/Alfian Winanto]

10Berita - Ketua Pelaksana Tim Partisipasi Masyarakat Penanganan Pandemi Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Andrianto Purnawan menyatakan kebijakan New Normal yang akan diterapkan pemerintah dinilai lebih efektif dibandingkan lockdown di masa pandemi Covid-19 ini. Sebab lockdown yang diterapkan di 25 negara berdampak buruk pada sektor ekonomi.

"Dari 25 negara yang lockdown tidak ada yang kasusnya turun. Lockdown menyebabkan ekonomi macet. Tanpa lockdown saja sudah macet, apalagi lockdown," ungkap Andrianto di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (22/05/2020) petang.

Meski lebih efektif, pelaksanaan New Normal harus memenuhi protokol kesehatan di masa pandemi. Sebab dibukanya pusat-pusat ekonomi bisa memicu kerumuman dan menjadi medium penularan Covid-19.

Berbagai fasilitas umum, termasuk pusat perbelanjaan harus menerapkan protokol pencegahan Covid-19. Di antaranya menyediakan fasilitas cuci tangan dan handsanitizer, memberlakukan jaga jarak atau physical distancing serta mewajibkan pemakaian masker.

Masyarakat pun diminta mempunyai kesadaran pola hidup bersih dan sehat(PHBS). Dengan demikian perubahan paradigma kehidupan menuju New Normal dapat berjalan dengan baik.

"Walaupun saya tenaga medis, apakah mereka [tenaga medis lain]tidak memikirkan keluarganya cleaning service yang ada di sana (mal) dan lain-lain. Mereka butuh makan. Tidak apa-apa mall dibuka tapi perilaku hidup bersih dan sehat harus dijalankan. Yang penting jangan menyentuh hidung dan mata karena kita tidak tahu menyentuh benda yang abis disentuh siapa," jelasnya.

Andrianto menambahkan, bagi tenaga medis diharapkan mampu membawa pesan yang optimis. Masyarakat tidak perlu dianggap masalah dan tenaga medis yang harus menyelesaikan masalah.

Sebab tenaga medis merupakan bagian dari tim penanganan COVID-19. Laiknya di medan perang, mereka adalah perajuritnya.

"Apa mungkin tentara masang spanduk kasihanilah kami ya seneng musuhnya. Jadi tagline yang harus muncul seperti kami siap garda terdepan menangani Covid-19. Mari kerjasama melawan Covid-19 bukan sesuatu yang menakutkan," ungkapnya.

Yang tak kalah penting, lanjutnya adalah mengubah stigma pasien Covid-19 di masyarakat. Pasien yang sudah sembuh jangan sampai dikucilkan.

"Pasien Covid-19 selama sehat sembuh itu bagian dari masayarakat. Dukung mereka yang sakit supaya stresnya berkurang,” paparnya.

Sementara Sekda DIY, Baskara Aji mengungkapkan semua pihak diharapkan mulai beradaptasi dengan New Normal. Diantaranya memperhatikan protokol kesehatan.

"Dari kajian epidemiologi, virus Covid-19 ini tidak akan hilang. Karenanya mulai minggu depan kita siapkan SOP," ungkapnya.

Contohnya di sektor pendidikan, kebijakan New Normal di bidang itu diubah. Kalau biasanya satu rombongan belajar 20 orang di satu kelas maka nanti akan dikurangi. 

Sedangkan di sektor pariwisata dan ekonomi, pelaku wisata harus menyiapkan protokol kesehatan. Misalnya satu kawasan hanya boleh didatangI 100 orang, maka orang ke 101 harus antri.

"Harus bergantian, ada protokolnya sesuai SOP," imbuhnya.

Sumber: Suara.com