OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Kamis, 21 Mei 2020

Shaf Sholat Diberi Plastik, Jamaah Tak Perlu Berjauh-jauhan untuk mencegah penularan Covid-19.

Shaf Sholat Diberi Plastik, Jamaah Tak Perlu Berjauh-jauhan untuk mencegah penularan Covid-19.



(Foto: Taufik Budi/Okezone)

10Berita, SEMARANG - Protokol kesehatan yang ketat diterapkan ketika pelaksanaan salat berjamaah di masjid maupun musala, untuk mencegah penularan Covid-19. Shof antar-jamaah pun harus diberi jarak sekira satu meter, agar tak terjadi sentuhan sekaligus menghindari lontaran droplet.

Pondok Paseban Arrosuli di Desa Keji Ungaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah, membuat inovasi dengan memberikan batas plastik antar-jamaah sholat. Dengan cara tersebut, jamaah tak perlu berjauhan tanpa khawatir terkena lontaran droplet meski bersenggolan.

“Ini memang kita sengaja membuat batas plastik transparan di antara jamaah salat. Agar kita bisa salat jamaah tanpa saling berjauhan, namun protokol kesehatan tetap kita jalankan,” kata pengurus Pondok Arrosuli, Abdul Qodir, Sabtu (16/5/2020).

Pantauan di lokasi, batas plastik dipasang mulai dari lantai hingga setinggi 190 sentimeter. Beberapa lembar plastik dipsang memanjang dari belakang imam hingga batas luar musala. Sementara jarak antarplastik sekira 70 sentimeter.

“Untuk pemasangan plastik ini sudah kita perhitungkan, mulai tingginya itu berada di atas kepala kita. Sehingga bila ada jamaah yang batuk atau bersin, tak ada droplet yang muncrat ke jamaah di sebelahnya. Kalaupun kita senggolan dengan sebelah kan juga sudah terlindung plastik,” bebernya.

“Untuk lorong-lorong ruang plastik yang dipakai jamaah ini juga cukup nyaman untuk semua gerakan salat termasuk kita duduk bersila. Ukurannya sama persis dengan sajadah yang biasa kita gunakan,” terangnya lagi.

Qodir juga menyampaikan, terdapat hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan shof sholat mesti rapat dan lurus. Sebab, jika terdapat jeda atau renggang akan ditempati oleh setan. Untuk itu, dengan penggunaan batas plastik relatif tak jeda yang lebar antar-jamaah.

“Yang terpenting adalah kita tetap bisa melaksanakan salat berjamaah sesuai aturan agama, namun kita tetap melaksanakan anjuran pemerintah. Aturan kesehatan tetap kita taati. Kita sholat juga pakai masker, dan untuk wudhu sudah dilakukan jamaah dari rumah masing-masing,” ungkapnya.

Menurutnya, batas plastik tak hanya digunakan sekali sholat berjamaah. Pihaknya juga rutin menyemprotkan cairan disinfektan ke lembar-lembar plastik maupun lantai jika selesai menggelar salat berjamaah.

“Kita rutin penyemprotan disinfektan untuk antisipasi jika mungkin ada droplet yang tertinggal di plastik maupun lantai. Kita tetap jaga kebersihannya. Monggo jika ada yang mau menerapkan di tempat lain, caranya mudah dan enggak terlau mahal, dan bisa dipakai dalam jangka waktu lama,” cetus dia.

“Kita enggak tahu sampai kapan masa pandemi ini akan berakhir. Pemerintah kan juga bilang kalau kita mesti berdamai dengan Covid-19. Termasuk batas plastik ini juga sebagai upaya kita untuk berdamai dalam sholat,” lugasnya.

Seorang warga, Abdul Lathif, mengaku nyaman ketika mengikuti salat berjamaah yang menerapkan protokol kesehatan tersebut. Dia tak khawatir bakal terkena droplet, karena telah tertutup plastik di kanan maupun kirinya.

“Saya mendukung sekali dengan inovasi ini, karena bisa sholat dengan nyaman kembali. Kalau berjauh-jauhan kok rasanya enggak enak. Kan tujuannya berjauhan itu agar tak bersentuhan maupun terkena droplet, tapi dengan plastik ini kita akan terlindungi,” ungkapnya.

Pengusaha muda itu juga berharap, inovasi tersebut diterapkan di musala atau masjid-masjid yang lain. Penerapannya pun bukan hanya pada sholat wajib berjamaah, namun bisa pula pada Sholat Jumat atau Sholat Iedul Fitri 1441 H.

“Semoga nanti bisa untuk Salat Jumat. Asal ada batas plastik dan semua tertib, tidak akan masalah. Apalagi sebentar lagi kita akan melaksanakan Salat Ied, semoga bisa diterapkan agar kita tidak Salat Ied di rumah. Ini (batas plastik) mungkin sebagai solusinya,” harapnya.

“Jika perlu diterapkan di masjid-masjid seluruh dunia yang saat ini banyak tutup untuk salat berjamaah. Bahkan, untuk thowaf di Kakbah juga bisa jika ditata sedemikian rupa. Memang terbatas tapi ini solusi yang bagus,” pungkasnya.

Sumber: Okezone