OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 08 Juni 2020

Pengamat: Demonstrasi di AS Telah Buka Mata Dunia

Pengamat: Demonstrasi di AS Telah Buka Mata Dunia




10Berita, JAKARTA -- Aksi demonstrasi yang berkepanjangan di Amerika Serikat (AS) membuka mata dunia bahwa tidak ada satupun negara di dunia yang memiliki sistem demokrasi sempurna.
Hal tersebut diungkapkan Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah kepada Antara di Bekasi, Minggu, saat menanggapi aksi demonstrasi anti rasisme di Amerika Serikat.
Kematian warga Afro-Amerika George Floyd menyulut protes anti rasisme yang berujung kericuhan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat. Kematian George Floyd juga memantik aksi unjuk rasa di beberapa negara seperti di Inggris, Kanada, Australia, maupun Selandia Baru.
"Karena demokrasi itu sendiri adalah sebuah proses yang harus dibangun terus menerus dan lintas generasi lewat program pembangunan yang terstruktur dan komprehensif," ujar Teuku Rezasyah.
Menurutnya, Amerika Serikat yang sejak 1945 menyebut dirinya sebagai adi kuasa dan model terbaik dari demokrasi saat ini menghadapi dilema.
Sebelumnya Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj mengatakan demokrasi Amerika tengah sekarat karena menghasilkan pemimpin konservatif yang menyeret demokrasi ke titik anti-klimaks dengan retorika-retorika politik liberal yang selama ini dimusuhi.
"Perubahan haluan yang drastis dari presiden yang diusung Partai Demokrat (Obama) ke presiden yang diusung Partai Republik (Trump) menunjukkan fondasi demokrasi Amerika tidak sekokoh seperti yang didengung-dengungkan," ujar Said Aqil Siroj.
Diskriminasi rasial dan kesenjangan ekonomi telah menjadi cacat bawaan seperti telah disinggung oleh Gunnar Myrdal sejak 1944 dalam bukunya An American Dilemma.


Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika ke-45 telah menguak borok demokrasi Amerika yang selama ini tampil bak ‘polisi’ demokrasi dunia.
Kampanye ‘hitam’ Trump di musim kampanye Pilpres AS yang rasis, yang menunjukkan sentimen negatif terhadap imigran kulit warna dan kaum Muslim, telah menabung bara api yang meledak dalam kerusuhan rasial sekarang.
"Demokrasi Amerika akan terus dihantui oleh pertarungan abadi antara ide persamaan hak dan prasangka rasial. Keyakinan Myrdal bahwa pada akhirnya demokrasi akan menang atas rasisme tidak terbukti sampai sekarang. Diskriminasi atas warga Afro-Amerika telah memicu kerusuhan rasial yang terus berulang hingga 11 kali dalam setengah abad sejak 1965," kata dia.

sumber : Antara

Related Posts:

  • Aib?Aib? Oleh: Daud Farma ulviyeturk94@gmail.com 10Berita - BERSYUKURLAH, Allah, masih menutupi aibmu. Berterimakasihlah, kepada orang yang masih merahasiakan aibmu. Sungguh, kalau saja aib itu dipublikasikan oleh, Allah, dan di… Read More
  • Cerita Di Balik Aksi Bela Palestina 17 Desember 2017Cerita Di Balik Aksi Bela Palestina 17 Desember 2017 10Berita-ISRAIL. Begitu gelar yang diberikan bagi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim, yang berarti hamba atau kekasih Tuhan. Ia memiliki 12 anak lelaki yang kelak semua ke… Read More
  • 10 Alasan Kenapa Umat Islam Membela Baitul Maqdis 10 Alasan Kenapa Umat Islam Membela Baitul Maqdis 10Berita – Sudah lebih satu pekan sejak Donald Trump menyetujui perpindahan Ibu kota Israel ke Al-Quds. Reaksi dunia belum belum juga berhenti. Di Indonesia sendiri MUI… Read More
  • Hamas: Negara Israel Tidak Ada, Tidak Bisa Miliki Ibukota SendiriHamas: Negara Israel Tidak Ada, Tidak Bisa Miliki Ibukota Sendiri 10Berita - JALUR GAZA, PALESTINA  - Pemimpin gerakan perlawanan Palestina, Hamas, telah dengan keras mengecam keputusan Presiden Donald Trump yang baru-b… Read More
  • Internet Indonesia Salah Satu Yang Paling Lemot di AsiaInternet Indonesia Salah Satu Yang Paling Lemot di Asia 10Berita – Ookla, perusahaan pernyedia layanan uji kecepatan internet Speedtest, merilis Speedtest Global Index untuk bulan November yang menampilkan daftar kecepatan in… Read More