OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Jumat, 03 Juli 2020

AS Tolak dan Desak Hagia Sophia Tak dijadikan Masjid, Menlu Turki: Hagia Sophia Urusan Internal kami

AS Tolak dan Desak Hagia Sophia Tak dijadikan Masjid, Menlu Turki: Hagia Sophia Urusan Internal kami


MUSEUM Hagia Sophia. Serambi/arif ramdan -
Setiap masalah tentang Hagia Sophia adalah urusan internal kami sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki," ujar Menlu Turki, Hami Aksoy.

10Berita – Perdebatan antara status landmark Turki, Hagia Sophia masih terus bergulir.

Baru-baru ini, Amerika Serikat (AS) menentang rencana Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan untuk mengalihfungsikan Hagia Sophia yang berstatus musem menjadi masjid.

Bahkan, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada hari Rabu (1/6/2020) mengeluarkan pernyataan yang mendesak Pemerintah Turki untuk tetap mempertahankan status Hagia Sophia sebagai museum. 

Selain itu, juga memastikan bangunan itu dapat diakses oleh semua orang.

Dikutip dari Kompas.com, Pompeo mengeluarkan pendapatnya itu menjelang keputusan pengadilan Turki untuk menentukan apakah museum warisan dunia UNESCO itu akan benar-benar dialihfungsikan.

“Kami mendesak Pemerintah Turki untuk terus mempertahankan Hagia Sophia sebagai museum, sebagai contoh komitmennya untuk menghormati tradisi agama dan beragam sejarah yang berkontribusi pada Republik Turki, dan untuk memastikannya tetap dapat diakses oleh semua orang," Kata Pompeo.

Menurut Pompeo, AS memandang perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid dapat mengurangi nilai warisan dunia dari bangunan yang luar biasa dan tidak tertandingi itu.



Pompeo menilai bahwa bangunan megah seperti Hagia Sophia sangat jarang ditemui di dunia yang modern ini.

Oleh sebab itu, Hagia Sophia diperlukan sebagai jembatan penghubung antar umat yang berbeda tradisi, agama dan budaya.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hami Aksoy, menanggapi pernyataan Pompeo itu. 

Dikutip dari Anadolu Agency, Kamis (2/7/2020), Hami mengatakan bahwa Pemerintah Turki terkejut atas  pernyataan yang dikeluarkan oleh Menlu AS tentang Hagia Sophia.

"Hagia Sophia, yang terletak di tanah kami adalah milik Turki, seperti semua aset budaya kami. 

Setiap masalah tentang Hagia Sophia adalah urusan internal kami sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki," ujar Menlu Turki, Hami Aksoy. 

Hami menjelaskan bahwa Turki selama ini melindungi semua aset budayanya, termasuk Hagia Sophia tanpa diskriminasi dalam kerangka tradisi toleransi dari budaya dan sejarah.

Ia memahami bahwa setiap orang secara alami bebas mengekspresikan pendapatnya sendiri.

Namun bukan berarti siapa pun boleh berbicara mengenai kedaulatan Turki.

“Secara alami setiap orang bebas mengekspresikan pendapatnya sendiri. Namun, bukan bagi siapa pun untuk berbicara tentang hak kedaulatan kami dalam gaya 'kami mendesak, kami menuntut’,” tambah Hami.

Hagia Sophia, bangunan dengan arsitektur menakjubkan ini pertama sekali dibangun sebagai sebuah gereja pada abad keenam di bawah Kekaisaran Bizantium yang merupakan pusat dari Konstantinopel.

Setelah penaklukan oleh Kekaisaran Ottoman, bangunan ini kemudian diubah menjadi masjid.

Pasca pemerintahan Ottoman, Hagia Sofia dirubah menjadi museum di bawah pemerintahan pendiri sekularisasi modern, Mustafa Kemal Ataturk pada 1930-an.

Kemudian, di tahun lalu Erdogan mulai berpikir untuk mengubah Museum Hagia Sophia  menjadi masjid kembali.

Erdogan mengeluarkan sebuah pernyataan yang telah menarik perhatian luas orang-orang Yunani, yang Gereja Ortodoksnya mempertahankan patriarkat ekumenis di Istanbul.

Dikutip dari CNA, pada bulan Mei, ulama Muslim membacakan doa di museum untuk merayakan ulang tahun setelah pembacaan Alquran pertama dalam 85 tahun terakhir di dalam bangunan Hagia Sophia pada tahun 2015.

Pada tahun 2016, saluran agama negara menyiarkan pembacaan Alquran oleh ulama senior Turki yang berbeda di dalam museum pada setiap hari di bulan suci Ramadhan.

Yunani dengan cermat mengikuti masa depan warisan Bizantium di Turki dan peka terhadap masalah ini karena ia memandang dirinya sebagai suksesi modern bagi Byzantium Kristen Ortodoks.

Menteri Kebudayaan Yunani, Lina Mendoni pada pekan lalu sempat mengirim surat protes ke UNESCO.

Dalam suratnya ia mengatakan langkah yang dilakukan berkaitan dengan Hagia Sophia  menghidupkan kembali fanatisme nasional dan agama, serta disebut merupakan upaya untuk mengurangi pancaran global monument.

Dia juga menuduh pemerintah Turki telah menggunakan monumen besar itu untuk melayani kepentingan politik internal, dengan alasan bahwa hanya UNESCO yang memiliki wewenang untuk mengubah status Hagia Sophia.

Disamping itu, perdebatan status Hagia Sophia ini juga diikuti oleh AS melalui pernyataan Menlunya, Mike Pompeo.

Sebagaimana diketahui, Turki merupakan anggota aliansi NATO yang didalamnya juga ada AS.

Tapi kedua negara ini telah bergesekan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk atas serangan Ankara ke Suriah dan pembelian senjata dari Rusia oleh Turki. (Serambinews.com/Yeni Hardika)
Berita ini telah dimuat di kompas.com

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/02/100441670/ingin-tetap-jadi-museum-as-tolak-hagia-sophia-menjadi-masjid