10Berita – ADU domba, fitnah, pemutarbalikkan fakta, dan memusuhi agama baik ajaran atau ulama adalah gaya PKI dan kader Komunis dalam menjalankan misi melalui apa yang disebut dengan agitasi dan propaganda.
Kasus RUU HIP hingga BPIP dan pembakaran baliho Habib Rizieq Shihab adalah aktualisasi misi di saat kiwari. Hura-hura ala Gerwani ikut mewarnai berbagai aksi.
Dulu Masyumi, HMI, dan ulama menjadi sasaran propaganda PKI sebagai batu loncatan penting untuk konsolidasi diri menuju “angkatan kelima”.
Kini “hantu-hantu” itu dibuat kembali oleh neo PKI dan kader kader Komunis. Isu radikalisme, kaum intoleran, khilafah, dan HRS adalah “musuh buatan” untuk konsolidasi kekuatan kaum kiri baru.
Di tengah krisis ekonomi dan kesehatan, bangsa Indonesia dibuat gerah oleh pertumbuhan gerakan komunisme yang lebih masif. Ada upaya untuk bangkit.
Presiden Jokowi yang diam saja bahkan cenderung menafikan kondisi yang menggelisahkan ini mengingatkan kita pada Soekarno yang “berapologi” tentang pentingnya keberadaan dan pertumbuhan PKI. Pidato “subur, subur, suburlah PKI” menjadi angin segar bagi PKI untuk kelak mencoba kudeta.
Peran dan posisi Soekarno yang hingga kini masih misterius dalam peristiwa G 30 S PKI tak boleh diulangi oleh Presiden Jokowi.
Sumber: