OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 13 Juli 2020

Plis Jangan Cela Sakit Demam saat Terasa, Rasulullah Pun Marah kepada Si Pencela

Plis Jangan Cela Sakit Demam saat Terasa, Rasulullah Pun Marah kepada Si Pencela


Ilustrasi demam.

10Berita - Setiap manusia pasti pernah merasakan sakit. Salah satu penyakit yang biasa dialami manusia adalah demam.

Kondisi badan panas membuat lidah tidak enak menelan sesuatu. Alhasil, dalam beberapa waktu seseorang harus istirahat jika menderitanya.

Meski semua rasa makanan pahit, tubuh panas hingga menggigil, namun manusia tidak boleh mencela penyakit yang satu ini. Pasalnya ada keistimewaan yang jarang diketahui dari penyakit demam.

Bahkan Rasulullah SAW marah ketika ada orang yang mencela demam. Mengapa ya?

Manusia memang sulit untuk berbaik sangka terhadap musibah yang diberikan Allah SWT kepadanya. Seperti misalnya ketika mengalami sakit demam. Memang kondisi ini membuat badan begitu tidak enak.

Suhu tubuh tinggi dan menimbulkan rasa meriang, rasa makanan tidak enak, serta lemah dan lesu merupakan hal-hal yang dialami ketika mengalami sakit demam. Namun tidak dapat dipungkiri, jika manusia pasti akan menerima jatah penyakit ini.

“Demam adalah bagian jatah seorang mukmin dari neraka” Dari Munad Ibnu Syihab dan dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari


Tidak jarang beberapa diantara kita begitu marah ketika mengalami sakit ini. Misalnya dengan pernyataan-pernyataan berikut ini.

“Kenapalah harus demam, lagi banyak kerjaan, sekarang jadinya tidak bisa apa-apa”


“Ya Allah engak enak banget rasa badan ini, enggak mau deh sakit ini lagi ya Allah.”

Jika kita bisa bersabar, maka sebenarnya ada begitu banyak kebaikan yang Allah berikan pada penyakit ini. Seperti sabda Rasulullah SAW dalam hadist riwayat Muslim berikut ini.

Jabir Ra. menginformasikan bahwa Nabi Muhammad SAW masuk ke rumah Ummu Saib atau Ummu Musyyab, lalu bertanya, “Mengapa engkau menggigil wahai Ummu Saib?”

“Sakit panas, ya Rasulullah” Jawab Ummu Saib.

Lalu katanya, “Semoga Allah tidak memberkahinya”

“Janganlah engkau mencela penyakit demam,” cegah Rasul.

“Sebab sesungguhnya penyakit itu dapat menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tiupan api pandai dapat menghilangkan karat-karat besi”. (HR Muslim).

Berdasarkan pendapat ulama, hadist ini jelas mengatakan bahwa demam adalah penggugur dosa. Sehingga sangat sombong sekali manusia jika mencela penyakit ini.


Namun demikian, kita tidak diharuskan pasrah begitu saja tanpa ikhtiar untuk berobat. Rasul juga memberikan obat atau penawar ketika manusia mengalami demam.

“Demam berasal dari kepanasan api neraka yang mendidih, maka padamkanlah ia dengan air”. (Hadith riwayat Bukhari dan Muslim).

Jika sudah ditakdirkan sembuh, Allah pasti akan mengangkat penyakit tersebut serta mengangkat dosa-dosa kita. Secara medis, demam juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh.

Dan telah terbukti secara ilmiah bahwa saat demam kadar zat interferon meningkat dengan persentase yang besar. Sebagaimana terbukti pula bahwa zat yang diproduksi oleh sel darah putih ini dapat mematikan virus yang menyerang tubuh dan menjadikan tubuh lebih mampu untuk membentuk antibodi yang melindungi tubuh (dari penyakit).

Selain itu, telah terbukti bahwa zat interferon, yang keluar dalam umlah yang berlimpah selama demam tidak hanya membersihkan tubuh dari virus dan bakteri saja. Namun ia meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan (meningkatkan) kemampuannya untuk membasmi sel-sel kanker sejak awal sebelum kemunculannya.

Pada akhirnya hal tersebut melindungi tubuh dari munculnya (tumbuhnya) sel-sel kanker yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

Oleh sebab itu beberapa dokter berkata bahwa kita merasa senang dengan adanya demam pada kebanyakan penyakit, sebagaimana seorang pasien merasa senang dengan kesembuhannya. Maka jadilah demam dalam penyakit tersebut lebih bermanfaat daripada minum obat.***

Sumber: Galamedia