OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Minggu, 08 November 2020

Mencaci Orang Tua Orang Lain Sama dengan Mencaci Orang Tua Sendiri

 Mencaci Orang Tua Orang Lain Sama dengan Mencaci Orang Tua Sendiri



10Berita - Hawa nafsu terkadang tidak bisa dikendalikan oleh kita ketika sedang terjebak dalam adu pendapat atau pertikaian. Dan terkadang, sebagian dari kita sering terpancing untuk mencela orang tua lawan bicara. Padahal, pertikaian yang terjadi sama sekali tidak berhubungan dengan para orang tua.

Kadang kita lupa diri saat kita berdebat atau bertengkar dengan seseorang. Emosi menyelimuti diri kita dan mengobarkan hawa nafsu untuk saling menjatuhkan. Pertempuran kata-kata pun terjadi. Keduanya ingin berusaha mengejek dan menghinakan lawannya. Yang sering terjadi, dalam suasana emosi nama orang tua sering terbawa-bawa.

Pertengkaran yang membawa-bawa nama dan posisi orang tua biasanya dilakukan oleh anak kecil. Mereka bertengkar dengan meledek orang tua lawan masing-masing. Menghina orang tua lawan memang efektif untuk membuatnya marah. Jangankan menghina, orang tua kita disebut dengan nama menghina saja sudah membuat kita marah.

Orang dewasa yang terbawa emosi saat bertengkar juga sering membawa nama orang tua. Entah dengan menyombongkan orang tua sendiri atau menghina orang tua lawan.

Maka hati-hatilah. Rasulullah SAW menyebut diri kita sama dengan memaki orang tua sendiri, jika kita membangkitkan emosi lawan dengan saling memaki orang tua. Artinya yang pertama kali memulai menghina orang tua lawan sehingga menyebabkan lawan juga memaki orang tuanya, maka orang itu sama saja dengan memaki orang tuanya sendiri.

Memang tidak masuk akal sebetulnya. Orang sedang emosi pikirannya tertutup hawa nafsunya.

Kembali kepada membawa-bawa orang tua dalam bertengkar. Seemosi apa pun diri kita, janganlah sampai kita membawa-bawa nama orang tua. Tegakah diri kita mendengarkan orang tua kita sendiri dicaci maki dan dihina?


Pada saat ada orang yang mencaci maki orang tua kita langsung kepada mereka, pasti kita panas. Kalau ada di tempat itu pasti kita akan langsung turun tangan, main pukul. Apabila kejadiannya ketika kita tidak berada di tempat, pasti kita akan mencari orangnya. Hati kita geram jika tahu orang tua kita dicaci maki.

Nah, sebelum kita menghina orang tua lawan, ingatlah orang tua kita. Kita amat marah apabila orang tua kita dihina, jangan sampai kita memulai menghina orang tua lawan. Jadilah anak yang berbakti. Anak yang tidak pernah memaki orang tua sendiri dengan cara apa pun. Langsung maupun tidak langsung. []

Sumber: Hikmah dari Langit/Ust. Yusuf Mansur & Budi Handrianto/Penerbit: Pena Pundi Aksara/2007