Buzzer Mingkem! Pembeli Senjata untuk KKB Papua Ternyata Seorang Pendeta, Kalau Ustaz Pasti Dicap Terorisme-Agamanya Dibawa-bawa-Umat Islam Suruh Minta Maaf
Menurut keterangan yang dirilis Satuan Tugas (Satgas) Gakkum Ops Nemangkawi, jaringan KKB Nduga yang ada di Kabupaten Intan Jaya ini berprofesi sebagai Pendeta Gereja Advent Kali Bobo Nabire.
Kepala Satgas Humas Nemangkawi Komisaris Besar M Iqbal Alqudusi membenarkan bahwa Paniel Kogoya adalah seorang pendeta.
Paniel ditangkap setelah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) terkait dengan kasus tersebut. Hal itu merupakan pengembangan dari keterangan tersangka kepemilikan senjata api berinisial DC dan FA.
"Dari hasil keterangan, sementara Paniel Kogoya mengakui telah membeli senjata empat pucuk dan telah diberikan kepada KKB Nduga yang ada di Intan Jaya," ujar Iqbal Alqudusi dalam keterangan tertulis yang dibagikan Pusat Penerangan TNI, Senin (19/4/2021).
Iqbal menyebut pendeta Paniel Kogoya sudah mengeluarkan dana Rp600 juta untuk membeli senapan serbu bagi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Papua (TPNPB). Paniel juga disebut telah memesan senjata api lainnya senilai Rp550 juta.
Peniel yang beralamat di Kali Bobo, Kabupaten Nabire ini berperan menjadi pembeli atau pencari senjata untuk KKB Intan Jaya. Dalam aksinya, Peniel ternyata kerap kali bertransaksi membeli senjata di dekat gereja tempatnya bertugas.
Banyangkan Kalau Ustadz
Sosiolog, Arief Munandar mengaku kaget karena pembeli atau pencari senjata untuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua adalah seorang pendeta.
Bahkan tak tanggung-tanggung, pembeli senjata tersebut kerap bertransaksi di dekat gereja tempatnya bertugas.
Melalui chanel YouTube Pribadinya Bang Arief, Arief Munandar menyebut, jika saja pelakunya adalah seorang Ustaz pasti saat ini sudah dikaitkan dengan terorisme.
"Kalau ini diganti yang melakukan adalah seorang Ustaz dan dilakukan di dekat masjid, beeeeh itu selesai sudah, pasti dicap terorisme," ucapnya seperti dikutip dari kanal YouTubenya, Selasa, 20 April 2021.
Tak hanya karena pembeli senjata KKB Papua adalah seorang pendeta, hal tersebut juga diucapkan Arief Munandar karena Komnas HAM tidak menyetujui untuk mengubah status KKB Papua menjadi teroris.
Dirinya mengaku heran mengapa KKB di Papua yang jelas-jelas memakan korban jiwa dan menebarkan ketakutan di tengah masyarakat tak kunjung dicap sebagai aksi terorisme.
"Ini menurut gua gak masuk akal, kenapa untuk KKB di Papua yang jelas-jelas membunuh warga sipil, pembakaran fasilitas umum, dan menebarkan rasa ketakutan yang dahsyat itu tidak kunjung disematkan label atau sebutan organisasi teroris," ucapnya.
Tapi sebaliknya, sambung Arief Munandar, bagi kelompok-kelompok beragama Islam, tanpa basa-basi label terorisme itu dengan sangat mudah disematkan.
Perbedaan perlakuan ini menurutnya menunjukkan adanya sikap pilih-pilih di Indonesia dalam menilai mana yang terorisme dan bukan.
"Di sini kita lihat ya ada sikap parsial dan double standard yang kalau terus dipertahankan akan berbahaya terhadap persatuan dan kesatuan. Karena nanti akan ada umat dalam hal ini adalah Islam yang selalu akan dipojokkan dengan isu-isu terorisme," tuturnya.
"Sementara kelompok-kelompok lain yang jelas-jelas melakukan aksi terorisme, negara malah bersifat toleran dan seolah-olah berhati-hati dalam menyikapinya," sambung Arief Munandar.
Arief Munandar kemudian membuat analogi menarik terkait hal tersebut.
"Tidak bisa kita mengaitkan terorisme dengan Islam ataupun dengan agama manapun di dunia karena kita harus berpikir objektif. Ketika misalnya ada seorang manusia melakukan kegiatan terorisme, agak aneh kalau kemudian kita kaitkan identitasnya dengan agamanya," ungkapnya.
Misalkan, sambung Arief, si A, B, C, dan D beragama Muslim kemudian mereka melakukan kegiatan terorisme.
"Kita boleh saja kalau mau kaitkan dengan agamanya, tapi kalau begitu, berarti boleh juga dong gua kaitkan sama sukunya, negaranya, atau kebangsaannya," tuturnya.
"Nah kan gak lucu juga kalau kemudian satu suku atau sebuah bangsa tertentu kita sebut sebagai bangsa teroris atau suku teroris hanya karena ada orang-orang dari kelompok itu yang melakukan kegiatan terorisme," tutup Arief Munandar.
Komen Netizen
Terungkapnya pendeta yang ternyata pembeli senjata untuk KKB Papua (yang selama ini membunuhi warga dan TNI) membuat para buzzer seketika terbungkam.
Berbeda ketika ada pelaku yang beragama Islam, pelakunya sendiri yang tewas, tidak ada korban jiwa sasaran, tapi Islam yang dipojokan, bahkan umat Islam yang tidak setuju dengan aksi itu malah disuruh turut minta maaf.
"Kalo yg memasok senjata Ustadz, sudah pasti beritanya diulang terus _selama 7hari, 7malam, 7tanjakan, 7tikungan..dan menjadi santapan empuk dan enak bagi para buzzer," ujar netizen @tugi_saputra.
"TERORIS HANYA BERLAKU BAGI ISLAM. JIKA PELAKUNYA NON MUSLIM MAKA BUKAN TERORIS. TERORIS = PROYEK," komen @LaisaAna1.
Sumber: KONTENISLAM.COM