OPINI

ARTIKEL

KHASANAH

MOZAIK

NASIONAL

INTERNATIONAL

.

.

Senin, 23 Januari 2023

Sedang Dikembangkan Sistem Pendanaan Persyarikatan Muhamadiyah Berbasis Potensi Ekonomi Haji

Sedang Dikembangkan Sistem Pendanaan Persyarikatan Muhamadiyah Berbasis Potensi Ekonomi Haji


10Berita, Jakarta —Bendahara Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Hilman Latief menjelaskan bahwa salah satu manfaat ekonomi. Manfaat tersebut sebagaimana tafsir dari QS Al Hajj ayat 27 sampai 28.

Selain manfaat ekonomi, berbondong-bondong nya muslim melakukan Ibadah Haji juga memiliki manfaat spiritual yang didalamnya merekatkan tali ukhuwah sesama umat Islam. Dalam hitungan ekonomi, sekali pelaksanaan ibadah haji menghabiskan sebanyak Rp. 20 triliun.

Oleh karena itu, Hilman mendorong untuk pembangunan pengelolaan atau ekosistem ekonomi ibadah haji. Dalam hematnya, jumlah biaya yang digunakan sebanyak itu harusnya juga bisa berdampak ke dalam negeri.

Bahan makanan yang dikonsumsi oleh jamaah haji Indonesia selama ini diekspor bukan dari Indonesia, melainkan dari negara tetangga seperti beras dan sayuran dari Thailand, ikan dari Vietnam, pisang dan buah-buah lain dari Amerika Latin.

“Ayamnya yang kita makan itu semuanya dari Amerika Latin, Brazil, dagingnya dari Eropa dan lain sebagainya. Kita tidak membawa apa-apa,” ungkap Hilman pada, Sabtu (21/1) di acara Hari ber-Muhammadiyah ke-4 Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

Menurutnya, kelemahan Indonesia dalam konstruksi ekonomi ibadah haji adalah berposisi sebagai pembeli atau yang berbelanja. Maka penting muslim Indonesia untuk ke depan menyusun sistem ekonomi haji. Sebab Indonesia bisa mengusahakan untuk menciptakan sistem pendanaan haji yang berkelanjutan dari potensi ekonomi tersebut.

“Mudah-mudahan ke depan investasi kita itu agak kelihatan. Belajar dari situ kami juga ingin mengembangkan sistem pendanaan Persyarikatan Muhammadiyah yang berkelanjutan,” imbuhnya.

Terkait dengan posisi jamaah haji asal Indonesia, Hilman membeberkan bahwa, jamaah haji asal Indonesia merupakan delegasi yang terbesar jumlahnya di seluruh dunia, sekaligus sebagai konsumen terbesar di dunia.

“Kita belum punya ekosistem yang baik untuk men support bahkan untuk kebutuhan jamaah haji sendiri,” ungkapnya.

Termasuk di Muhammadiyah, imbuhnya, dengan basis jamaah yang besar seharusnya Muhammadiyah memiliki travel agen haji dan umroh. “Pembimbingnya banyak, tetapi perusahaannya tidak ada. Semoga ini (PW Muhammadiyah) Jakarta bisa menginisiasi,” imbuhnya.

“Dan di seluruh Indonesia ini kita (Muhammadiyah) belum punya PIHK, Penyelenggara Ibadah Haji Khusus,” pungkas Hilman.

Sumber: