Salim Hutajulu: Anies Itu Permata Semakin Digesek Semakin Cemerlang
10Berita - Segala isu dan tuduhan negatif yang dialamatkan kepada Anies Baswedan nampaknya tidak membuat popularitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu anjlok. Malah semakin mencorong dan terang. Ibarat permata, makin digesek dan diasah, sinarnya makin cemerlang.
Pengamat politik yang dijuluki Demonstran Senior Salim Hutajulu menyatakan hal itu kepada KBA News, Kamis, 9 Februari 2023. “Malah terlihat kesan para lawannya makin panik dan melakukan serangan pribadi yang tidak elegan. Serangan itu patah dengan sendirinya dan layu sebelum berkembang. Ibarat nasi sudah basi sebelum ditanak.”
Dia memperincikan betapa banyak usaha untuk menjegal dan menghancurkan Anies yang sejauh ini tidak membuahkan hasil. KPK ingin menjadikan Anies tersangka Kasus Formula E ternyata malah terbentur pada tidak ada dasar hukum untuk mempidanakan Anies. Malah KPK sendiri yang nampaknya kikuk. Beberapa tokohnya menolak perintah Ketua Firli Bahuri dan memilih mundur.
Lalu diterbarkanlah spanduk dan baliho bahwa Anies didukung oleh organisasi terlarang HTI untuk mendirikan Khilafah di Indonesia. “Aneh kan. HTI yang sudah bubar kok bisa beroperasi lagi sekadar untuk menyebarkan dukungan khilafah kepada Anies. Spanduk itu muncul di Banjar dan Pandeglang, tetapi dipasang pada malam hari dan tidak jelas siapa yang memasangnya,” kata Salim.
Tuduhan korupsi
Isu Anies didukung HTI itu surut, lalu muncul isu Anies melakukan korupsi dana Bansos sebesar Rp 2,8 Triliun. Pihak menyerang sempat mengklosup foto dan mengunggah video beras rusak itu dengan narasi Anies melakukan korupsi besar-besaran. Belakangan Perumda Pasarjaya mengaku bahwa itu beras mereka sebagai sisa dari bisnis.
“Serangan dan tuduhan itu menjadi surut dengan sendirinya. Hal itu terjadi karena para penuduh tidak mempunyai bukti bahwa telah terjadi tindakan pidana korupsi yang dilakukan Anies. Mereka cuma bisa menuduh tanpa dilengkapi dengan bukti-bukti yang akurat dan meyakinkan,” kata Staf Khusus Duber RI untuk Inggris dan Belanda pada era 90-an itu.
Serangan selanjutnya adalah penolakan dari oknum mahasiswa yang menolak safari Anies ke daerah mereka. Penolakan itu kempes dengan sendirinya. Isu selanjutnya tidak kurang Jokowi sendiri menuduh Anies tidak becus membuat sodetan di Banjir Kanal Timur (BKT) Kali Ciliwung. Ternyata, terhentinya proyek itu karena masalah ganti rugi sejak zaman Fauzi Bowo, Jokowi dan Ahok.
“Baru zaman Anieslah masalah ganti rugi itu selesai. Begitu keputusan final di Pengadilan tercapai Anies menyelesaikan masa jabatannya. Jokowi dan Kemen PUPR asal ngomong saja tidak mengerti masalah sesungguhnya. Menepuk air didulang tepercik muka sendiri,” kata Ketua Senat FISIP UI yang ditahan Pemerintahan Orde Baru karena dituduh terlibat Malari 1974 itu.
Terbaru adalah masalah utang-piutang yang dituduhkan Sandi kepada Anies yang sempat menimbulkan heboh. Akhirnya Sandi sadar sendiri dan menarik kasus utang-piutang itu. Dia tentunya malu karena utang itu menyangkut Pilgub DKI Jakarta tahun 2017, Dalam perjanjian itu disebutkan jika pasangan Anies-Sandi menang maka utang itu dianggap lunas.
“Serangan kepada Anies akan terus dilakukan pihak-pihak yang membencinya. Tetapi rasanya tidak akan menghalangi kemenangan Anies di Pilpres. Saya yakin Mestakung (Semesta Mendukung) Anies. Dia akan menjadi Presiden dan serangan kepada dia akan berhenti dengan sendirinya,” demikian Salim Hutajulu.
Sumber: kbanews