
10Berita, Osama Marmash, 16, berbicara kepada Al Jazeera setelah ia dibebaskan dari Penjara Megiddo pada Ahad, 26 November 2023. (Tangkapan layar)
PALESTINA (Middle East Eye) – Anak-anak Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara penjajah zionis ‘Israel’–sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan–mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran penyiksaan. Bahkan beberapa tawanan dipukuli sampai meninggal.
Para remaja tersebut termasuk di antara 39 warga Palestina yang dibebaskan dari penjara penjajah ‘Israel’ pada hari Ahad (26/11/2023).
Khalil Mohamed Badr al-Zamaira, 18 tahun, termasuk di antara mereka yang dibebaskan.
Dia berusia 16 tahun ketika dia ditahan oleh serdadu zionis. Ia mengatakan, para tawanan Palestina dianiaya dan dipukuli di penjara, serta tidak ada perlakuan berbeda terhadap anak-anak.
“Mereka tidak membedakan antara yang tua dan yang muda. Dua remaja dipindahkan dari Penjara Ofer karena tulang rusuknya patah. Mereka tidak bisa bergerak,” ungkapnya.
Omar al-Atshan, seorang remaja Palestina yang dibebaskan, mengatakan bahwa dia dianiaya dan disiksa di Penjara Naqab tempat dia ditahan sebelum dibebaskan.
“Penganiayaannya tidak dapat digambarkan,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa mereka secara rutin dipukuli dan dipermalukan di penjara, dengan jatah air dan makanan yang sangat langka.
Bahkan sebelum dibebaskan pun, serdadu ‘Israel’ memerintahkan mereka menundukkan kepala, lalu mereka dipukuli.
“Kebahagiaan kami belum lengkap karena masih ada tawanan lain yang masih ditahan,” sebutnya, seraya menambahkan bahwa salah satu tawanan yang ia identifikasi sebagai Thaer Abu Assab, dipukuli hingga tewas di dalam tahanan.
“Dia mengalami pemukulan yang terlalu parah. Kami berteriak minta tolong, namun dokter baru tiba satu setengah jam setelah dia meninggal karena penyiksaan.”
“Dia disiksa karena sebuah pertanyaan; dia bertanya kepada sipir apakah ada gencatan senjata. Lalu dia dipukuli sampai meninggal.”
Empat Tawanan Disiksa Sampai Meninggal di Megiddo
Anak lain yang dibebaskan, Osama Marmash, juga memberikan kesaksian serupa. Anak berusia 16 tahun itu ditahan di Penjara Megiddo sebelum dibebaskan.
Di sana, empat tawanan Palestina disiksa sampai meninggal, terangnya.
Marmash menceritakan, dia juga menderita luka di kaki dan punggungnya karena pemukulan.
“Pakaian penjara saya berwarna putih, tetapi kemudian berubah menjadi merah karena noda darah,” katanya.
Sementara itu, makanan yang diberikan di dalam penjara sangat sedikit, tuturnya, dan sering kali tidak bisa dimakan.
Dia menambahkan bahwa dalam perjalanan dibebaskan ke Tepi Barat pun mereka masih dianiaya.
“Jalannya sulit. Mereka mematikan AC di bus. Kami serasa tercekik,” ujarnya. (Middle East Eye)

Omar al-Atshan berbicara kepada Al Jazeera pada Ahad. (Tangkapan layar)
Sumber: Sahabat Al-Aqsha.